• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Jumat, Februari 26, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Ing Sinyal Sung Tulodho, Tut Wifi Handayani

Jumat 19 Februari 2021 | 09:09
in Kolom
48
SHARES
149
VIEWS
Ing sinyal sung tulodho
Murid mengikuti sekolah online.

Ing Sinyal Sung Tulodho oleh Sugeng Purwanto, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jawa Timur.

PWMU.CO– Ing sinyal sung tulodho, ing kuota mangun karso, tut wifi handayani.

Itu plesetan dari slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketika memasuki sekolah online di masa pandemi covid-19. Plesetan ini beredar di media sosial. Maknanya sudah berbeda jauh dengan slogan aslinya.

Aslinya berbunyi Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Artinya, dalam proses pendidikan itu di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang selalu mendukung.

Di zaman sekolah online yang sudah berlangsung setahun ini, slogan plesetan itu bermakna ada sinyal baru bisa memberi contoh, ada kuota bisa semangat, punya wifi lebih mendukung. Slogan lelucon Ing sinyal sung tulodho, ing kuota mangun karso, tut wifi handayani bisa menghibur hati di masa getir ini.

Plesetan slogan itu adalah cara masyarakat menggambarkan ketidakberdayaannya mengikuti sekolah online. Sebab sekolah ini menuntut kecanggihan teknologi internet, satelit, dan perangkat HP, laptop, atau komputer.

Pakar pendidikan boleh saja nggedabrus bahwa sekolah online adalah proses pembelajaran masa depan yang tak perlu lagi membangun fasilitas gedung sekolah.  Belajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja dengan cara online. Tapi bagi rakyat miskin apalagi yang tinggal terpencil gambaran ideal sekolah masa depan itu ambyar.

Sebab langit rumah mereka tak dilalui sinyal internet maupun jaringan wifi. Mereka juga tak mampu membeli HP android meskipun yang harganya murah. Kalau pun bisa beli HP android murah, ternyata susah juga dipakai belajar online karena perangkatnya lemot.

Baca Juga:  Program PPK: Kemendikbud Latih Kepala Sekolah dan Pengawas Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus

Jadi sekolah masa depan itu hanya milik orang kota dan punya uang. Karena di kota jaringan internet tersedia. Operator telepon seluler lebih banyak membidik orang kota jadi pangsa pasar sehingga menyediakan jaringannya. Di desa dan pelosok masih susah sinyal. Susahnya lagi sinyal belum bisa dibeli.

Biaya Tinggi

Sekolah online meminta biaya tinggi. Selain membayar SPP, sekarang orangtua harus menyediakan uang kuota atau dana langganan wifi. Kemendikbud mencoba memberi bantuan uang kuota Rp 100 ribu per bulan. Walaupun tidak semua murid menerimanya.

Uang Rp 100 ribu itu kalau dibelikan paket kuota dapat 15 GB. Satu kali zoom untuk belajar online selama 45 menit butuh 1 GB. Belajar online sehari bisa dua kali sehingga butuh 2 GB. Jadi paket kuota 15 GB itu hanya cukup untuk tujuh hari. Hari-hari berikutnya tanggungan orangtua.

Karena itulah di saat belajar online berlangsung  tidak selalu dihadiri penuh oleh siswa satu kelas. Kadang ada sepuluh murid tak ikut. Bahkan suatu waktu hanya separo siswa yang hadir online. Selebihnya absen dengan alasan kehabisan kuota.

Di perkuliahan perguruan tinggi juga sama. Sering terjadi di tengah kuliah online tiba-tiba sejumlah mahasiswa menghilang dari layar monitor. Setelah ditelisik ternyata mereka kuotanya habis.

Setahun sekolah online berlangsung ternyata muncul kerinduan bertemu teman sekolah dan guru. Rindu bercengkerama dan bermain. Sangat terasa sekolah tatap muka itu lebih asyik. Apalagi menikmati cara mengajar guru yang enak didengar. Kangen juga makanan kantin. Sekolah online membosankan.

Selama pandemi ini makin terasa manusia itu sebagai makhluk sosial. Butuh berkumpul dan berinteraksi. PSBB, masker, dan jaga jarak membuatnya teralienasi. Kesepian. Sebab itu banyak yang melanggar larangan berkerumun.

Baca Juga:  Baiat Aqabah, Begini Sejarahnya

Emak-Emak Protes

Di media sosial juga beredar video emak-emak mengeluh soal belajar online. Tugasnya menjadi bertambah. Mengurus rumah, mengasuh anak, memasak, melayani suami, sekarang dapat tambahan tugas menjadi guru. Mengajar matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. Tambah puyeng kepalanya sebab kebanyakan tak mampu menjalankan.

Emak-emak ini menghendaki akhiri sekolah online, dan mempertanyakan kapan sekolah dibuka lagi. Kalau situasi ini berlangsung lebih lama mereka khawatir bisa stress dan stroke. Sebab tiap hari uring-uringan dengan anak saat mendampingi sekolah online.

