PWMU.CO – Emil Dardak mengatakan budidaya porang sangat menjanjikan. Hal ini disampaikan dalam webinar di Pimpinan Pusat Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM), Rabu (3/3/21).
Wakil Gubernur Jawa Timur itu dalam acara bertema Melindungi Varietas Bibit Porang AE1 Standard Penanaman untuk Pabrik menyampaikan porang memiliki prospek dan bisa jadi unggulan budidaya di Jawa Timur.
“Porang atau dikenal juga dengan iles-iles atau suweg dari spesies Amorphopallus muelleri merupakan tanaman umbi-umbian dan mampu tumbuh di jenis tanah apa saja,” ujarnya.
Dia menjelaskan tanaman ini bisa tumbuh di tanah dari ketinggian 0-700 meter dari permukaan laut. Bisa juga dibudidayakan di hutan, di bawah naungan tegakan pohon, dan tanaman lain.
Manfaat Tanaman Porang
Emil memaparkan tanaman porang memiliki banyak manfaat kalau dibudidayakan. Bisa sebagai bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, bahan pembuatan lem dan jelly, serta pembuatan komponen pesawat terbang.
“Manfaat lain, porang juga bisa digunakan untuk menekan peningkatan kadar glukosa darah dan mengurangi kadar kolesterol,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, porang juga kaya serat, bisa untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi kegemukan, hingga kencing manis.
Jadi Produk Unggulan
Dengan kaya manfaat, Emil pun menegaskan Jawa Timur punya pontensi untuk menjadikan porang sebagai produk unggulan.
“Jawa Timur banyak wilayah pegungungan yang tidak terlalu tinggi, di bawah 700 meter di atas permukaan laut. 48.000 km² wilayah Jawa Timur, 30 persen adalah hutan,”
Ini, sambungnya, menjadi indikasi bahwa Jawa Timur sebenarnya cocok untuk ditanam porang berdasarkan data tersebut.
Koordinasi dengan Perhutani
Emil menerangkan Jawa Timur memiliki potensial luas tanah untuk pengembangan budidaya porang. Sesuai data bisa mencapai 18.950 hektar.
“Ini ada di 22 kabupaten di Jawa Timur. Untuk itu, harus banyak koordinasi dan bersinergi dengan Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) yang nantinya untuk bisa mendorong budidaya tanaman tersebut,” ungkapnya.
Untuk benin, dia memaparkan bisa didapat dengan tiga cara, bisa melalui katak atau bulbil berupa pentol buah yang tumbuh di setiap batang tangkai. Ini bisa dipanen pada usia 1,5-2 tahun sedangkan biji bunga bisa dipanen pada usia tiga tahun.
“Jadi ini memang longterm paling kecil 6 bulan – 1 tahun untuk bisa petik bibitnya.”
Prospek Perkembangannya
Emil menjelaskan perkembangan ekspor porang tahun 2018 sampai 2020 di Jawa Timur menunjukkan peningkatan.
“Melalui Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya, tahun 2018 dengan volume 5.516.382 kg, dengan nilai Rp 270.302.720.450. Ini sudah diekspor ke China, Vietnam, Korea Selatan, Thailand, Jepang, dan Taiwan.”
Tahun 2019, lanjutnya, mencapai volume 6.064.947 kg dengan nilai Rp 297.182.412.310. Ini, sambungnya, sudah diekspor ke negara tujuan China, Thailand, Kamboja, Taiwan, Vietnam, dan Pakistan.
“Tahun 2020 volumenya 10.319.458 kg dengan nilai Rp 499.082.915.019. Tujuan skspornya ke Belgia, Thailand, Myanmar, Jepang, India, China, Taiwan, Singapura, Bulgaria, Vietnam, Korea Selatan, Perancis, dan USA,” terangnya.
Kendala yang Dihadapi
Emil mengatakan kendala yang dihadapi dalam budidaya porang adalah proses pascapanen, dalam hal pembersihan umbi dari tanah tidak menggunakan air.
“Idealnya proses pascapanen pembersihan menggunakan air. Selain itu juga proses penjemuran yang dilakukan,” terangnya.
Dia memaparkan kondisi saat ini proses peletakan penjemuran yang masih dilakukan di atas tanah sehingga tidak terjaga kebersihannya. Idealnya penjemuran di bawah sinar matahari.
Sebaiknya, tekannya, proses penjemuran menggunakan para-para (manual) atau menggunakan mesin pengering.
Kegiatan Pengembangan Porang
Untuk pengembangan budidaya porang, Emi menjelaskan kegiatan di tahun 2020 bisa dilakukan melalui satuan kerja (satker) dengan dua jenis, yaitu pilot project atau kebun bibit porang.
“Bantuan bibit dan pupuk akan diberikan di Kabupaten Madiun 13 hektar, Kabupaten Tulungagung 1 hektar, kabupaten probolinggo 1 hektar,” ujarnya.
Kegiatan kedua, lanjutnya, dengan pengembangan tanaman porang seluas 10.700,24 hektar yang dialokasi di 12 kabupaten.
“Mulai dari Madiun, Lamongan, Malang, Situbondo, Trenggalek, Banyuwangi, Jombang, Bojonegoro, Ponorogo, Lumajang, Sumenep, dan Pacitan,” katanya.
Masing-masing wilayah, sambungnya, akan mendapat bantuan pupuk organik dan pupuk cair dengan rincian, pupuk organik untuk areal seluas 9.150,24 hektar dan pupuk hayati cair untuk areal seluas 1.550 hektar.
Prospek Tahun 2021
Pada tahun 2021, Emi mengatakan di Jawa Timur mendapat alokasi kegiatan pengembangan porang melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seluas 1.500 hektar.
“Ini akan dialokasikan di 11 kabupaten, antara lain Ponorogo, Trenggalek, Blitar, Malang, Probolinggo, Pasuruan, Mojokerto, Nganjuk, Madiun, Bojonegoro, dan Pamekasan,” tandasnya. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid. Editor Ichwan Arif.