IMM, Kembalilah Berjuang untuk Masyarakat! Kolom ditulis oleh Fachruddin, kader IMM yang kini menjadi guru SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Muhida).
PWMU.CO – Hari ini, Ahad 14 Maret 2021, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tepat berusia 57 tahun. Saya ingin memberi beberapa catatan pada Ikatan tercinta ini, sebagai bagian dari evaluasi perjalanan 57 tahun organisasi otonom Muhammadiyah ini.
IMM seharusnya masih concern pada pembentukan kader-kadernya sebagai akademisi Islam yang berakhlakh mulia dan menjadi pembela masyarakat.
Sebagai organisasi kader, IMM harus tetap pada rel arah geraknya pada tiga bidang. Yaitu keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan—yang menjadikan kader IMM berintegritas dan loyalitas, serta totalitas mewujudkan tujuan Muhammadiyah.
Tri kompetensi dasar yang selama ini digaungkan IMM, harus bisa dikuasai oleh tiap kadernya dengan bimbingan pimpinannya di setiap jenjang. Mulai dari komisariat sampai pusat. Sebagaimana pesan Allah dalam al-Quran surat an-nisa ayat 9:
وَلۡيَخۡشَ الَّذِيۡنَ لَوۡ تَرَكُوۡا مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوۡا عَلَيۡهِمۡ ۖفَلۡيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡيَقُوۡلُوا قَوۡلًا سَدِيۡدًا
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
Nilai-Nilai Perjuangan IMM
Sebagai bahan introspeksi, IMM harus kembali meningkatkan-nilai-nilai dasar perjuangannya: pertama, nilai religiusitas. Al-Quran dan as-Sunnah yang menjadi pedoman bagi umat Islam harus senantiasa dikaji lebih dalam oleh kader IMM.
Tentunya tidak mudah untuk mengkaji dan memahami keduanya, sehingga kader IMM harus banyak terlibat aktif dalam mengkaji al-Quran dan as-Sunnah di majelis-majelis ilmu yang ada di Muhammadiyah dan di mana saja.
Kedua, nilai intelektualitas. Kader IMM yang merupakan intelektual muda Muhammadiyah, harus menggunakan pemikiran-pemikiran yang jernih dan cerdas dalam mengatasi permasalahan di masyarakat. Lebih-lebih masalah bangsa dengan diskusi dan membaca untuk menambah wawasan serta mempertajam keilmuannya.
Ketiga, nilai humanitas. Kader IMM tidak boleh hanya terlalu berfokus kepada dunia perkuliaan. Tetapi sebagai mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Humanitas sebagai wujud dari kepribadian yang sosialis, dan hidup dengan perangai yang pantas di tengah-tengah masyarakat.
Maka, seperti Kuntowijoyo katakan, tugas intelektual di masyarakat itu “untuk meminjamkan pisau analisisnya.” Artinya, sebagai kader, sudah seharusnya IMM berperan secara aktif—dengan modal keilmuan yang diperoleh—menjadi pisau bedah dalam memberikan pemecahan masalah di tengah masyarakat.
Inti kepribadian humanis adalah mereka yang bisa bercengkrama bersama masyarakat dan senantiasa terlibat dalam agenda-agenda sosial kemanusiaan, dengan cara yang mencerahkan dan menggembirakan.
Intelektual Muda
Kesadaran kader IMM sebagai intelektual muda Muhammadiyah harus selalu diasah, karena banyak yang mengikuti organisasi hanya sebagai penggembira.
Program kerja yang seharusnya menjadi ladang dakwah dalam bergerak, hanya menjadi suatu pelengkap LPJ (laporan pertanggungjawaban) di akhir priode kepemimpinan. Program kerja hanya sebagai pencarian eksistensi dengan menghiraukan esensi.
Padahal eksistensi otomatis akan didapat ketika kita berilmu amaliah beramal ilmiah, serta mengabdikan diri untuk masyarakat. Inilah yang membedakan dirinya sebagai kader IMM dengan mahasiswa lainnya.
Kalau mahasiswa hanya bisa menyanyi, anak TK pun juga bisa menyanyi. Kalau mahasiswa hanya memperbanyak massa atau kuantitas, apa bedanya dengan suporter sepak bola?
Kuantitas dan kualitas memang tidak bisa dipisahkan dari IMM itu sendiri. Ghirah ber-IMM harus dijaga sehingga melahirkan intelektual muda Muhammadiyah yang mempunyai pemikiran yang objektif terhadap Ikatan, terlebih untuk agama nusa dan bangsa. Agar bisa meneruskan tambuk kepemimpinan umat, seperti yang selalu digaungkan di mars IMM.
Selamat Milad ke 57 ikatanku, perjalanan setengah abad lebih, tentunya tidak mudah bagi IMM dalam berkontribusi turut serta dalam membangun bangsa. Harapan dan doa yang selalu kami haturkan sebagai rasa cinta kepada ikatan.
Semoga Allah selalu meridhai segala langkah kita semuanya. jayalah IMM! Abadi perjuangan! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni