Memori Myelin, Membangun Kebiasaan Tubuh oleh Aji Damanuri, dosen IAIN Ponorogo, Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Tulungagung.
PWMU.CO– Istilah myelin tidak setenar kata memori. Bahkan terasa asing. Padahal keduanya memiliki fungsi yang hampir sama. Juga ada dalam tubuh kita.
Memori mengikat informasi pada otak. Sedangkan fungsi myelin mengakselerasikan jaringan, membungkus syaraf informasi dan menyalurkannya ke seluruh tubuh. Bisa juga dipahami bahwa myelin adalah memori bagi tubuh.
Seseorang punya keterampilan renang sampai usia 20 tahun. Kemudian pergi merantau dan tidak berenang selama 15 tahun. Suatu saat dia tercebur kolam yang dalam. Secara refleks pasti dia masih bisa berenang menyelamatkan diri. Itulah fungsi memori myelin. Memori tubuh tidak pernah menghilangkan keterampilannya berenang.
Konsep myelin masih terasa aneh meski sudah lama ditemukan. Bagaimana mungkin informasi terekam dalam tubuh?
Rhenald Kasali dalam bukunya Myelin, Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan menjelaskan, keterampilan-keterampilan yang dimiliki manusia pada dasarnya adalah sebuah proses pembentukan insulasi (kebiasaan baru). Myelin yang membungkus jaringan sel-sel syaraf dengan membawa sinyal yang sama berulang-ulang.
Lapisan Putih
Dalam tubuh manusia, lapisan myelin berwarna putih sehingga sering disebut white matter ot the brain. Memori myelin berfungsi meningkatkan kecepatan arus informasi dalam bentuk impulse dan menyebarkannya ke seluruh jaringan otot tubuh.
Semakin tebal lapisan itu, semakin efisien informasi beredar dan semakin cepat serta semakin otomatis manusia melakukan gerak. Itulah kenapa anak seorang saudagar biasanya menjadi saudagar pula karena biasa membantu melayani pelanggan, menjadi kasir, mengangkat barang-barang dan lainnya.
Anak-anak sekolah yang menjadi aktivis biasanya sukses, bekerja lebih aktif, lebih kompetitif dan lebih energik dibandingkan teman lainnya.
Kemajuan sepak bola Jerman, Meksiko, Inggris atau kemajuan tenis meja Cina karena myelin yang ditempa sejak kecil. Fasilitas umum didesain sedemikian rupa untuk memperkuat myelin mereka. Maka tidak heran banyak lapangan bola di Jerman, banyak meja pingpong di bandara-bandara atau fasilitas umum di Cina, sehingga di sela-sela menunggu mereka bisa bermain tenis meja.
Mereka sudah secara otomatis, refleks berorientasi pada tindakan. Lapisan myelin merekam semua itu sehingga memperkuat apa yang mereka pikirkan dalam memori otak.
Cara Kerja Myelin
Renald menjelaskan cara kerja myelin sebagai berikut. Pertama, myelin tidak akan hadir atau terbentuk semata-mata sebagai respon dari mimpi atau harapan-harapan kosong. Myelin terbentuk karena sesuatu yang dilakukan berulang-ulang.
Kedua, memori myelin adalah universal. Ia tak peduli siapa kita atau apa yang kita kerjakan. Myelin membungkus serat syaraf yang membantu kita terbiasa berbahasa Indonesia. Orang Cina bisa berbahasa Mandarin. Bahkan kata-kata kotor, seperti misuh, juga diikat oleh myelin. Kerutinan apa yang kita lakukan itulah yang dibungkus oleh myelin.
Ketiga, sekali terbungkus akan sulit dilepas. Sekali insulasi (kebiasaan baru) terjadi tidak dapat dibongkar lagi kecuali dengan membangun kebiasaan-kebiasaan baru. Itulah sebabnya kebiasaan tertentu sulit diubah.
Orang yang selalu melafalkan kalimah thayyibah dalam situasi yang dihadapi akan secara otomatis keluar dari lisannya tanpa proses berpikir. Begitu pula kata-kata kotor yang dibiasakan akan menjadi refleks karena terikat oleh myelin. Kita dapat mengubahnya dengan melatih kebiasaan-kebiasaan baru.
Keempat, faktor usia. Anak-anak muda lebih mudah membentuk myelin dari pada yang berusia lanjut. Sebenarnya myelin dapat terbentuk sampai usia 50 tahun namun melambat setelah usia 30 tahun.
Meskipun myelin lebih sering digunakan dalam mengubah mindset entrepreneur namun sebenarnya berlaku secara universal. Kultur religius juga dapat dibentuk dengan pemahaman myelin yang bagus. Pembentukan myelin yang bagus dengan budaya disiplin, tata nilai dan latihan.
Kenapa refleks kader-kader Muhammadiyah cukup bagus dalam respon sosial? Pasti karena kultur disiplin membentuk intangibles melalui myelin. Para sesepuh yang hari ini aktif ke masjid biasanya masa mudanya adalah aktivis masjid. Myelin organ tubuhnya terlatih sejak kecil.
Refleks telinga begitu mendengar suara adzan menuntun segera menganbil air wudhu dan berangkat ke masjid tanpa berpikir lagi karena syaraf myelin yang membungkusnya sudah sangat tebal menjaga memori kebiasaan itu.
Menjaga Tradisi
Kepedulian sosial sebenarnya juga sangat ditentukan seberapa tebal myelin membungkus kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Myelin dilakukan tanpa keluhan dan berpikir, misalnya, seseorang dengan myelin peduli sampah yang tinggi otomatis bergerak memungut sampah berserakan didekatnya dan memasukkannya dalam keranjang sampah. Seseorang yang selalu menyapa temannya dengan salam maka ketika bertemu siapapun ia akan mengucapkan salam.
Kenapa semua itu terjadi? Kita menjawab itu adalah kebiasaan. Jawaban ini betul namun secara keilmuan kurang lengkap. Penjelasan ilmiahnya adalah karena setiap gerakan, pikiran, perasaan manusia digerakkan oleh electric signal yang bergerak melalui mata rantai jaringan syaraf.
Nah, myelin menjadi insulasi yang membungkus mata rantai jaringan syaraf yang memiliki peran untuk meningkatkan daya pancar, kecepatan, dan keakurasian signal yang dikirim. Semakin sering manusia memberi perintah atau menggerakkan sirkuit tertentu pada anggota tubuh, semakin optimal pula jaringan itu bekerja dan semakin kuat daya, kecepatan dan kemahiran gerak.
Karenanya membiasakan anak-anak menghadiri pengajian rutin atau shalat berjamaah di masjid perlu untuk membentuk myelin dalam tubuhnya supaya kelak menjadi kader yang militan. Ini adalah proses membangun budaya disiplin terhadap kebaikan dalam mempertebal myelin.
Jargon amar makruf nahi munkar perlu diikuti oleh pembentukan myelin yang tebal sehingga menjadi refleks dalam semua keadaan. Termasuk dalam hal ibadah mahdhah, shalat, puasa, tadarus al- Quran. Etika atau akhlak juga bisa diperkuat dengan memori myelin supaya menjadi refleks tubuh dan memberikan energi perubahan dan pencerahan. Infra struktur fisik dan etik perlu dibangun sejak dini supaya terlatih. Semakin tebal lapisan myelin semakin otomatis manusia melakukan gerak. Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
Editor Sugeng Purwanto