Urusan belajar, ada perbedaan sikap dan psikologi ketika anak berhadapan dengan guru dan emaknya. Kepada guru, anak lebih percaya dan memperhatikan dibandingkan kepada emaknya. Mungkin di benak anak, terbayang emaknya ini tukang ngomel bukan guru.      

Dari pengalaman seperti ini ternyata tidak setiap keluarga bisa menjadi ruang belajar. Tidak semua orangtua bisa mengajari anaknya. Karena itu butuh sekolah dan guru yang mengajarkan ilmu dan pengalaman hidup.

Saya masih belum bisa membayangkan bagaimana dalam tataran praktik anjuran deschooling society itu dilaksanakan. Hanya orangtua yang punya kecerdasan dan waktu luang yang bisa melakukan. Orangtua miskin yang keduanya harus bekerja sulit melakukan. Terbukti anak-anak keluarga miskin banyak telantar, putus sekolah, lalu menjadi anak jalanan.

Ada yang praktik home schooling tapi ini pun dilaksanakan dengan menghadirkan guru di rumah. Hanya orang kaya yang bisa terapkan ini karena membayar guru privat.

Memang asal mula sekolah itu untuk memenuhi kebutuhan industri. Mencetak tenaga terampil guna menjadi buruh menjalankan mesin pabrik. Munculnya sekolah di Indonesia pun saat zaman kolonial. Ketika perkebunan dan pabrik milik Belanda itu perlu tenaga rendahan. Maka dibuka Tweede School. Sekolah kelas dua. Untuk pribumi. Mencetak juru tulis dan juru pembukuan. Sekolah kelas utama hanya untuk anak-anak Belanda. Dari sinilah asal mula orang pribumi selalu bercita-cita menjadi pegawai negeri. Sudah bangga sebagai juru tulis.

Baca Juga:  Tembok Israel, Begini Cara Warga Palestina Menerobosnya

Learning Loss

Hanya pondok pesantren tradisional yang lepas dari tuntutan dunia industri. Pesantren mengajarkan agama yang tak dibutuhkan industri kapitalis. Melahirkan ustadz, kiai sebagai juru dakwah. Hidup dengan bertani atau berdagang. Namun selama bertahun-tahun kalangan terdidik dari pesantren inilah yang mencerdaskan anak negeri sebelum kolonial datang. Mengenalkan huruf dan pedoman hidup.

Apakah pondok pesantren yang tepat menjadi model deschooling society? Pembelajaran berbasis pada masyarakat untuk kepentingan masyarakat bukan industri kapitalis. Pesantren melahirkan manusia merdeka yang mampu memicu perkembangan dan kecerdasan masyarakat dengan dasar teologis. Pesantren tak pernah melahirkan santri yang bercita-cita jadi pegawai negeri.

Terlepas semua itu, masalah sekolah online harus segera dibenahi. Sudah muncul istilah learning loss untuk murid yang kehilangan pengalaman belajarnya. Kompetensi dan capaian belajar menurun. Akibat kurangnya kualitas dan fasilitas bagi anak yang menjalankan sekolah online. Juga kesenjangan kualitas antara yang punya akses teknologi dan yang tidak.

Pandemi covid-19 harus segera diatasi pemerintah. Uang yang dikeluarkan sudah triliunan. Itu pun bersumber dari utang. Jangan hanya mikir korupsi dan menang Pemilu. Kalau sekolah online diteruskan seperti ini maka learning loss makin lebar. Akibatnya tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa hanya tertulis di Pembukaan UUD 45. (*)

Editor Sugeng Purwanto

Tags: Belajar onlineDeschoolingKemendikbudLearning LossSekolah onlineSugeng Purwanto
Share19Tweet12SendShare

Related Posts

Pendiri Zoom Eric Yuan
Featured

Pendiri Zoom Kaya Raya saat Pandemi

Kamis 25 Februari 2021 | 20:20
1k
Bisnis kuliner Tan Mei Hwa
Kabar

Bisnis Kuliner Tan Mei Hwa, Setahun Buka Empat Warung

Rabu 24 Februari 2021 | 16:12
12.1k
Serangan sekuler
Kolom

Serangan Sekuler Mretheli Umat Islam

Senin 22 Februari 2021 | 17:36
378
Sumber motivasi ini
Kolom

Sumber Motivasi Ini, Jadikan Muhammadiyah Besar

Minggu 21 Februari 2021 | 09:39
454
Islamberg
Featured

Islamberg, Desa Muslim di New York Korban Rasialis

Minggu 14 Februari 2021 | 19:44
3.1k
Jokowi
Featured

Jokowi Minta Kritik, Orang Cuma Tertawa

Rabu 10 Februari 2021 | 14:25
1.6k

Discussion about this post

Berita Terbaru

Hajriyanto: Nadjamuddin Ramli  Ibarat Kunci Inggris

Hajriyanto: Nadjamuddin Ramli Ibarat Kunci Inggris

Jumat 26 Februari 2021 | 19:30
Hakikat amanah adalah ujian. Demikian yang disampaikan Kepala MAM 9 Lamongan Anton Wahyudi SPd dalam pengukuhan, Ahad (7/2/21).

Hakikat Amanah adalah Ujian, Pelantikan Kepala MAM 9 Lamongan

Jumat 26 Februari 2021 | 18:31
Belajar Bahasa di SD Muri makin Hidup

Belajar Bahasa di SD Muri makin Hidup

Jumat 26 Februari 2021 | 15:23
Pengajian Orbit Kenang Nadjamuddin Ramli

Pengajian Orbit Kenang Nadjamuddin Ramli

Jumat 26 Februari 2021 | 14:32
Setelah HW Ditinggal Ketua Umum Muchdi PR

Setelah HW Ditinggal Ketua Umum Muchdi PR

Jumat 26 Februari 2021 | 13:27
Berbisnis, Siswi Ini Ingin Bantu Ortu di Masa Pandemi

Berbisnis, Siswi Ini Ingin Bantu Ortu di Masa Pandemi

Jumat 26 Februari 2021 | 11:19
Pengajian menarik cara MTA

Pengajian Menarik Cara MTA

Jumat 26 Februari 2021 | 10:29
Muhammadiyah HST Bangun Rumah untuk Non-Muslim

Muhammadiyah HST Bangun Rumah untuk Non-Muslim

Jumat 26 Februari 2021 | 09:40
Gerakan Santri Bermasker

Gerakan Santri Bermasker Dicanangkan Gubernur Jatim

Jumat 26 Februari 2021 | 09:35
Siswa Berlian School ‘Kunjungi’ Kebun UISI

Siswa Berlian School ‘Kunjungi’ Kebun UISI

Jumat 26 Februari 2021 | 09:07

Milad PWMU.CO

Maklumat dan Putusnya Urat Takut Umat ditulis Bekti Sawiji, Mahasiswa S3 Universitas Negeri Islam (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Milad PWMU.CO

Kaget Gaya Komunikasi Admin PWMU.CO

Jumat 26 Februari 2021 | 06:07
123

Bekti Sawiji penulis Kaget Gaya Komunikasi Admin PWMU.CO (Istimewa/PWMU.CO) Kaget Gaya Komunikasi Admin PWMU.CO, tulisan yang membocorkan percakapan yang tidak...

Read more
Anak Wafat sebelum ‘Di-TKI-kan’ PWMU.CO ke Malaysia dan Thailand

Anak Wafat sebelum ‘Di-TKI-kan’ PWMU.CO ke Malaysia dan Thailand

Kamis 25 Februari 2021 | 13:07
241
Wawancara dengan Buya Syafii Ma'arif adalah salah satu kenangan tak terlupakan kontributor Malang Uzlifah. Ada juga kenangan bersama Haedar Nashir, Emha Ainun Nadjib.

Wawancara dengan Buya yang Tak Terlupakan

Minggu 22 Maret 2020 | 06:32
965
Sakit pun masih menulis berita. Itulah pengalaman kontributor Gresik Estu Rahayu. Kegiatannya sebagai guru dan aktivis Aisyiyah memang ketat. Tapi bisa menyiasatinya.

Sakit pun Masih Menulis Berita

Kamis 19 Maret 2020 | 11:33
466
Empat Tahun Sekolah Menulis. Pemeo ‘menulis itu sulit’ ternyata tidak benar. Setidaknya dibuktikannya. Ratusan penulis berhasil lahir dari rahimnya.

Empat Tahun Sekolah Menulis PWMU.CO

Rabu 18 Maret 2020 | 05:58
528

Berita Terpopuler

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    247171 shares
    Share 98868 Tweet 61793
  • Pengajian Orbit Kenang Nadjamuddin Ramli

    5562 shares
    Share 2225 Tweet 1391
  • Tolak Zuhairi Misrawi Jadi Dubes Saudi

    2231 shares
    Share 892 Tweet 558
  • Bisnis Kuliner Tan Mei Hwa, Setahun Buka Empat Warung

    3873 shares
    Share 1549 Tweet 968
  • Zainuddin Maliki: Dua Kekuatan Ini Bahayakan Indonesia

    712 shares
    Share 285 Tweet 178
  • Jamu Tolak Virus Corona ala Berlian School

    1647 shares
    Share 659 Tweet 412
  • Beruntung, Orang yang Terzalimi

    421 shares
    Share 168 Tweet 105
  • Ucapan Buzzer Menyakitkan Rakyat Aceh

    368 shares
    Share 147 Tweet 92
  • Pendiri Zoom Kaya Raya saat Pandemi

    332 shares
    Share 133 Tweet 83
  • Toko Muhammadiyah Rungkut Dilaunching

    244 shares
    Share 98 Tweet 61
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In