‘Sulap Kelas Jadi Studio’ Bawa Berlian School Ngopi Bareng Den Budi. Berita Pandemi Belum Usai, Berlian Sulap Lagi Ruang Kelas Jadi Studio ditulis oleh Konselor BK Berlian School Sayyidah Nurriyah SPsi.
Berita yang dipilih sebagai juara pertama dalam praktik Pelatihan Jurnalistik Softnews: Menulis Fakta Rasa Sastra, Kamis (11/2/2021) itu menarik perhatian Radiomu untuk memperbincangkan dalam acara Ngopi Bareng Den Budi. Berikut kisahnya:
PWMU.CO – Sebuah panggilan WhatsApp muncul di layar ponsel Sayyidah Nuriyah SPsi. Nomornya asing: belum terekam alias belum bertuan. Sayyidah ragu untuk mengangkatnya. Maklum, dia pernah punya pengalaman buruk dengan nomor asing.
Beberapa hari sebelumnya dia sempat mengangkat panggilan telepon seluler dari sebuah nomor asing. Ternyata bukan nomornya saja yang asing, peneleponnya juga benar-benar asing, orang yang sama sekali tak dia kenal. Dan ini yang membuat dia was-was jika nomor baru menerobos layar ponselnya: modus penipuan.
Maka, ketika Sabtu (13/2/2021) pukul 15.36 WIB itu dia kembali mendapati call nomor baru, dia langsung memencet tombol merah bergambar gagang telepon, setelah beberapa kali berdering. Sayyidah menolak panggilan.
Begitu dia menolak call WhatsApp itu, sebuah pesan chat masuk ke ponselnya. Sayyidah pun lega. Sebab nomor asing yang baru dia tolak itu berasal dari orang baik-baik.
“Assalamualaikum Bu Sayyidah. Perkenalkan saya Masyitoh dari MCCC di Radiomu. Ingin mengajak Ibu menjadi nara sumber kami malam ini jam 18.30-19.30 WIB dengan pembahasan “Sulap Kelas Menjadi Studio”. Bagaimana Bu?” begitu pemlik nomor itu mengenalkan dirinya.
Membaca pesan itu Sayyidah teringat pesan chat dari Admin PWMU.CO yang dia terima sebelumnya pukul 15.29 WIB. “MCCC pusat mau hubungi Ibu, tertarik berita Pandemi Belum Usai …Kembali terbukti kekuatan menulis berita di PWMU.CO,” bunyi pesan itu mengabari Sayyidah.
Admin PWMU.CO itu menjelaskan, semula yang diminta menjadi nara sumber adalah Mohammad Nurfatoni, editor tulisan Sayyidah tersebut. Tapi dia menolak karena menurutnya, yang paling pas berbicara soal “Sulap Kelas Jadi Studio” adalah guru yang terkait dalam berita.
Maka, dia pun memberikan kartu nama virtual Sayyidah pada Masithoh. Rupanya Masithoh langsung menghubungi Sayyidah saat itu juga untuk menjadi nara sumber di acara Ngopi Bareng Den Budi.
Tapi, terbebas dari masalah nomor asing bukan berarti membuat Sayyidah lepas dari persoalan. Selain terkaget-kaget karena tidak menyangka berita yang dia tulis menarik perhatian Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dan Radiomu. Sayyidah juga bingung karena acaranya begitu mendadak. Dia juga ragu, apakah tepat menjadi nara sumber di acara tersebut.
Di tengah kekagetan dan kebingungan itu, ia memberanikan diri bertanya kepada Masithoh—belakangan ia baru menyadari bahwa dia adalah penyiar radio yang memandunya saat live acara Ngopi Bareng Den Budi.
“Bu Masyitoh, di sini saya sebagai Konselor BK yang menulis berita tentang topik tersebut. Nggak apakah jika saya menjadi nara sumbernya?” tulis Sayyidah dalam pesan WhatsApp sambil gemetar.
“Yang benar-benar memahami penyulapan kelas menjadi studio sebenarnya Waka Sarpras sebagaimana yang saya wawancarai dalam berita tersebut, pripun?” lanjutnya masih dengan kekalutan.
Akhirnya setelah beberapa waktu berbalas pesan dengan pihak Masyithoh, Sayyidah diperbolehkan mengajak Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana Idayanti SPd—orang yang memiliki ide untuk menyulap kelas menjadi studio—untuk bersama menjadi nara sumber.
Sayyidah yakin Idayanti lebih tepat memberikan informasi yang kaya terkait “Sulap Kelas Jadi Studio” daripada dirinya yang ‘hanya’ sebagaii konselor BK yang meliput berita tersebut.
Selain menyetujui keikutsertaan Idayanti, pihak Radiomu juga sepakat mengundurkan jadwal on air. Dari Sabtu menjadi Kamis (18/2/2021) malam.
Pembukaan Ngopi Virtual
Tepat pukul 18.45 WIB, suara khas lagu Sang Surya diiringi tampilan bendera Muhammadiyah di layar mengawali pembukaan acara Ngopi Bareng Den Budi.
Suara khas kopi yang dituang dari cerek ke cangkir terdengar kemudian, disusul suara “Ngopi Bareng Den Budi” yang kental dengan logat Jawanya. Adegan penuangan kopi ini diulang empat kali, seolah pendengar benar-benar disajikan secangkir kopi.
Acara yang berlangsung secara virtual melalui Zoom Clouds Meeting ini dipandu langsung oleh Budi Santosa SPsi MKM (Den Budi) dan Masyitoh Inayati (Mbak May). Mereka adalah pemandu acara dari Radiomu yang berkantor di Yogyakarta.
Mengawali obrolannya, dengan ceria dan lantang Mbak May mengucap salam. Disambut Den Budi—lengkap dengan penampilan kasual jaket merah dipadu celana cokelat—yang menyapa penonton setia Radiomu.
Ia menyatakan, meski banyak yang terdampak oleh pandemi Covid-19, tapi di sisi lain ternyata tidak mengurangi kreativitas sebagian orang.
“Banyak sekali yang menjadikan era pandemi ini sebagai tolak ukur untuk meningkatkan peran dan citra masing-masing, untuk institusi maupun personal,” kata Den Budi yang kemudian memperkenalkan tamu spesialnya dari Berlian School Gresik.
Sebelum menyapa Idayant dan Sayyidah, Den Budi melontarkan candaannya kepada Sayyidah untuk mencairkan suasana, “Kalo di sini itu nama jalan.”
“Itu di Sayidan!” sahut Mbak May, diikuti nyanyian singkat Den Budi.
Saat Mbak May menyapa, Idayanti dan Sayyidah menjawab dengan kompak, “Waalaikumsalam.”
Tidak hanya kompak menjawab salam, keduanya juga kompak dengan setelan maroon dan bermasker putih. Di belakang mereka tampak latar belakang virtual dengan tulisan “SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik” berwarna biru muda. Di bawahnya, tulisan “Siap Mendunia” berwarna merah terang, tampak kontras dengan setelan yang dipakai Idayanti dan Sayyidah.
Tak lupa, Mbak May mengingatkan penonton/pendengar Radiomu bahwa obrolan langsung ini bisa diikuti di media sosial, baik melalui streaming YouTube dan Facebook Radio Muhammadiyah.
Sulap Kelas Jadi Studio
Tak habis ide, Den Budi kembali melontarkan guyonan singkatnya yang menyinggung kata “Sulap” sebagai identik dengan “prok prok prok”, yaitu penampilan yang sering dibawakan pesulap terkenal Pak Tarno.
Perbincangan hangat terjadi tatkala Idayanti mengajak Den Budi yang berada di Yogyakarta untuk mampir ke Kota Pudak Gresik.
