PWMU.CO – Kiprah Aisyiyah tidak bisa diragukan lagi di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan panti asuhan. Akan tetapi masyarakat tidak banyak mengenal kiprah Aisyiyah dalam ranah hukum. Padahal, menurut Dr Atiyatul Ulya Aisyiyah sudah banyak melakukan advokasi dan pendampingan dalam berbagai persoalan keperempuanan.
”Peran dan perhatian Aisyiyah terhadap isu perempuan dan anak inilah yang perlu untuk diperkuat lagi,” kata kata Majelis Hukum (MH) dan Hak Asasi Manusia (HAM) Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah dalam pelatihan paralegal, di Auditorium Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Saat ini, lanjut Ulya Aisyiyah telah memiliki 10 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang tersebar di seluruh Indonesia. Tiga dari sepuluh LBH tersebut telah mengantongi akreditasi, yakni LBH Kota Malang, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Inilah yang menjadi alasan mengapa kegiatan ini dipusatkan di Malang.
”Memasuki abad kedua, kami mendorong agar Aisyiyah lebih banyak berjibaku dalam persoalan hukum yang akhir-akhir ini dialami kaum perempuan. Salah satu upaya kami yaitu melalui pelatihan paralegal ini,” ujarnya di hadapan 25 peserta dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) se-Indonesia.
Ulya menambahkan, perwakilan dari tiap-tiap provinsi tersebut dicetak menjadi paralegal. ” Itu agar mereka dapat melakukan pendampingan hukum, jika terdapat persoalan terkait pelanggaran hak terhadap perempuan dan anak,” tegasanya.
Kegiatan yang diadakan selama 3 hari (11-13/11) dengan tema “Penguatan Peran Aisyiyah dalam Pendampingan dan Penyelesaian Persoalan Hukum pada Perempuan dan Anak” ini menghadirkan sejumlah pakar hukum sebagai narasumber. Di antaranya Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM Prof Dr Enny Nurbaningsih SH MHum, Ketua Subkomisi Pengembangan Sistem Pemulihan Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indri Suparno dan Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini MM MSi.
Dalam kesempatan itu, Noordjannah mengatakan bahwa pelatihan yang diadakan di UMM ini adalah bentuk sinergi antara UMM yang punya tagline Dari Muhammadiyah untuk Bangsa dengan Aisyiyah. ”Ini bagus ketika UMM berjejaring dengan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, yaitu Aisyiyah,” ujarnya.
Di mata Noordjannah, dengan manusia memiliki rasa kurang, berarti ada tanda-tanda kemajuan dalam dirinya. Sama halnya dengan Aisyiyah, menyikapi kasus-kasus perempuan dan anak yang kerap diberitakan di media saat ini, Noordjannah mengaku Aisyiyah harus bersikap responsif.
”Aisyiyah semestinya bisa menjadi pemecah masalah dan pencipta solusi. Semangat ini sudah ditanamkan dalam Mars Aisyiyah yang selalu dikumandangkan dalam tiap kegiatan, yakni semangat perempuan berkemajuan,” tegasnya. (rina/aan)