Semua kehilangan Nadjib Hamid. Ribuan jamaah secara bergelombang menyalatkan jenazahnya di Desa Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
PWMU.CO – Mati tiada yang bisa menyangka. Semua akan mengalaminya. Seperti yang menimpa Pak Nadjib Hamid hari ini, kita semua pasti akan mendapat giliraannya.
Itulah kalimat pembuka Prof Syafiq A. Mighni MA saat memberikan sambutan pelepasan jenazah Nadjib Hamid, di Masji At Taqwa Paciran, Lamongan Jumat (8/4/2021).
“Kita datang di sini dalam rangka menyalatkan Pak Nadjib. Memberikan penghormatan terakhir kepada beliau,” terang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Pria yang akrab dipanggil Pak Syafiq ini menganggap Nadjib Hamid merupakan manusia yang luar biasa, yang mengedepankan kepentingan umat di atas segalanya.
“Kita semua berduka. Walau sakit lama tapi Pak Nadjib tak pernah menghiraukan sakitnya,” lanjut guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
“Semua tugas tetap dijalankan oleh Pak Nadjib. Tetap melaksanakan tugas sebagai Wakil Ketua PWM Jatim walaupun sakit menderanya,” tuturnya di jamaah pelayat yang membanjiri Masjid At-Taqwa Paciran.
Penggerak Kebaikan
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Dr M Saad Ibrahim MA ketika memberikan sambutan usai pemakaman Nadjib Hamid menjelaskan bahwa tugas almarhum sudah selesai.
“Hari ini saudara kita telah selesai. Kita sama-sama bersaksi hidmatnya kepada Muhammadiyah dan bangsa sangat luar biasa. Tak ada bandara,” ujar dosen Tafsir Al-Qur’an UIN Malang.
“Ini terbukti ketika sakit menyerang Pak Nadjib beberapa hari lalu, beliau saat itu ada di Desa Dukun Kabupaten Gresik adalah dalam rangka berhikmat kepada umat. Kalau ada orang yang wafat, beliau yang pertama kali datang. Kalau ada pengumpulan dana beliau yang pertama menyumbang,” kata pria kelahiran Mojokerto itu.
Dalam pandangan Saad Ibrahim Nadjib Hamid merupakan sosok yang sangat kuat hatinya dan tangguh mentalnya.
“Menyadari ada isyarat umurnya tidak panjang Pak Nadjib terus berbuat kebaikan. Ketika rapat terakhir di PWM belum selesai beliau minta izin pulang karena merasakan sakitnya,” ungkap Saad.
Saad mengatakan, semua orang menyayangi Nadjib Hamid. Salah satu buktinya, ribuan jamaah rela menunggu kedatangan jenazah Nadjib Hamid di Masjid At-Taqwa Paciran. Ibu-ibu siap dengan mukena berbaris rapi di sepanjang pagar masjid. Bahkan ketika shalat pertama yang diikuti ribuan jamaah selesai, gelombang shalat terus berlanjut hingga adzan Asar.
“Di PWM yang shalat juga banyak memenuhi Masjid al-Badar. Di sini juga banyak hingga bergelombang-gelombang itu menunjukkan kita sayangi dengan Pak Nadjib,” kata Saad.
Ketika berangkat ke makam yang jaraknya jauh dari masjid At-Taqwa, keranda jenazah Pak Nadjib ditandu. Tidak menggunakan ambulan. “Bahkan Jenengan minta agar ditandu, bukan pakai ambulan. itulah tanda cinta kita kepada Pak Nadjib,” ujarnya. (*)
Penulis Moh Ernam Editor Mohammad Nurfatoni