• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Rabu, April 21, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Moeldoko di Antara Pandemi Politik

Senin 8 Maret 2021 | 14:35
in Kolom
163
SHARES
508
VIEWS


New Normal dan Roller Coaster Berhantu, kolom inspiratif ditulis oleh Anwar Hudijono, independent columnist.
Anwar Hudijono: Moeldoko di Antara Pandemi Politik. (Sketsa ulang foto karya Mohammad Nurfatoni oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Moeldoko di Antara Pandemi Politik, kolom oleh Anwar Hudijono, Kolumnis tinggal di Sidoarjo.

PWMU.CO – Moeldoko bungkam seribu bahasa. Sejak dinobatkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat oleh M Nazaruddin, Jhoni Allen Marbun, Marzuki Ali, dan komunitasnya, dia belum mereaksi serangan terhadap dirinya. Sekalipun sudah dibilang begal politik. Tidak bermoral. Tidak kesatria. Tidak punya rasa balas budi. Rakus. Ugly. Dan banyak lagi.

Saya tidak percaya bungkamnya Moeldoko karena ngelu. Meriang. Sakit gigi. Bingung layaknya tikus tersudut. Diamnya itu pasti diam yang punya arti. Harap mafhum, dia ini bukan tokoh kaleng-kaleng. Dalam istilah Jawanya, dia ini jalma limpat seprapat kliwat (orang yang memiliki kelebihan di atas orang lain). Dia bukan manusia loro saudon telu sauruban (manusia biasanya umumnya).

Betapa tidak. Dia mantan Panglima TNI. Bergelar doktor. Kini dia menjabat Kepala Staf Kepresidenan (KSP). Jabatan ini setaraf menteri. Hanya kurang popular saja sehingga kadang ada yang salah mengartikan. KSP diartikan Koperasi Simpan Pinjam. La masak ada jenderal bintang 4 ngurusi bank titil.

Dengan sosok Moeldoko KSP itu menjadi begitu digdaya. Seolah menjadi bintang kembar dengan Mensesneg. Bahkan saking digdayanya seolah KSP itu semacam perdana menteri. Pamornya melebihi wakil presiden.

Hanya masalahnya, kehebatannya di bidang militer dan di KSP belum sepenuhnya dikonversi ke dunia politik. Jika boleh membuat analog, dia itu seperti ikan koi. Indah memang. Mahal. Tapi ikan koi terbiasa di kolam khusus. Belum terbiasa berada di sungai.

Sementara politik itu seperti sungai. Terkadang arusnya kecil terkadang besar bahkan bergelombang. Terkadang airnya bening, terkadang keruh. Penghuninya lebih heterogen. Ada ikan wader, mujaer, sili, sepat, yuyu, belut, ular, lele, nyambik dan lain-lain.

Begitu terlibat di dalam pusaran konflik Partai Demokrat, Moeldoko sekarang ibarat ikan koi yang berada di sungai. Saat ini sungai itu terlalu banyak lelenya. Dan watak lele itu memang suka di air yang keruh agar bisa mendapatkan makanan.

Maka kalau airnya bening akan diubek-ubek biar keruh. Lele itu cenderung rakus dan makannya banyak. Ada juga ular. Repotnya ular air itu sering kali menyerupai akar sehingga susah dibedakan. Ada juga belut. Khususnya welut endhas ireng (belut berkepala hitam).

Percaturan Politik

Moeldoko belum optimal mengkonversi kehebatannya di bidang militer dan pemerintahan ke dalam bidang percaturan politik kepartaian. Bagaimanapun pengalaman itu sangat penting bahkan menentukan. Dia termasuk jenderal yang tidak dibesarkan dalam iklim Dwifungsi ABRI. Para jenderal dulu sangat hebat dalam percaturan politik karena sejak kuliah di AMN sudah belajar politik. Mereka terlibat dalam pergulatan politik sehari-hari.

Terlihat dari langkahnya yang grusa-grusu dalam merebut kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Mungkin terlalu percaya diri. Mungkin ada kekuatan bayangan, invisible hand yang menyangganya sehingga dia sangat yakin. Padahal, yang namanya di Indonesia ini ada tradisi politik rog-rog asem. Orang lain dimainkan untuk menggoyang pohonnya, sementara dirinya yang memunguti asamnya yang jatuh.

Kalau saja yang dihadapi hanya AHY, mungkin tidak terlalu sulit. AHY memang anak muda potensial. Tapi di kancah politik dia itu masih ingusan. Ibarat nginang (makan sirih) belum merah. Ibarat hujan-hujan belum basah. Kalau dalam tradisi politik ABRI dulu, purnawirawan mayor itu jabatan teritorialnya Kasdim. Jika di fungsi politik, jabatanya staf Kakansospol. Karena jabatan Kakansospol biasanya mantan Dandim.

Masalahnya di belakang AHY itu SBY. Partai Demokrat itu ya SBY. SBY ya Demokrat. Keduanya tidak bisa dipisahkan layaknya garam dengan asinnya. Jika asin bukan garam, itu bisa saja upil.

SBY itu jenderal politik terhebat setelah Pak Harto. Enam tahun lengser dari kursi presiden tidak membuat dirinya pikun. Kelihatanya memang melo, apalagi ketika Bu Ani wafat, tapi melonya dia itu seperti pohon cemara. Lentur dan kokoh. Hubungan dengan patron lamanya masih kuat. Apalagi namanya juga baik di mata rakyat.

Langkah Moeldoko dianggap oleh SBY sudah nyolok mata ngilani dada (menculek mata dan memegang dada). Amat sangat berhaya sekali. Maka SBY bergerak sangat cepat. Dia ibarat macan yang harus melindungi nyawanya, anak-anaknya, sarangnya dan habitatnya.

Dia tidak mau bernasib seperti Gus Dur yang disingkirkan secara kejam dari rumahnya sendiri. Tidak mau seperti Ical yang dilengserkan secara menyakitkan. Tidak mau seperti Tommy Soeharto yang dikudeta dari partai yang didirikannya. Tidak mau seperti Amien Rais yang dilepas dari jantungnya sendiri

Baca Juga:  Terkait Ucapan Selamat Natal, Umat Terperangkap Klobotisme

Politik Dinasti

Menurut “ilmu titenologi”, jika SBY sudah cancut taliwondo (berjibaku) sendiri memang masalahnya sebanding dengan kapasitasnya. Sebagai tentara dia sangat mafhum, tidak akan membunuh garangan dengan granat.
Bisa jadi SBY melihat ada kekuatan dahsyat yang tidak terlihat mata di belakang Moeldoko. Sasarannya bukan sekadar AHY lengser, tapi ada motif yang jauh lebih besar. Misalnya penghancuran martabat dirinya. Politik balas dendam. Bisa juga ada drama besar bagian dari pandemi politik Indonesia yang puncaknya diperkirkan terjadi tahun 2024.

Mengapa 2024? Itu momentum lahirnya era baru. Para politisi tua ingin melanggengkan dinastinya. Saat ini tanda-tanda merebaknya politik dinasti semakin kuat. Untuk itu sibuk mencarikan kendaraan dan gizi anak-anaknya. Mungkin juga ada orang tua yang masih ingin berkuasa karena memang kekuasaan itu manis layaknya mengulum permen. Generasi baru juga akan merebut panggung sejarah.

Sekadar urun rembuk kepada Moeldoko–yang saya pernah shalat di masjid yang dia bangun di Kertosono, Nganjuk–jika mau ikut berkompetisi di panggung sejarah 2024, harus berani mereview langkah-langkahnya. Eman-eman jika layu sebelum berkembang.

Rabbi a’lam (Tuhan lebih tahu) (*)

Baca Juga:  Jungkir Balik Covid-19 Pertanda Dajjal

Sidoarjo, 8 Maret 2021

Moeldoko di Antara Pandemi Politik; Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: Anwar HudijonoKLB Partai DemokratMoeldokoPartai Demokrat
Share65Tweet41SendShare

Related Posts

Pukulan KO
Kolom

Pukulan KO untuk Moeldoko

Jumat 2 April 2021 | 06:10
916
Kongres HMI
Kolom

Kongres HMI Ricuh Itu Seksi

Rabu 24 Maret 2021 | 19:05
607
Tiga periode
Kolom

Pilihan Sulit Jokowi

Jumat 19 Maret 2021 | 07:15
264
Amien Rais
Kabar

Amien Rais Yakin Moeldoko Kudeta Demokrat Restu ‘Lurah’

Minggu 14 Maret 2021 | 20:30
369
Mubahalah
Kolom

Moeldoko, Menyerahlah!

Minggu 14 Maret 2021 | 07:03
3.3k
Moeldoko
Kolom

Moeldoko Ambil Alih Paksa Demokrat, Presiden Happy-Happy

Sabtu 13 Maret 2021 | 06:50
975

Discussion about this post

Berita Terbaru

Azyumardi Azra: Abdul Mu’ti Jauh Lebih Layak Jadi Mendikbud

Azyumardi Azra: Abdul Mu’ti Jauh Lebih Layak Jadi Mendikbud

Selasa 20 April 2021 | 17:10
Ujian Hafalan Ini Diikuti Peserta 7 Tahun

Ujian Hafalan Ini Diikuti Peserta 7 Tahun

Selasa 20 April 2021 | 17:09
Rapor Mendikbud Tidak Hanya Merah, tapi semakin Buruk

Rapor Mendikbud Tidak Hanya Merah, tapi semakin Buruk

Selasa 20 April 2021 | 17:03
Kamus Sejarah Indonesia

Kamus Sejarah Indonesia Diprotes, ternyata Begini Isinya

Selasa 20 April 2021 | 15:36
Ramadhan mengasah kecerdasan ruhani dan nalar spiritual orang beriman. Mengantarkannya menjadi golongan ulul albab.

Ramadhan Mengasah Kecerdasan Ruhani

Selasa 20 April 2021 | 15:03
Mengkaji Quran

Mengkaji Quran Bisa Prediksi Bencana

Selasa 20 April 2021 | 11:36
Puasa Sembuhkan Hipertensi, Begini Penjelasan Dokter

Puasa Sembuhkan Hipertensi, Begini Penjelasan Dokter

Selasa 20 April 2021 | 10:23
Tanda sukses berpuasa

Tanda Sukses Berpuasa, Ini Indikasinya

Selasa 20 April 2021 | 09:57
Keutamaan dan Waktu Ideal Mengkhatamkan Quran

Keutamaan dan Waktu Ideal Mengkhatamkan Quran

Selasa 20 April 2021 | 09:42
Muhammadiyah Harus Lurus, Tak Boleh Neko-Neko

Muhammadiyah Harus Lurus, Tak Boleh Neko-Neko

Selasa 20 April 2021 | 08:57

Milad PWMU.CO

Rezeki Mahal di Tengah Covid. Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
Headline

Tangis dan Tawa di Balik Berita PWMU.CO

Selasa 23 Maret 2021 | 11:42
15.7k

Mohammad Nurfatoni: Tangis dan Tawa di Balik Berita PWMU.CO. (Sketsa ulang foto Atho' Khoironi/PWMU.CO) Tangis dan Tawa di Balik Berita...

Read more
Selalu Ada Before and After di PWMU.CO

Selalu Ada Before and After di PWMU.CO

Selasa 23 Maret 2021 | 06:18
287
Dari Kontributor PWMU.CO Jadi Juara Guru Berprestasi

Dari Kontributor PWMU.CO Jadi Juara Guru Berprestasi

Minggu 21 Maret 2021 | 00:51
224
Berkat PWMU.CO, Saya Jadi Guru Seutuhnya

Berkat PWMU.CO, Saya Jadi Guru Seutuhnya

Minggu 21 Maret 2021 | 00:13
288
Bukukan Tulisan di PWMU.CO setebal Bundel Majalah

Bukukan Tulisan di PWMU.CO setebal Bundel Majalah

Sabtu 20 Maret 2021 | 17:35
292

Terpopuler Hari Ini

  • Pendekatan konflik

    Pendekatan Konflik Tak Selesaikan Masalah Bangsa

    34206 shares
    Share 13682 Tweet 8552
  • Pandemi Covid Merekonstruksi Iman

    20751 shares
    Share 8300 Tweet 5188
  • Puasa Sembuhkan Hipertensi, Begini Penjelasan Dokter

    685 shares
    Share 274 Tweet 171
  • Azyumardi Azra: Abdul Mu’ti Jauh Lebih Layak Jadi Mendikbud

    361 shares
    Share 144 Tweet 90
  • Muhammadiyah Harus Lurus, Tak Boleh Neko-Neko

    265 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Rapor Mendikbud Tidak Hanya Merah, tapi semakin Buruk

    119 shares
    Share 48 Tweet 30
  • Umrah dan Haji Tertolak, Ini Sebabnya

    7729 shares
    Share 3092 Tweet 1932
  • Umat Islam Ditakut-takuti dengan HTI, Wahabi, dan Radikalisme

    6948 shares
    Share 2779 Tweet 1737
  • Siswa Sekolah Muhammadiyah Terbanyak Lolos SNMPTN

    1420 shares
    Share 568 Tweet 355
  • Panggilan Jihad Gerakkan Umat

    469 shares
    Share 188 Tweet 117
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In