Hizbul Wathan, Buah Jalan-Jalan Ahmad Dahlan, oleh M. Anwar Djaelani, peminat biografi tokoh.
.PWMU.CO – Aktif berjalanlah di muka bumi! Bacalah apapun yang kita temui dengan semangat iqra. Terkait ini, KH Ahmad Dahlan termasuk yang mengamalkannya. Beliau kerap bepergian untuk berdakwah sekaligus berdagang atau sebalikNya. Di antara buah dari aktivitas itu adalah terbentuknya Hizbul Wathan yang berposisi penting bagi terbinanya insan agamis yang patriotis.
Mari cermati setidaknya tiga ayat berikut ini: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-Mulk 15).
“Katakanlah: ‘Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)’.” (Ar-Rum 42).
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (Al-Alaq: 1).
Buah Jalan-Jalan
Ketiga ayat di atas, sebagaimana ayat-ayat yang lain, saling melengkapi. Bahwa, kita diminta untuk rajin menyusuri berbagai belahan bumi. Lalu, pada saat yang sama, harus pandai dan seksama dalam membaca apapun yang kita lihat. Seksama membaca yang tertulis maupun yang tak tertulis. Jika itu kita lakukan, pasti di setiap pembacaan tersebut akan kita jumpai berbagai pelajaran yang bermanfaat.
Sebagai contoh, lihatlah KH Ahmad Dahlan. Sejak kecil, Ahmad Dahlan suka berjalan-jalan. Di kampungnya, beliau “berjalan-jalan” dengan cara bergaul akrab dengan teman-teman seusianya. Sedikit lebih jauh lagi, beliau “berjalan-jalan” dengan cara aktif menjadi jamaah di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Juga, dengan cara belajar agama ke kakak-kakak iparnya dan sejumlah ulama di sekitar Yogyakarta.
Tak cukup dengan itu, pada 1883 beliau berjalan-jalan ke Tanah Suci. Di sana berhaji kemudian menuntut ilmu, total lima tahun. Pada 1902, kembali Ahmad Dahlan berjalan-jalan ke Tanah Suci. Di Mekkah beliau, antara lain berguru kepada Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Juga, lebih mendalami pemikiran Muhammad Abduh (1849-1905)—seorang pembaharu yang ternama di masa itu.
Pada 1904 Ahmad Dahlan pulang ke Indonesia. Aktivitas berjalan-jalan beliau tetap terpelihara dengan baik. Beliau tetap aktif memperdalam pengetahuannya dengan berguru kepada ulama-ulam yang terkenal. Misal, dalam Ilmu Falak, beliau belajar kepada Syaikh Jamil Jambek di Bukittinggi.
Buah terbesar-bisa dibilang begitu-dari semua perjalanan fisik dan intelektual Ahmad Dahlan itu adalah saat mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Muhammadiyah adalah sebuah persyarikatan yang bergerak dalam bidang agama, pendidikan dan sosial dengan semangat pembaharuan.
Buah yang Lain
Ada hal menarik yang lain, terkait buah dari aktivitas jalan-Jalan Ahmad Dahlan. Bahwa, di antara kota yang sering dia kunjungi Ahmad Dahlan untuk berdakwah adalah Surakarta. Di kota ini berawal kisah terbentuknya Hizbul Wathan.
Pada 1920 gerakan kepanduan Muhammadiyah dibentuk dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Ide pembentukan kepanduan ini bermula pada 1918, setelah Ahmad Dahlan pulang selepas mengisi pengajian di Surakarta. Beliau melewati alun-alun Mangkunegaran di mana saat itu sekelompok pemuda yang tergabung dalam Javaannsche Patvinder Organisatie sedang berlatih baris-berbaris dan kegiatan lainnya.
Hasil “pembacaan” di atas, menyita perhatian Ahmad Dahlan. Beliau berpikir, alangkah baiknya jika Muhammadiyah pun memiliki kepanduan semacam itu. Maka, sesampai di Yogyakarta, Ahmad Dahlan membuat pertemuan dengan beberapa guru Muhammadiyah untuk membahas ide pembentukan kepanduan milik Muhammadiyah.
Singkat kata, setelah melewati serangkaian kajian dan persiapan, Padvinder Muhammadiyah resmi berdiri pada 30 Januari 1920. Pelopor gerakan kepanduan ini adalah Soemodirdjo, seorang guru. Juga, Syarbini—seorang mantan anggota militer Belanda.
Dalam perkembangannya, atas usul RH Hadjid (salah satu murid awal Ahmad Dahlan), nama Padvinder Muhammadiyah kemudian diubah menjadi Hizbul Wathan yang berarti Pembela Tanah Air.
Peresmian penggantian nama itu di rumah Haji Hilal di Kauman. Konon, Hizbul Wathan adalah gerakan kepanduan pribumi pertama di Indonesia setelah sebelumnya kepanduan-kepanduan yang ada merupakan bentukan kolonial Belanda (Febriansyah dan kawan-kawan, 2012: 7-8).
Berdirinya Hizbul Wathan menarik minat banyak pemuda saat itu. Mereka tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Hizbul Wathan. Banyak dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk bergabung.
Sudirman-yang di kemudian hari menjadi Jenderal dan memimpin Tentara Nasional Indonesia (TNI)-termasuk pemuda yang tertarik dan lalu bergabung dengan Hizbul Wathan. Tentang ini, sila baca Tentara Santri Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Wadah Pelatihan
Lebih jauh, apa Hizbul Wathan yang biasa disingkat HW itu? Hizbul Wathan adalah gerakan kepanduan di Muhammadiyah. Adapun kepanduan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah yang bertujuan membentuk dan membina watak anak, remaja dan pemuda. Pendekatannya memakai metode yang menarik, menyenangkan, menantang, dan lebih sering mellaksanakannya di alam terbuka.
Di Muhammadiyah, Hizbul Wathan adalah organisasi otonom. Aktivisnya, yaitu anggota gerakan kepanduan Hizbul Wathan, alias Pandu HW.
Ahmad Dahlan tertarik pada sistim pendidikan kepanduan karena menggunakan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang dalam membentuk watak generasi muda.
Beliau yakin, sistem kepanduan ini dapat digunakan sebagai sarana pembentukan kader Muhammadiyah dan bangsa Indonesia sekaligus. Dengan metode kepanduan, maka anak, remaja dan pemuda dilatih untuk mampu menjadi warga masyarakat yang berguna, mandiri dan berakhlak mulia.
Apa perbedaan antara Hizbul Wathan dengan Pramuka? Pada dasarnya Hizbul Wathan dan Pramuka, sebagai gerakan kepanduan, sama. Keduanya bertujuan mendidik anak bangsa. Hanya saja, kepanduan Hizbul Wathan lebih menekankan kepada kepanduan islami, dengan menerapkan aqidah Islam dalam setiap aspek kegiatan kepanduannya.
Demikianlah, satu sisi kehidupan KH Ahmad Dahlan. Sesuai arahan al-Qur’an, beliau banyak berjalan-jalan di muka bumi sekaligus aktif melakukan pembacaan atas semua yang disaksikannya. Hasilnya, antara lain: lahir Muhammadiyah dan Hizbul Wathan. Kini, bagaimana dengan kita? Sudah sukakah berjalan-jalan dalam konteks untuk membaca ayat Allah? (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Hizbul Wathan, Buah Jalan-Jalan Ahmad Dahlan adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 25 Tahun XXV, 12 Maret 2021/28 Rajab 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.