PWMU.CO – Muhammadiyah ditantang kembangkan dakwah dan bisnis di Jepang. Jika bisa dimaksimalkan, persyarikatan akan berkembang pesat.
Hal tersebut disampaikan CEO Sariraya Corporation dan Japan Halal Teguh Wahyudi dalam Upgrading Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sesi Ke-4, Sabtu (13/2/21).
Dalam kegiatan virtual bertema Tantangan dan Peluang Dakwah Global Muhammadiyah di Tiongkok dan Jepang, itu Teguh Wahyudi menyampaikan tiga hal.
“Pertama, optimalisasi kader Muhammadiyah perwakilan Jepang. Kedua, bersinergi dengan diaspora yang ada di Jepang. Ketiga, berani untuk take dan action,” ujarnya.
Menurut alumnus Universitas Brawijaya, Malang, itu, ada fungsi yang harus dijalankan pemimpin atau calon pemimpin. Baik di organisasi atau dalam bisnis.
“Maka kita harus berfungsi sebagai motor, inisiator, dan motivator,” kata dia.
Muhammadiyah Ditantang Kembangkan Dakwah dan Bisnis
Teguh menyatakan, Muhammadiyah Jepang bisa menjadi motor penggerak perubahan yang ada di Jepang, dengan memberi nilai kebermanfaatan bagi masyarakat yang ada di Jepang.
“Kalau bisa kita support dan fasilitasi teman-teman Muhammadiyah di Jepang,” tuturnya.
Bagaimana caranya? Yakni dengan memberi dukungan pada dakwah Muhammadiyah yang ada di Jepang, buat orang Jepang datang ke Muhammadiyah.
“Orang Jepang itu sebenarnya mudah untuk diajak kebaikan. Karena pada dasarnya sendiri, kawan-kawan Jepang yang ada di sini ingin mencari sesuatu jati diri,” papar pria yang tinggal di Prefektur Aochi-Ken, Jepang itu.
Dari lahir, lanjut dia, orang Jepang itu punya modal didikan yang luar biasa baiknya. “Akhlakul karimah sebenarnya sudah bisa dilihat pada diri orang Jepang. Hanya saja satu yang tidak ada, yakni iman,” kata Teguh.
Oleh karena itu, sambungnya, apabila fungsi Muhammadiyah yang ada di Jepang bisa dimaksimalkan, dia yakin Muhammadiyah akan berkembang pesat di Jepang. “Kemudian buat orang Jepang senang dengan kehadiran Muhammadiyah ini, lalu segera mengambil keputusan untuk bersyahadat,” ujarnya bersemangat.
Dakwah Turki di Jepang
Teguh lalu memberi contoh dakwah negara Turki yang ada di Jepang. Mereka membangun semacam pusat pendidikan. “Ada masjid, aula, perpustakaan, dan juga ada tempat untuk melihat-lihat suasana Islam itu seperti apa,” jelasnya.
Di tempat tersebut juga ditampilkan produk halal. Ada juga hall untuk pernikahan dan pendidikan ada di situ. “Kami melihat dakwah Turki yang ditunjang pemerintahnya luar biasa di situ,” tambahnya.
Menurut Teguh, orang Jepang tidak usah kita ajak masuk Islam, tapi dengan sendirinya mereka melihat dan membaca. “Di sana, di perpustakaan milik Turki yang semuanya berbahasa Jepang, mereka dengan sendirinya setiap hari berbondong-bondong belajar Islam dan mereka bersyahadat di situ,” ungkapnya.
Maka, kata dia, peluang dakwah Muhammadiyah di Jepang sungguh luar biasa. Syaratnya adalah bersinergi dan saling support antar anggotanya. “Dengan cara itu, maka otomatis orang-orang Jepang di sini akan belajar Islam dan bersyahadat, dengan melihat suasana yang ada di sini,” terangnya.
Tantangan Dakwah Pendidikan
Teguh lalu memperlihatkan tayangan, salah satu masjid pertama milik warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Jepang, yang rencananya menjadi pusat pendidikan, dakwah, dan Islamic Center (Halal Center).
“Kami sudah berkoordinasi dengan atase pendidikan dan kebudayaan Tokyo, bahwa di masjid tersebut akan menjadi tempat PKBM yang akan berafiliasi dengan pendidikan Islam,” kata dia.
Menurutnya, hal ini dibutuhkan anak-anak yang tinggal di Jepang. “Karena mereka semakin lama rasa nasionalismenya itu akan hilang. Jadi ditanya Indonesia sama sekali tidak tahu. Di mana asal keluarga dan nama presiden pun tidak tahu,” ungkap Teguh.
Dengan adanya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), ini yang sangat dibutuhkan saat ini. “Diharapkan nanti anak-anak yang lahir di sini, saat kelak dewasa tetap bisa mengenal yang namanya Indonesia. Yang sekarang terjadi, ditanya Indonesia nggak mengerti, bahasa Indonesia juga nggak mengerti,” tambahnya.
Makanya, sambung Teguh, nanti ada tiga mata pelajaran utama, salah satunya adalah pendidikan agama. Karena di sekolah Jepang, agama tidak diajarkan. Kedua adalah pendidikan bahasa Indonesia, dan yang terakhir adalah pendidikan moral Pancasila itu akan diberikan di sini. “Ini merupakan salah satu bentuk dakwah kita pada orang Indonesia yang sudah lama dan menetap di sini,” jelasnya.
Potensi Bisnis Luar Biasa Besar
Setelah mampu melakukan dakwah, yang berkaitan dengan pendidikan, keislaman, dan bagaimana mengajak orang Jepang untuk bergabung dengan kita, maka potensi berikutnya adalah bisnis. “Dakwah dan bisnis kalau bisa bersinergi. Supaya kita bisa kuasai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dakwah dan bisnis yang ada di Jepang,” paparnya.
Pasar halal, kata dia, luar biasa besar di Jepang. Tahun 2017 pangsanya per tahun bisa mencapai TRp 15 triliun, itu untuk produk halal. “Marketnya siapa, tidak lain adalah warga Muslim yang ada di Jepang. Lalu WNI yang ada di Jepang, yang sekitar 66 ribu, dan Muslim sekitar 200 ribu. Terus kemudian, WNA sekitar 2,8 juta. Plus warga Jepang sendiri yang demografinya sekarang 126 juta jiwa,” terang Teguh.
Selain mengembangkan dakwah pendidikan dan dakwah Islam, Teguh juga mengembangkan bisnis. Franchise-nya sudah menyebar di seluruh Jepang. Bergerak pada penjualan ritel di Jepang bagian tengah. Yang seluruh produknya didatangkan dari Indonesia.
“Kita ingin membentuk sentral halal di Jepang, di sana nanti ada dakwah, pendidikan, dan bisnis di Jepang. Teman-teman Muhammadiyah Jawa Timur jika ingin bergabung sebagai produsen, yang nantinya bisa menyerahkan komposisi bahannya, ingredients pada consilidator yang ada di Jawa Timur,” tandasnya.
Muhammadiyah DItantang Kembangkan Dakwah dan Bisnis di Jepang. Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.