PWMU.CO – Salah satu bagian penting dari sejarah kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah aktivitas kajian dari komunitas mahasiswa Muhammadiyah di berbagai kampus. Untuk meneruskan tradisi itu, Pimpinan Komisariat IMM Asy-Syifa’ STIKES Surya Mitra Husada Kediri mengadakan kajian tentang sastra pergerakan berjudul “Bedah Puisi Wiji Thukul, Sebuah Makna dan Peristiwa”, di Masjid At-taqwa, Rabu (9/11)
Kajian sastra pergerakan yang diadakan dalam rangka memperingati hari pahlawan ini diikuti oleh 35 kader dengan menghadirkan 3 pemateri sekaligus. Di antaranya salah seorang pendiri PK Asy-Syifa IMM S-Strada Kediri Khabib M Ajiwidodo, Ahmad Fatoni dan Liza Novitasari Wijaya dari DPD IMM Jawa Timur.
(Baca: Ketika Pertemuan Para Tokoh Agama Jadi Ajang “Demo” Ahok)
Kajian diawali dengan pemaparan dari Fatoni. Dalam kesempatan itu, Fatoni mengapresiasi semangat kader-kader IMM untuk terus menumbuh kembangkan budaya keilmuan. Terlebih, lanjut Fatoni tema kajian sangat menarik. Karena tema kajian tidak terpaku hanya pada soal-soal keagamaan atau ke-Islaman saja. Tetapi kajian juga mengangkat tema seperti kesehatan, pergerakan, sejarah, sastra seperti kajian kajian kali ini.
Fatoni menerangkan, Widji Thukul merupakan salah soerang pemuda yang berani melawan kedzoliman penguasa saat itu, yakni Presiden Soeharto. Perlawanan Widji Thukul diwujudkan dengan jalan demontrasi dan membuat puisi. ”Sebagai Mahasiswa harus berani melawan kedzoliman yang dilakukan oleh penguasa, tidak da pengecualian. Baik itu penguasa kampus atau pemerintah,” katanya.
(Baca juga: Asah Rasa Patriotisme Melalui Teatrikal Perjuangan)
Sementara itu Liza menegaskan, perlawan bisa disampaikan dengan beragam cara. Salah satunya bisa disampaikan melalui tulisan. Seperti yang di lakukan oleh Widji Thukul. ”Perlawanan dalam bentuk apapun bisa dan boleh-boleh saja, asalkan santun dan bermartabat,” tegasnya.
Di akhir kajian, Khabib menutup acara dengan membacakan 4 bait puisi Widji Thukul yang berjudul “peringatan”.
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata ‘Lawan’. (reds/aan)