Beruntung, Orang yang Terzalimi ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Beruntung, Orang yang Terzalimi ini berangkat dari hadits riwayat Bukhari.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. رواه البخاري
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: ‘Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham.
Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kedhalimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang didhaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya.’
Definisi Zalim
Zalim didefinisikan wadl’usysyai i fi ghairi wadl’ihi yakni menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dan hal itu juga berarti tidak memanfaatkan sesuatu sesuai fungsi yang semestinya, atau memaksakan sesuatu di luar kapasitasnya. Sehingga kedhaliman memiliki banyak versi sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.
Allah SWT mengharamkan berbuat kezaliman diri-Nya, dan tentu juga untuk umat manusia secara keseluruhan, sebagaimana dalam hadits qudsi Allah berfirman:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا)…رواه مسلم)
Dari Abu Dzar dari Nabi SAW dalam meriwayatkan firman Allah SWT yang berbunyi: ‘Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan diantara kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu saling berbuat zhalim! (HR Muslim)
Dalam hal ini Allah tidak berbuat zalim sedikit pun kepada siapapun dan apapun, kecuali mereka sendirilah yang berbuat dhalim kepada dirinya atau kepada orang lain.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (Yunus: 44)
Dengan demikian harus kita pahami bahwa kasih sayang Allah itu tidak bertepi. Kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya tidak cacat sedikit pun.
Zalim pada Diri Sendiri
Zalim kepada diri sendiri yang utama adalah mereka yang tidak mentauhidkan Allah secara utuh. Dan ini merupakan kedhaliman yang sangat besar. Karena tidak mentauhidkan Allah berarti menyekutukan-Nya. Sehingga dosa ini adalah dosa yang tidak terampuni kecuali sempat bertaubat.
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ (Luqman: 13)
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisa: 48)
Kemudian kezaliman kepada diri sendiri adalah ketika seorang hamba tidak taat kepada ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Yakni tidak taat dalam rangka menunaikan ibadah kepada Allah. Di samping itu ketidaksesuaian sikap hidup terhadap ketentuan Allah dan Rasul-Nya merupakan bentuk kedhaliman pada diri sendiri.
Kerugian Bertindak Zalim
Sebagaimana dalam hadits di atas setiap kezaliman yang dilakukan oleh setiap orang akan diberikan balasan oleh Allah SWT. Dalam hal ini berarti Allah akan menegakkan keadilan bagi siapa saja tanpa kecuali.
Maka ketika merasa telah berbuat zalim hendaknya segera memohon untuk dimaafkan atau dihalalkan kepada yang terzalimi. Hal ini jika diketahui telah berbuat zalim.
Lebih sulit adalah ketika perbuatan zalim tersebut tidak disadarinya, maka hal ini pasti tidak akan ada permohonan maaf. Akibatnya adalah akan ditegakkan keadilan di akhirat.
Oleh sebab itu kewaspadaan dalam hal ini sangat penting. Jangan sampai kemudian seseorang mezalimi orang lain tanpa merasa melakukannya. Karena akibatnya sangat fatal yaitu ketika berhadapan dengan keadilan Allah SWT di akhirat.
Tukar Pahala
Metode penegakan keadilan sebagaimana penjelasan hadits di atas adalah pahala yang dimiliki akan diberikan kepada yang dizaliminya. Dan jika telah habis pahala itu dan orang yang dizalimi masih ada, maka dosa orang yang dizalimi itu akan diberikan padanya, sehingga pahala amal baiknya habis dan malah dosanya semakin banyak. Na’udzubillah min syarri dzalik.
Sebaliknya, dengan demikian yang terzalimi sewaktu di dunia akan merasa beruntung yang sangat besar, karena pahalanya akan bertambah atau dosanya akan terkurangi. Sehingga dengan keadaan demikian dengan rahmat Allah dapat mengantarkannya untuk masuk ke dalam syurga.
Demikianlah keadilan itu akan ditegakkan dengan seadil-adilnya. Keadilan Allah nantinya akan memberikan rasa keadilan bagi setiap hamba-Nya. Sedangkan sewaktu di dunia yang namanya keadilan itu sulit didapatkan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Beruntung, Orang yang Terzalimi adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 23 Tahun XXV, 26 Februari 2021/15 Rajab 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.