PWMU.CO – Muslim di Kamboja 700 ribu dan begini dinamikanya. Dinamika Muslim Kamboja dipaparkan oleh Ketua Musa-Asiah Foundation Prof Mohd Zain Musa.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Upgrading Pimpinan Muhammadiyah Sesi Ke-5 yang digelar secara virtual oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Sabtu (27/2/2021).
Upgrading sesi ke-5 mengambil tema Dakwah Islam dan Perkembangan Muhammadiyah, Pengalaman di Thailand dan Kamboja.
Khmer Islam
Menurut Mohd Zain Musa orang Islam di Kamboja dipanggil dengan Khmer Islam. Maknanya orang Khmer yang menganut agama Islam.
“Orang Islam di Kamboja terdiri dari dua golongan besar. Yaitu orang Cam dari Kerajaan Campa (192-1835) yang sekarang sudah tidak ada lagi sebagai pelarian. Dan orang Melayu dari Nusantara. Nusantara di sini bukan kepulauan Indonesia saja, tetapi termasuk semenanjung Tanah Melayu seperti Malaysia, Thailand dan sebagian semenanjung Indochina,” ungkapnya.
Orang Melayu dari Nusantara, lanjutnya, dalam sejarahnya datang sebagai pedagang dan berdakwah. Muslim di Kamboja sekitar 700.000 orang di 500 perkampungan. Wilayah Kamboja lebih kecil dibandingkan Thailand. Hanya ada 25 provinsi dan itu kecil-kecil. Kurang lebih total penduduk Kamboja 16 juta orang.
“Pekerjaan dakwah yang sangat menonjol dilakukan oleh orang Melayu. Mereka berasal dari Kelantan, Pattani, Jawa dan Minang. Dakwah dilakukan dengan kelas Islam di madrasah, pondok, dan juga di surau dan masjid,” ujarnya.
Sekolah Pasca Era Pol Pot
Pria asli Kamboja yang fasih berbahasa Melayu ini menambahkan di zaman modern pasca era Pol Pot berbagai sekolah dibuka seperti sekolah agama, sekolah tahfidh, dan sekolah terpadu. Sekolah terpadu menggabungkan kurikulum kebangsaan Kamboja dan kurikulum agama Islam.
“Sejak abad ke-15 Kamboja mengalami banyak perang sehingga memengaruhi kehidupan semua orang Kamboja termasuk Muslim. Situasinya tidak seperti di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Brunei,” paparnya.
Segala bentuk pembangunan, sambungnya, termasuk pendidikan di Indonesia telah dilaksanakan dengan sukses besar dan berkesinambungan. Terutama oleh Muhammadiyah sejak 1912 dan NU sejak 1926.
“Dua organisasi Islam di Indonesia yang saya sangat kagum, baik dalam kepengurusan maupun melaksanakan apa yang menjadi impian mereka,” pujinya.
“Apa yang akan dimiliki pendidikan di kalangan Muslim Kamboja untuk masa depan mereka kita belum ketahui. Tetapi bagaimana pun dengan kerjasama dengan Muhammadiyah yang sedang aktif sekarang ini maka kita doakan masa depan mereka cerah,” harapnya.
Belum Ada Ulama Besar
Dalam sejarah Kamboja, ujarnya, belum didapatkan semacam ulama besar. Tetapi pimpinan masyarakat termasuk selepas Perang Dunia II yang dikendalikan oleh Imam Musa (1916-1975).
“Dia seorang pelajar di Pattani Thailand. Dan banyak orang mengenal beliau dalam bidang dakwah ini. Mereka telah mengajar bukan hanya hukum agama, tetapi berbagai ilmu seperti ekonomi, sejarah, geografi, politik dan tentu saja semuanya berpusat pada pendidikan,” urainya.
“Karya dakwahnya memberikan pengaruh yang besar kepada masyarakat Muslim Kamboja. Ia membangun sekolah dasar nasional, sekolah agama dan sekolah terpadu. Kini Kamboja sudah ramai dengan Ustadz muda lulusan dari Malaysia,” tambahnya.
Pendirian Yayasan Muna-Asiah
Usaha dakwah kini di Kamboja setelah 1993 pendidikan berkembang pesat. “Kami mengenal Muhammadiyah pertama kali pada tahun 2005 di Universitas Muhammmadiyah Malang (UMM). Sejak itu jaringan dengan Muhammadiyah di Indonesia berkembang pesat,” terangnya.
“Pada tahun 2012 saya dan saudara kandung saya serta beberapa orang teman dalam bidang dakwah di Malaysia mendirikan sebuah yayasan yakni Yayasan Muna-Asiah (Yasma). Yasma mendirikan Sekolah Rendah Bersepadu Musa-Asiah atau SD Terpadu Musa-Asiah (Serpama) pada 2012,” jelas pria yang pernah menjadi utusan Kamboja untuk Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang ini.
Pendirian Yasma, ungkapnya, bertujuan untuk pengembangan pendidikan di kalangan muda muslim dan non-muslim yang kurang mampu di Kroch Chmar, kampung halaman saya. Dan memperluas aktivitas pendidikan di masa yang akan datang.
SD Terpadu Musa-Asiah
“Proyek utama Yasma adalah pendidikan dasar dan menengah. Proyek pertamanya adalah Sekolah Dasar Terpadu Musa-Asiah (Serpama). Kelas 1 buka pada 1 Oktober 2012 dengan 47 murid. Lokasi di Desa Svay Khleang, Kroch Chmar Distrik, Provinsi Thbong Khmum,” rincinya.
Angkatan pertama dan kedua (tahun 2012 dan 2013) murid Serpama telah lulus dan sambung pendidikan mereka di sekolah menengah nasional.
Miliki SMP dan Siapkan SMA
Sedangkan angkatan ke-3 tahun 2014 sambung pendidikan mereka di Sekolah Menengah Pertama Musa-Asiah (Sempama) yang dibuka pada tanggal 2 Januari 2021. SMP gred 7, 8 dan 9.
“Mohon doanya kami akan membuka Sekolah Menengah Atas untuk gred 10, 11 dan 12.Untuk mengimplementasikan tujuan mulia ini secara efektif. YASMA membutuhkan bantuan kalian khususnya dalam pendidikan Bahasa Indonesia dan subyek lain dalam pendidikan menengah,” harapnya.
Muhammadiyah melalui Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah banyak memberikan bantuan kepada YASMA-SEPAMA melalui lawatan kerja, KKN, staff training, beasiswa dan kursus BIPA.
“Bapak Ketua MPK PWM Jatim Dr Latipun yang paling aktif dan sudah pernah mendarat di SEPAMA. Kami membutuhkan bantuan untuk mengembangkan berbagai program misalnya cinta membaca dan cinta matematika untuk anak-anak muda,” jelasnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.