“Kalau ke Gresik tak kasih otak-otak bandeng nanti,” ujar Idayanti di Studio SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik.
Den Budi pun lansung menyambung dengan pertanyaan, “Kenapa ruang kelas di sulap menjadi studio, kok bukan ruang meeting atau yang lain?”
Idayanti menjelaskan, selama pandemi anak-anak belajar di rumah, guru-guru juga harus meningkatkan kreativitasnya dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Oleh karena itu, sambungnya, “Kalau daring hanya dilakukan biasa saja, rasanya kurang nyaman kalau tidak ada tempat khusus untuk guru-guru dalam mengolah pembelajaran.”
Idayanti kemudian mengenalkan perangkat-perangkat yang ada dalam studio. “Jadi akhirnya, kelas itu kita jadikan studio yang dipasang kain hijau (green screen), Smart TV, komputer, microfon, dan sebagainya,” jelasnya.
Dia menjelaskan, awalnya hanya dua kelas yang dijadikan studio. Namun sampai saat ini sudah lima ruangan termasuk meeting room dan laboratorium komputer yang jadi studio.
“Bahkan kamar mandi yang tidak terpakai juga akan dijadikan studio. Saat ini sedang proses untuk kamar mandi yang akan kita jadikan studio,” tambahnya.
Di sela perbincangan, Den Budi memuji jika Berlian School memang sudah keren. Host yang berada di studio Radiomu itu, tampak memperlihatkan hasil pencarian Facebook Berlian School di gawainya, kemudian ia tunjukkan kepada Mbak May.
Laki-laki yang sejak tadi duduk bersandar pada kursinya sambil memegang microfon merah itu bertanya-tanya tentang GKB, “GKB apa sih tadi kepanjangannya, B-nya Berlian ya, lalu huruf G dan K-nya apa?” tanyanya.
Idayanti langsung menjelaskan jika GKB itu kepanjangan dari Gresik Kota Baru, bukan Berlian. Hal ini membuat suasana studio di Yogya tersebut berubah gaduh karena ketidaktahuan Den Budi dan Mbak May pada istilah GKB.
Keseruan segmen pertama itu ditutup dengan Derap Berkemajuan, yaitu lagu Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48. Tentunya, diikuti dengan adegan penuangan kopi “bersuara” khas Ngopi Bareng Den Budi.
Dampak Psikologis selama Pandemi
Saat ditanya Den Budi terkait dampak psikologis siswa selama pandemi ini, Sayyidah menjelaskan berdasarkan keluhan yang didengarnya, di mana anak-anak mulai jenuh, bosan dan ingin masuk sekolah.
“Mendengar keluhan dari anak-anak, akhirnya Tim Konselor BK mendesain kegiatan daring yang menarik untuk mereka (para siswa) dengan memanfaatkan studio-studio yang ada di sekolah,” kata dia.
Contohnya, sambung Sayyidah, kegiatan Ngobrol Batman (Bareng Teman) yang isinya obrolan santai membahas kegiatan anak-anak selama pandemi.
“Tidak hanya dari BK, namun di bidang yang lain juga mengadakan kegiatan serupa,” tambahnya.
Sayyidah kemudian menjelaskan kegiatan virtual tour yang tak kalah menarik. Hal ini membuat host acara Ngobrol Bareng Den Budi merasa penasaran dan menganggap Berlian School merupakan sekolah favorit di Gresik.
Dari Sejarah hingga Prestasi
Setelah berganti segmen, Den Budi kembali mengajukan pertanyaan kepada Idayanti.,”Apa yang memotivasi para pimpinan di Gresik untuk menjadi sekolah yang berbeda?”
Idayanti menjawab, walau usianya masih 11 tahun, SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik yang populer disebtu Berlian School itu sudah meraih predikat Sekolah Sehat Nasional. Mendengar usia Berlian School itu, Den Budi kemudian tertarik mengetahui sejarah lahirnya sekolah tersebut.
“Tahun 1995 Majelis Dikdasmen PCM GKB mendirikan SD Muhmmadiyah 1 GKB (SD Mugeb). Karena banyak sekali siswa yang mendaftar sehingga tidak tertampung, akhirnya Majelis Dikdasmen mendirikan sekolah di Pondok Permata Suci bernama SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik,” terang Idayanti.
Alhasil, Den Budi memahami mengapa Berlian School disebut SD Muhammadiyah 2. Setelah Den Budi mendapat informasi jumlah siswa Berlian School saat ini sekitar 700-an dari Idayanti, ia mendapat gambaran betapa banyaknya jumlah guru di sana. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana awal mereka bisa bersepakat membangun studio.
Lalu Idayanti menjelaskan, dalam naungan Majelis Dikdasmen PCM GKB, terdapat berbagai sinergi. “Ada sinergi IT, networking (jejaring), dan lain-lain,” jelasnya.
Dari situ, lanjutnya, muncul ide-ide kreatif bagaimana mengemas pembelajaran yang menyenangkan. “Kelas virtual yang fun, seperti di sekolah kembali walau di rumah,” ujarnya.
Yang tak kalah penting, menurut Idayanti, dari studio-studio ini juga lahir bibit prestasi. “Prestasi anak tidak boleh berhenti. Dari bidang pengembangan diri, jika menemukan bibit prestasi yang unggul, ya kita olah dari dalam studio itu,” terangnya.
Berbagai prestasi lahir dari siswa Berlian School di masa pandemi ini. “Nyanyi juara, puisi juara, film indie juara,” paparnya. Video rekaman mereka pun telah diunggah di channel Youtube Admin Berlian,” tambahnya.
Ujian Segmen Terakhir
Segmen terakhir dibuka dengan sapaan Den Budi bersama Mbak May kepada pemirsa yang hadir di Facebook. Setelah puas menyapa, Den Budi bertanya kepada Sayyidah bagaimana menampung semua masukan dan keinginan dari 700-an pasang ayah-bunda di Berlian School agar putra-putrinya tetap semangat mendapat ilmu.
“Kami menyusun Guru Pembimbing Siswa yang mendampingi siswa kelas 5-6, sebab tuntutan tugasnya banyak sekali…”
Belum selesai ia menjelaskan, Mbak May menginformasikan bahwa suara dari “Studio Berlian” tidak terdengar di studio Yogya.
Sayyidah dan Idayanti tampak bingung. Langsung saja Sayyidah menghubungi ahli IT yang telah bersiaga di sekitarnya. Segmen terakhir diwarnai dengan ujian kesalahan teknis. Tapi setelah beberapa menit terjadi gangguan, obrolan dilanjutkan karena suara mereka tetap terdengar oleh pemirsa.
Sajian wajib saat hadir di Ngopi Bareng Den Budi pun mereka cicipi. Ya, tantangan pantun! Satu per satu mereka menyampaikan pantunnya, di mulai dari Ida.
“Ono gajah mangan rambutan, tenang ustad-ustadzah patuhi protokol kesehatan!” ucap Idayanti bersemangat.
Sayyidah langsung menyambungnya, “Kangguru makan ikan sepat, minum segar air bening. Bapak ibu guru tetap semangat, meski ngajar secara daring,”
Mbak May mendapat giliran selanjutnya, “Sore hari pulang ke rumah, langsung tidur capek sekali. Cari ilmu tak hanya di sekolah, tapi juga di kehidupan sehari-hari.”
“Cakeeep!” celetuk Den Budi. Kemudian ia menyampaikan pantunnya, “Buah duku, buah kedondong. Jangan malu-malu kalo mau telpon saya dong!” sambungnya, lagi-lagi dengan bercanda, hahaha…
Seisi ruangan studio pun tertawa mendengar pantun unik Den Budi. (*)
Penulis Firdausi Nuzula. Editor Mohammad Nurfatoni