Anggota DPR ingatkan rencana kelas tatap muka pasca-vaksinasi guru dan tenaga kependidikan rampung sekitar bulan Juli 2021.
PWMU.CO – Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membuka kelas tatap muka setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan selesai mendapat tanggapan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN Prof Zainuddin Maliki.
“Layak atau tidak diterapkan pembelajaran tatap muka, menurut hemat saya tetap harus didasarkan peta persebaran Covid-19,” katanya pada PWMU.CO, Selasa (23/2/2021).
Dia mengatakan, di zona merah dan di daerah yang positive rate-nya tinggi sehingga risiko penularannya sangat besar, agar menunda kelas tatap muka. “Konsekwensinya Kemendikbud harus memacu guru-guru kita mengemas model pembelajaran daring,” ujarnya.
Dia meminta agar Kemendikbud memfasilitasi guru dalam meningkatkan penguasaan pedagogi digitalnya sehingga melalui pembelajaran daring tetap mampu mendorong siswa aktif, efektif, dengan suasana belajar tetap menyenangkan.
“Pemerintah bisa mengizinkan bagi orangtua yang ingin anak-anaknya kembali ke sekolah khususnya yang berada di zona kuning atau zona hijau yang positive rate dan risiko penularannya rendah,” ujarnya.
Tentu, sambungnya, tetap dengan jaminan protokol (prokes) kesehaan benar-benar bisa diterapkan. Seperti pengaturan jarak, penggunaan masker, dan memastikan kesadaran siswa didik rajin mencuci tangan.
“Diharapkan prokes tidak hanya dijalankan ketika di sekolah. Sepulang KBM juga harus dijamin prokes bisa dijalankan. Oleh karena itu kerja sama semua pihak, termasuk orangtua sangat dibutuhkan,” harap dia.
Pendidikan Behavioristik
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya periode 2003-2007 dan 2007-2011 itu menjelaskan, pendidikan di Indoensia selama ini cenderung dikemas secara behavioristik. Guru menempatkan diri sebagai subjek dan siswa sebagai objek pembelajaran.
“Akibatnya siswa belajar kalau ada guru. Tidak ada guru tidak ada pembelajaran. Jadi pembelajaran hanya terjadi jika diintervensi dan dikontrol dari luar. Tegasnya hanya ada pembelajaran kalau di depan guru,” ujarnya memberi contoh.
Nah, sambungnya, dalam pembelajaran jarak jauh (PJ) guru hanya bisa hadir secara virtual, sehingga siswa tidak terkontrol dengan baik.
“Membenahi PJJ akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan upaya membangun kesadaran intrinsik siswa didik tentang pentingnya belajar,” kata Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2008-2011 dan 2011-2014
Demikian pula, lanjutnya, pembelajaran tatap muka tetap saja tidak akan melahirkan manusia pembelajar kalau tidak dilakukan dengan strategi pembelajaran siswa aktif.
Indonesia Tertinggal
Mengutip cnnidonesia.com Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadjiem Makarim mengungkap sejumlah alasan pemerintah memutuskan pembukaan sekolahsetelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan rampung.
Menurutnya, Indonesia sudah sangat tertinggal dalam kebijakan pembukaan sekolah dibanding negara-negara lain yang juga terdampak pandemi Covid-19.
“Dari semua 23 negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, 85 persen dari semua negara tersebut sudah buka sekolahnya. Kita tertinggal, kita hanya 15 persen (sekolah) yang partially open,” tutur Nadiem dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (18/3).
Dalam pernyataannya, Nadiem juga menyoroti Amerika Serikat (AS) yang menurutnya memiliki eskalasi kasus Covid-19 lebih parah daripada Indonesia, meskipun pelaksanaan vaksinasi mereka lebih cepat.
Ia mengatakan, AS sudah membuka setidaknya 40 persen dari sekolah mereka. Untuk itu, Nadiem ingin Indonesia juga segera membuka sekolah secara perlahan.
Selain itu dari sisi kesehatan, mantan bos Go-jek itu meyakini pembukaan sekolah dirasa aman setelah vaksinasi rampung terhadap seluruh guru dan tenaga kependidikan.
Pasalnya, ia menyebut risiko tinggi Covid-19 umumnya didapati pada kelompok usia 31-51 tahun. Sementara pada anak yang terinfeksi, mayoritas hanya bergejala ringan.
Nadiem juga mengklaim transmisi Covid-19 pada anak dalam catatannya terjadi dalam kegiatan sosial di luar ruang kelas, bukan di dalam kelas.
Ia mengatakan pada kasus anak yang terkonfirmasi Covid-19, umumnya tertular dari orang dewasa. Untuk itu ia merasa vaksinasi terhadap guru dan tenaga kependidikan sudah tepat.
Nadiem menegaskan setelah vaksinasi rampung, semua sekolah wajib memberikan opsi belajar tatap muka. Ketika orang tua ingin anaknya belajar tatap muka, menurutnya, sekolah harus menyanggupi.
“Boleh saja buka dua hari dalam seminggu. Tapi opsi tatap muka wajib dilaksanakan. Itu kira-kira cara kita mencapai target kita pada tahun ajaran baru, hampir semua sekolah beri opsi tatap muka,” tuturnya.
Rencana Juli setelah Vaksinasi Guru
Pemerintah sendiri berencana mulai membuka sekolah pada Juli mendatang. Namun kalangan guru mengaku khawatir dengan instruksi pembukaan sekolah di tengah pandemi meskipun vaksinasi sudah dilakukan terhadap guru dan tenaga kependidikan.
Pasalnya, belum ada program vaksinasi untuk anak maupun vaksin yang diizinkan Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) untuk anak usia di bawah 18 tahun. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni