PWMU.CO – Karakter kebangsaan bisa dibangun melalui sastra. Karena sastra dapat memberikan pengalaman etis dan moral. Demikian paparan singkat Prof Dr Djoko Saryono MPd dalam Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia yang diadakan oleh Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
”Cipta sastra cukup fungsional sebagai wahana pembelajaran moral dan karakter pelajar,” terang Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Malang (UM), di Auditorium UMM, Rabu (16/11).
Lebih lanjut Djoko menekankan, pentingnya bahasa sebagai penjaga integritas suatu bangsa. Khususnya bahasa Indonesia. Djoko menilai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013 (K13) telah melupakan sastra, setidak-tidaknya meminggirkan sastra. ”K13 terlampau memuja-muja teks non sastra yang tak mudah dipahami dan tak jelas arahnya,” papar Djoko yang juga pendiri Cafe Pustaka UM ini.
Sementara, Dr Hari Sunaryo MSi mengatakan dengan mengadaptasi kearifan lokal, pembelajaran sastra dapat mengokohkan jati diri bangsa yang berakar dari nilai-nilai ke-Indonesiaan. Kearifan lokal lanjut, menurut Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM juga sebagai entitas budaya yang telah teruji memiliki daya dan bermakna strategis untuk menjaga, serta mengembangkan kebudayaan. ”Dengan mengadaptasi secara kreatif kearifan lokal ke dalam sistem pembelajaran, hal itu tentunya akan berimbas pada kokohnya nilai-nilai kebangsaan,” jelas Wakil Dekan III FKIP UMM ini.
Di sisi lain, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Budinuryanta Yohanes menegaskan, pembelajaran bahasa Indonesia tidaklah cukup dengan kaidah dan kefasihan berbahasa. Lebih dari itu, pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan kepribadian ke-Indonesiaan. ”Perlu dikembangkan adanya pembelajaran bahasa intercultural agar siswa memiliki kepekaan dan kesadaran budaya akan kebinekaan Indonesia,” tandasnya. (hum/aan)