Pengajian Menarik Cara MTA oleh Ainur Rafiq Sophiaan, praktisi dan dosen ilmu komunikasi.
PWMU.CO-Pagi itu seperti biasa saya mulai membuka WA sekitar pukul 06.00. Di beberapa grup ada berita duka. Drs H. Ahmad Sukina, pimpinan Majelis Tafsir Al Quran (MTA) wafat pada pukul 03.45, Kamis (25/2/2021). Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Insyaallah husnul khatimah.
Ustadz Ahmad Sukina lebih dikenal masyarakat sebagai pengisi Kajian Ahad Pagi di Markas MTA di Jl Ronggowarsito 111 A, Surakarta. Mulai 09.00 sampai 12.00. Jamaahnya datang dari berbagai perwakilan di daerah. Tak sedikit juga datang dari luar Jawa. Pantas setiap acara, jalan-jalan sekitar dipenuhi deretan mobil dan bus.
Menariknya lagi di halaman samping berjajar ratusan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan, minuman, suvenir, dan barang-barang kecil kebutuhan rumah tangga. Seperti pasar dadakan yang dikelola dengan rapi dan tertib. Saya sendiri sempat sekali mengikuti kajian langsung di markas awal Maret 2020 sebelum meledak covid-19.
Banyak masyarakat mengenal MTA melalui radionya, di daerah banyak yang di-relay, atau teve parabola MTA TV. Ya, kajian Ahad Pagi itu yang dicari. Ternyata di markas juga dijual berbagai buku, majalah. Juga ada bundel buletin mingguan dari awal penerbitan sejak kajian ini diisi oleh pendiri MTA Ustadz Abdullah Thufail Saputra pada September 1972.
Siaran pengajian ini juga lewat semua kanal medsos seperti Instagram, Facebook, YouTube. Belum terhitung yang nobar atau dengbar (dengar bareng) di daerah. Rupanya MTA sangat agresif dalam memanfaatkan semua media. Satu hal yang patut diapresiasi.
Kontroversi
Banyak hal positif sekaligus negatif yang kita baca dan dengar tentang pengajian menarik MTA. Beberapa yang dinilai kontroversial juga sering dialamatkan ke Ahmad Sukina, pengasuh kajian sejak Thufail wafat pada September 1992.
Di antaranya soal penghalalan daging anjing. Pihak MTA sendiri beberapa kali sudah mengklarifikasi. Namun, toh jawaban yang diberikan terkesan abu-abu. Hanya membacakan surat al-Maidah ayat 3 dan surat an-Nahl ayat 115 tentang jenis makanan haram. Tapi saya tidak ingin membahas soal ini yang mayoritas ulama sudah sepakat mengharamkannya.
Yang cukup memprihatinkan justru tantangan dan ancaman yang muncul dari beberapa pihak yang terusik dengan dakwahnya. Beberapa kali juga didemo kelompok yang tak menyukainya. Harap diketahui, kelompok pengajian ini sangat keras dan kerap memperbincangkan persoalan seputar qunut, tahlil, slametan, dan berbagai praktik keagamaan yang kerap disingkat TBC (tahayul, bid’ah, churafat).
Ketiga masalah itu selalu saja mewarnai dalam sesi tanya jawab. Banyak persoalan rumah tangga yang sepele hingga besar juga ditanyakan. Beberapa penanya juga ada yang mengaku pengurus Muhammadiyah.
Sebagai praktisi dan pengajar komunikasi, saya lebih tertarik pada cara Sukina mengemas jawaban berdasarkan dalil al-Quran dan hadis. Apa yang disampaikan dengan bahasa yang merakyat, lugas, kadang lucu, dan sangat mudah dipahami siapa pun.
Rupanya almarhum Sukina juga menerapkan pola itu saat sesi tanya jawab. Penanya tak pernah dibatasi waktunya. Kadang cukup lama hingga menghabiskan jatah penanya berikutnya. Penanya dengan bahasa dan gaya masing-masing sangat beragam. Selesai menjawab, Sukina selalu menyela,”Sudah. Apalagi?”
Format kajiannya juga sederhana. Pertama, paparan tematis yang disampaikan Sukina. Kedua, menjawab pertanyaan melalui email dan medsos. Ketiga, tanya jawab langsung dengan hadirin. Keempat, warna-warni pengumuman seperti sumbangan untuk masjid dan sekolah.
Penyerahan Jimat
Dan ini, ada yang eksklusif: penyerahan keris dan jimat-jimat dari beberapa orang yang mengaku sudah taubat. Dari sesi ini saja sudah melesat peluru pesan yang dahsyat!
Model kajian seperti itu memang terasa unik dan menarik. Tidak terasa berat seperti umumnya kajian di Muhammadiyah. Sebaliknya tidak juga terasa kosong seperti pengajian di kalangan Nahdlatul Ulama.
Memang, prinsip dasar komunikasi adalah 3C. Clear, Consice, Concrete alias jelas, ringkas, lugas. Rasulullah sendiri bersifat tabligh (komunikatif). Pernah juga menyampaikan, khatibin al naas ‘ala qadri ‘uqulihim. Sampaikan pada khalayak sesuai tingkat pikirannya.
Belum jelas siapa pengganti Sukina nanti. Karena kepemimpinan di lembaga ini terasa sekali one man show. Konon kini telah memiliki 50 perwakilan dan lebih dari 170 cabang di seluruh Indonesia.
Pengajian menarik MTA barangkali sedikit bisa disamakan dengan kawan-kawan Salafi dalam konteks memanfaatkan jaring komunikasi. Bagi mereka yang penting pemikiran dan paham keagamaan bisa memengaruhi orang. Tidak peduli siapa dan apa latar belakang sosialnya. Termasuk yang sudah aktif di lembaga keagamaan lainnya. Pantas sangat agresif dan penetratif!
Surabaya, 26 Februari 2021
Editor Sugeng Purwanto