Anak Wafat sebelum ‘Di-TKI-kan’ PWMU.CO ke Malaysia dan Thailand, adalah pengalaman yang ditulis olah Mulyanto— kontributor dari SD Mudipat Surabaya—menyambut Milad Ke-5 PWMU.CO, 18 Maret 2021.
PWMU.CO – Bapak, Ibu, teman-teman, kakak-kakak, adik-adik semua. Di sini perlu aku luruskan. Aku bukan penulis. Aku hanya seorang suami, seorang ayah pemula, dan staf Humas di SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Pucang Surabaya sejak Agustus 2014 hingga kini. Aku orang Sumenep, Madura.
Dan, kebetulan memang dunia kerjaku kini dekat dengan dunia tulis-menulis. Sebenarnya aku adalah jebolan Sarjana Pendidikan Matematika. Kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang lulus tahun 2011.
Dulu sekali setamat kuliah aku pernah menjadi wartawan Jawa Pos Radar Malang. Mungkin karena itulah aku masih cinta menulis sampai hari ini.
Oleh karena di sekolah aku bagian humas, maka salah satu pekerjaanku adalah menjadi kontributor untuk mewartakan sekolah di banyak media. Tak terkecuali berkontribusi di PWMU.CO, portal resmi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Aku ikut berkontribusi sejak 2016, sejak PWMU.CO didirikan. Kala itu pemrednya Mas Muh. Kholid AS. Beliaulah yang banyak ngajari aku.
Saat awal-awal itu aku berkirim email ke PWMU.CO kalau hendak berkontribusi berita sekolah. Hanya murni berita sekolah. Berita prestasi, berita event, dan lain-lain. Dulu belum secanggih hari ini yang tinggal ketik di WA langsung jadi berita. Dulu repot memang. Namun itulah indahnya.
Sebenarnya sebelum jadi kuli tinta ini, aku sempat menjadi guru sesuai ijazahku, di SD Muhammadiyah 8 Kota Malang. Sayang, hanya sekejap. Namun kepala dan guru-guru dan seniorku di sekolah itu kini masih ada di hatiku. Selalu terkenang dengan banyak kebaikan dan guyub-nya.
Ingin Jadi TKI
Sebenarnya lagi, sebelum menjadi guru SD itu, aku yang berasib suram kala itu. Melamar kerja ke sana ke mari tak diterima. Sudah interview tinggal keputusan, eh ditolak. Katanya karena orang Madura. Asyem.
Maka pendek pikir, aku sempat punya niat baja untuk lebih baik jadi TKI atau tenaga kerja Indonesia, saja. Minimal TKI di Malaysia atau Singapura. Kerja apa saja. Tukang boleh. Cikgu boleh.
Sudah kuhubungi kakak ipar yang tukang bangunan di Kuala Lumpur. Sudah kuminta restu Emak (ibu). Aku juga minta agar sapi Ibu dijual sebagai ongkos ke Malaysia. Berat waktu itu. Memang nasibku nyungsep. Mungkin banyak dosa.
Namun beberapa saudara sepupu memberatkanku. Mereka memotivasi agar kerja yang baik saja di tanah air. Katanya lebih baik nyangkul di negeri sendiri daripada direktur di negeri orang. Maka niat jadi TKI akhirnya lindap seketika. Maka jadilah aku guru SD, lalu geser ke wartawan, dan geser ke Surabaya.
Dan kini PWMU.CO sudah berusia 5 tahun. Tak terasa. Waktu begitu cepat. PWMU.CO kini makin keren. Makin rame, makin dimanis, makin mencerahkan. Maka aku mengaku, aku selalu mencintai portal ini meski sudah kurang berkontribusi untuk PWMU.CO saat ini.
Dulu sekali sejak portal ini lahir aku mungkin paling semangat berkontribusi. Pokoknya tiada hari tanpa berita atau tulisanku di PWMU.CO. Semboyannya one day one news. Entah kenapa, kalau tulisanku masuk media, termasuk masuk PWMU.CO, hati bungah dibuatnya, padahal tidak diupah. Pokoknya hati senang.
Di-TKI-kan PWMU.CO
Dan hari-hari berlalu, kemudian Allah “guyon” indah pada 2018, tepatnya di bulan Januari. Allah menganugerahkan prestasi indah dan mengejutkan buatku. Istri dan keluarga besarku tentu ikut bangga dan bungah atas prestasiku itu.
