Sumber Motivasi Ini, Jadikan Muhammadiyah Besar oleh Sugeng Purwanto, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jawa Timur.
PWMU.CO– Sumber motivasi aktivis Muhammadiyah membangun dakwah bilhal itu ada tiga. Sederhana saja. Sering disampaikan mulai dari pimpinan ranting hingga pimpinan pusat. Tapi berangkat dari tiga sumber motivasi ini, para aktivis itu bisa membangun aset dan ragam amal usaha di seluruh pelosok nusantara.
Sumber motivasi itu, pertama, surat al-Maun. Kedua, kisah KH Ahmad Dahlan menjual perabot rumahnya. Ketiga, pesan KH Ahmad Dahlan: Hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.
Tiga tema itu sangat populer. Paling gampang menjadi bahan ceramah saat kultum dalam rapat PCM, rapat guru, hingga pertemuan pimpinan pusat. Karena berulang-ulang disampaikan maka tak pelak sudah menginternalisasi menjadi darah, daging, dan tulang dalam tubuh para aktivis sebagai penggerak dakwah.
Kalau ada aktivis merasa bosan mendengar tiga tema tadi diceramahkan lantas berkomentar: seperti kaset rusak yang diputar berulang-ulang, maka itu tanda dia sekadar nunut urip di Muhammadiyah. Belum paham ruh gerakan. Orang model begini biasanya tukang kritik dan mutungan saat kehendaknya tak terpenuhi.
Anggota Muhammadiyah tidak sebesar saudara mudanya, Nahdlatul Ulama. Jika diukur dari pemilik KTAM (Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah) belum sampai dua juta. Angka itu bisa dibaca dari NBM (Nomor Baku Muhammadiyah). Namun anggota yang tak mementingkan KTAM tentu lebih banyak lagi.
Jumlah AUM
Dari jumlah itu yang kaya raya hanya beberapa. Rata-rata hidup pas-pasan. Maksudnya, pas mau membangun sekolah, pas ada duit. Pas mau mendirikan panti, pas ada orang wakaf tanah. Pas datang panitia minta infak, pas ada uang. Begitulah yang terjadi. Karena itu dari jumlah yang sedikit ini menghasilkan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang besar di mana-mana.
Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2020 pernah merilis aset amal usaha pendidikan jumlahnya 3.370 TK, 2.901 SD/MI, 1.761 SMP/MTs, 941 SMA/MA/SMK, 67 pondok pesantren, 167 perguruan tinggi.
Amal usaha kesehatan 47 rumah sakit, 217 poliklinik, 82 klinis bersalin. Sedangkan amal usaha ekonomi ada 1 bank syariah (saham Muhammadiyah 2,5%), 26 BPR/BPRS dan 275 BMT/BTM, 1 Induk Koperasi BTM, 81 Koperasi Syariah, 22 minimart dan 5 kedai pesisir.
Amal usaha pelayanan sosial memiliki lebih 400 panti asuhan, rumah singgah. Data lain menyebut secara rinci 318 panti asuhan, 54 panti jompo, dan 82 rehabilitasi cacat.
Jumlah AUM ini mungkin sudah berkembang. Sebab ada joke dari almarhum KH Hasyim Muzadi, kalau dua orang Muhammadiyah bertemu maka yang dibahas bagaimana membangun sekolah. Di NU, kalau dua anggota bertemu yang dibahas kapan membentuk majelis yasin dan tahlil.
Kisah yang Menggerakkan
Kisah santri KH Ahmad Dahlan yang protes kenapa berulang-ulang masih mengaji surat al-Maun mengandung pesan, al-Quran tidak cukup dibaca, dihafal, dan diterjemahkan. Ajaran Islam harus diwujudkan dengan amal. Itulah namanya membumikan al-Quran. Bukan hanya jadi angan-angan dan wacana. Tapi direalisasikan menjadi solusi masalah sosial.
Kiai Dahlan mengajak umat jangan sampai menjadi pendusta agama. Pintar ceramahkan ayat tapi tak pernah menjalankan. Itu disebut Kiai Jarkoni. Iso ujar gak iso nglakoni.
Dengan semangat al-Maun, umat menyantuni anak yatim, memberi makan orang miskin, menjalankan shalat berjamaah, hindari riya’, dan saling menolong dalam urusan sehari-hari. Amalan ini sekarang menjadi slogan ta’awun sosial yang menebar kebaikan di masa pandemi covid-19 dan bencana.
Kisah Kiai Dahlan memukul kentongan di siang hari yang mengagetkan warga Kauman Yogyakarta membawa pesan menjadi aktivis itu harus rela berkurban harta benda. Seperti Kiai Dahlan yang menjual perabot rumahnya untuk membayar gaji guru sekolah. Itulah jihad yang dicontohkan pendiri Muhammadiyah.
Di saat warga persyarikatan sedang membangun sekolah, panti, masjid, selalu teringat kisah ini. Lantas tergeraklah hati menyerahkan uang, emas, kendaraan untuk disumbangkan. Infak sedikit demi sedikit itu saat laporan tahunan sangat mengagetkan karena tak disangka jumlah uang yang terkumpul bisa mencapai satu miliar.
Tanah yang semula kosong itu tiba-tiba sudah berubah menjadi gedung bertingkat yang menjadi landmark, tetenger, daerah itu. Hati jadi tersentuh ketika ada aktivis yang meneteskan air mata ketika melihat apa yang dulu disangka muskil dibangun ternyata kini sudah jadi kenyataan.
Terakhir pesan Kiai Dahlan, hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah adalah cermin keikhlasan dalam berdakwah. Bukan mencari untung materi, meniti karier, atau menggalang popularitas.
Kalau Anda sekarang menjadi karyawan di amal usaha maka pahamilah ajro dan ujroh. Pahala dan upah. Niatkanlah kerja itu sebagai jalan dakwah melalui Muhammadiyah agar dua-duanya didapat. Jika Anda cuma numpang mencari hidup, maka ajro pun terlepas. (*)
Editor Sugeng Purwanto