PWMU.CO – Ini ucapan Nadjib Hamid terakhir untuk Srikandi Literasi PCA Manyar Gresik atas diluncurkannya buku Catatan Heroik Perempuan Tangguh.
‘’Selamat atas launching-nya buku. Aisyiyah Manyar telah menjadi teladan dalam urusan literasi. Saya sangat apresiatif,’’ ucapnya, Jumat (2/4/21).
Dia mengatakan hakikat puncak literasi adalah menulis dan menulis. Itu akan menjadi kebanggan jika diterbitkan dalam bentuk buku. Hendaknya, lanjutnya, buku yang sudah diterbitkan, disebar secara luas tidak hanya dinikmati ke kalangan sendiri oleh kalangan dalam.
“Tidak banyak PCA yang punya gagasan cemerlang seperti ini. Saya lihat tadi di layar banyak kontributor PWMU.CO. Luar biasa,’’ ujarnya sambil diikuti tepuk riuh peserta kajian.
Beri Semangat
Nadjib Hamid memberi semangat kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Manyar agar punya buku yang serupa.
‘’Karena apa yang kita lakukan hari ini dan kemarin akan sirna oleh generasi yang akan datang jika tidak ada jejak yang diabadikan,’’ katanya.
Di setiap cabang dan ranting, sambungnya, mutlak ditradisikan menulis. Menulis, menurutnya, adalah cara kita mengabadikan jejak hasanah, jejak yang baik.
“Dengan cara itu kita akan bisa mengambil pelajaran.”
Peran Terakhir
Wakil Sekretaris PCA Manyar sekaligus panitia penerbitan buku, Musyrifah mengaku tidak pernah menyangka, ternyata suara itu adalah suara terakhirnya dan tidak akan terdengar lagi selama-lamanya.
Dia memamparkan pesan itu terus terngiang di telinga. Bergetar rasa dada ini saat mendengar kembali suara melalui voice note yang masih tersimpan.
“Tiada menyangka, itu adalah pesan terakhir beliau. Terima kasih pak Nadjib Hamid yang telah menjadi pelita litarasi pada kita semua,” jelasnya.
Air Mata Menetes
Air mata Musyrifah terus menetes saat membuka handphone dan membaca berita demi berita yang mengabarkan tentang wafatnya Nadjib Hamid di Rumah Sakit Khodijah, Sepanjang, Sidoarjo, Jumat (9/4/21).
“Betapa kebaikannya begitu banyak sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pak Nadjib begitu mulia hati dan perjuangannya,” kenangnya.
Dia mengatakan kabar wafatnya Nadjib diterima dari WhatsApp kakak yang tinggal di Surabaya. Begitu membaca pesan singkatnya, langsung terkejut dan tidak sengaja berteriak agak keras.
’’Innalillahi wainna ilaihi rojiuun,’’ ucapnya sambil menangis.
Hanya 13 Menit
Saat Nadjib Hamid memberikan materi dalam Kajian Pra-Ramadhan PCM Manyar secara virtual, Jumat (2/4/21), Musyrifah merekam materi yang disampakan sebagai bahan penulisan berita.
“Saat saya merekam, rekaman suara ternyata berhenti pada menit ke 00:13:47. Kemudian beliau mengakhiri pembicaraannya,” kenangnya.
Dalam hati, sambungnya, taushiyah tidak seperti biasanya. Pendek sekali dan nada suaranya agak pelan. Dengan sesekali berhenti sejenak untuk menarik nafas.
“Pak Nadjib tidak biasanya,” ujarnya dalam hati pada waktu itu.
Kaget Kabar Masuk RS
Musyrifah mengatakan Nadjib Hamid sangat berusaha menyampaikan materi dengan baik dengan semangat menjawab semua pertanyaan dari peserta. Mengenakan baju batik warna cokelat membuat penampilannya sangat bersahaja, pada waktu itu.
“Esoknya, betapa terkejut saat mendengar kabar beliau masuk Rumah Sakit (RS). Ternyata benar yang saya rasakan sejak malam itu beliau sedang sakit yang akhirnya drop dan dilarikan ke RS Khodijah, Sepanjang, Sidoarjo.”
Semoga, doanya, amal kebaikanmu terus mengalir menyertai sampai di surga. “Semoga Allah menuntun kami untuk melanjutkan perjuangan beliau sebagai pejuang dakwah yang mulia. Aamiin,’’ tandasnya. (*)
Penulis Musyrifah. Editor Ichwan Arif.