Saat itu aku terpilih—bahasa lain dari dinobatkan—sebagai kontributor terbaik PWMU.CO. Dan, hadiah dari keterpilihan aku beserta dua rekanku yang senasib sebagai kontributor berita terbaik waktu itu adalah jalan-jalan gratis ke luar negeri (LN). Ke Thailand dan Malaysia, 2-5-Maret-2018. Jalan-jalan ini dinamai Rihlah Dakwah Muhammadiyah Jatim.
Sebagai orang udik, jangankan luar negeri, ke Aceh atau Papua saja aku belum pernah. Maka, hadiah ke LN itu sungguh sangat membahagiakan aku dan keluarga besar. Ya istriku, anakku, ibuku bapakku dan mertuaku beserta paman bibi dan kakak-kakakku.
Maka segera saat itu aku urus paspor. Ini pengurusan parsor pertama kali dalam sejarah hidupku. Saat masuk kantor imigrasi dada berdegub tak keruan. Saking bahagia atau ndeso-nya. Sepertinya tak ada bedanya.
Lalu segera aku persiapkan: nabung untuk sangu karena keberangkatan masih sebulan lagi, meski tak banyak. Ternyata, alhamdulillah, di pesawat oleh Abah Nadjib Hamid, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim—yang mengomandani jalan-jalan ini, kami diamplopi. Tebal. Alhamdulillah. Dan, jalan-jalan kami ke LN itu memang indah: penuh kenangan.
Masyaallah, sungguh indahnya. Siapa sangka, dulu aku yang sempat berniat jadi TKI di Malaysia ini malah dibonusi “TKI” di Thailand juga. Aku sungguh tak pernah bermimpi dapat penghargaan ini. Tak pernah terbesit. Pokoknya saya nulis-nulis saja, ngirim-ngirim saja ke PWMU.CO, tanpa berharap apa-apa.
Meski begitu tak pernah aku mengurangi standar. Maksudnya, aku tak ogah-ogahan. Selalu semangat nulis. Karena aku yakin, kalau aku bekerja luar biasa aku akan mendapatkan yang luar biasa pula.
Dan, terjadilah yang luar biasa itu. Itulah pemberian Allah lewat orang-orang baik petinggi-petinggi dan dermawan PWMU.CO. Maka lewat tulisan ini aku sampaikan maturnuwun sanget atas kebaikan panjenengan semua. Semoga Allah membalas dengan rezeki yang lebih melimpah. Amin.
Kehilangan Anak
Namun, aku perlu berkisah kepada Panjenengan semua, bahwa di balik peristiwa indah itu ada peristiwa penyerta yang luar biasa. Karenanya aku namai Allah “guyon” indah.
Tepat beberapa hari setelah pengumuman aku sebagai kontributor terbaik dan dapat hadiah jalan-jalan ke LN—ini aku belum berangkat ke LN—eh, Allah menunjukkan Kemahakuasaannya atas manusia.
Anak kedua kami yang baru berusia lima bulan 10 hari oleh Allah diambil untuk ditempatkan di surga-Nya. Semoga engkau senang di Sana, Nak. Allahumma firlahu … Anakku diambil dalam keadaan sehat segar bugar ceria. Hanya satu hari peristiwa saat itu, dada berdegub tak keruan, aku panik semua orang panik luar baisa.
Anakku tak pernah dan tak punya riwayat sakit, hanya Ahad siang itu ia muntah-muntah, lalu sore hari dibawa ke Puskesmas, dan malamnya bakda Isyak sudah tiada pada 21 Januari 2018. Sungguh Semua milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah.
Allah “guyon” dengan indah betul. Prestasiku disandingkan dengan air mata. Tujuannya—mungkin—Allah ingin aku dan keluargaku sadar, kuat, tabah, ikhlas, teguh hati, dan lain-lain. Juga, Allah mau menasihati kami bahwa semuanya adalah dari Allah dan semua akan kembali kepada Allah saja. Semata. Susah senang dari Allah. Hidup mati terserah Allah,dan lain-lain. Titik.
Tuhan kalau guyon sungguh indah, bukan? Semoga ada yang bisa diambil pelajaran dari kisah sederhana ini. Barakalloh.
Surabaya, 25 Februari 2021
Salam sayang! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni