PWMU.CO – Keteladanan guru menjadi motor untuk wujudkan sekolah Muhammadiyah unggul dan Islami. Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dr Agus Taufiqurrahman MKes SpS dalam kegiatan Supervisory Management Program #4, Sabtu (20/2/21).
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Tim Sinergi Human Resource Department (HRD) Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik dia mengatakan guru harus mengantarkan anak didik pada tiga hal.
Seperti yang disampaikan KH AR Fachrudian dalam acara mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi. Bahwa alumni pendidikan Muhammadiyah harus unggul moral spiritual, intelektual, dan berperan sosial dalam kehidupan nyata.
“Pendidikan akhlak menjadi nomor satu. Ini menandakan bahwa pendidikan ini adalah keteladanan itu. Guru harus memberikan keteladanan, mampu menginspirasi, role model, sekaligus motivator,” ujarnya.
Jalan Ibadah dan Dakwah
Dalam kegiatan bertema Leadership Trough Learning Agility, Agus menjelaskan kalau menjadi guru harus dijadikan sebagai tujuan utama dan bukan melihat pada sisi materi. Bekerjanya guru sebagai bagian dari ibadah, maka di dalamnya tertanam amanah, rasa syukur dan rahmat dari Allah SWT, dan muncul spirit di dalamnya.
“Bekerja di AUM (amal usaha Muhammadiyah) bidang pendidikan adalah jalan ibadah dan dakwah,” jelasnya.
Dia memaparkan, guru ke sekolah bukan sekadar mempraktikan masing-masing keilmuannya. Tetapi ke sekolah atau kampus adalah dakwah ibadah sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.
Kalau guru hanya transfer pengetahuan akan ada masanya guru tidak dibutuhkan karena Google lebih cerdas lebih tahu banyak. Kalau guru mentransfer adab, ketakwaan, dan keikhlasan, maka guru tersebut akan selalu dibutuhkan karena Google tidak memiliki semuanya.
Guru Harus Berubah saat Pandemi
Pada masa pandemi Covid-19, Agus menegaskan, guru harus berubah karena masyarakat mulai sadar akan mutu pendidikan semakin tinggi. Hal ini didasarkan sekolah yang memiliki keunggulan sajalah yang akan bertahan. Sedangkan yang tidak memiliki akan ditinggalkan.
“Untuk bisa membawa sekolah Muhammadiyah unggul Islami, maka kuncinya ada pada prinsip kepemimpinan sekolah. Di sinilah letak urgensi kepempinan tersebut,” ungkapnya.
Dia mengatakan pemimpin menjadi utama. Ini sama halnya dengan memimpin bangsa yang maju, ada empat syarat yang harus dipenuhi, mulai dari sumber daya alam (SDA), Sumber daya manusia (SDM), budaya yang kuat, dan punya kepemimpinan yang kuat.
SDA, SDM dan budaya bisa tereliminasi kalau tidak mimiliki kepemimnpinan yang kuat. Untuk itu, sambungnya, pemimpin harus memiliki tiga hal, yaitu kemauan, kesempatan, dan kemampuan supaya bisa menjadi sekolah Muhammadiyah unggul dan Islami.
Lima Cara Memimpin AUM
Agus menjelaskan untuk bisa memimpin AUM pendidikan yang mampun membawa pada level unggul dan Islami, pemimpin harus mampu memiliki 5K.
“Yaitu adalah kesungguhan dan kesabaran. Ini adalah modal semangat kuat untuk bisa meraih prestasi. Dalam dirinya ada cinta atau senang, maka hasilnya bisa excellent. Tugas tidak jadi beban, isinya jadi kebahagiaan,” ujarnya.
Selanjutnya adalah karakter kedisiplinan, keteladanan, kebersamaan, dan keikhlasan. Kelima modal inilah yang wajib dimiliki dalam aplikasinya membesarkan AUM pendidikan. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.