Negeri Protokol Pamer Ironi oleh Daniel Mohammad Rosyid, dosen ITS dan Ketua Pendidikan Tinggi Dakwah Islam Jawa Timur.
PWMU.CO– Sudah setahun pandemi Covid-19 ini, masyarakat dikenalkan dengan sebuah istilah baru: protokol. Salah satunya adalah protokol kesehatan (prokes) 3M, yaitu Mencuci Tangan, Menjaga Jarak dan Memakai Masker.
Gara-gara ini pula seorang tokoh muslim yang tinggal di Petamburan Jakarta usai kepulangannya dari Mekkah ditahan hingga kini. Acara pernikahan putrinya dituding telah menyebabkan kerumunan yang melanggar protokol kesehatan itu. Walaupun dia sudah membayar denda, polisi tetap saja menahannya hingga hari ini.
Sementara itu, sebuah kerumunan lainnya, yaitu akad nikah pasangan selebritas di hotel mewah yang dihadiri para elite dan pejabat tinggi telah mengikuti protokol lainnya, yaitu protokol kesombongan.
Pada saat yang sama bencana besar melanda kawasan Flores Timur NTT. Namun tidak diliput sama sekali oleh media elektronik utama. Rupanya media pun mengikuti protokol lainnya lagi, yaitu protokol kesesatan.
Liputan atas pesta pernikahan selebritas itu memiliki rating yang jauh lebih tinggi daripada liputan duka nestapa rakyat NTT. Padahal frekuensi TV sebagai barang publik tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Protokol Presiden
Sementara itu juga sedang ada upaya menyiapkan protokol presiden dilarang dua periode saja, dan melalui sebuah undang-undang diberlakukan protokol investor dilarang bayar pesangon besar, sementara buruh dilarang protes.
Sudah agak lama berlaku protokol orang miskin dilarang sekolah dan orang melarat dilarang sakit. Paling mutakhir, polisi bahkan memberlakukan protokol perempuan bercadar dilarang mendekat kantor polisi.
Kini kita lebih tahu apa yang disebut protokol. Terserah kita apa yang kita maksudkan sebagai protokol. Adalah maladministrasi publik yang memungkinkan bagaimana protokol itu dibuat dan ditafsirkan untuk kepentingan para elite, dan orang kaya, bukan untuk kepentingan orang biasa, apalagi miskin.
Di negeri protokol itu, orang biasa dilarang berkerumun, orang miskin dilarang sakit, dan korban bencana dilarang merana. Ketakutan penularan Covid-19 telah melahirkan protokol dilarang shalat berjamaah dengan shaf rapat.
Mungkin menjelang Ramadhan ini akan terbit protokol orang beriman dilarang optimis. Padahal optimisme adalah pertanda orang beriman. (*)
Rosyid College of Arts, 6 April 2021
Editor Sugeng Purwanto