ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Selasa, Maret 21, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Haedar Nashir: Muhammadiyah Ingin Bermuhasabah di Tengah Perubahan

Sabtu 17 April 2021 | 04:46
7 min read
537
SHARES
1.7k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Prof Dr Haedar Nashir MSi dalam pembukaan Pengajian Ramadhan 1442 Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Haedar Nashir: Muhammadiyah Ingin Bermuhasabah di Tengah Perubahan (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Muhammadiyah ingin bermuhasabah sebagai upaya tajdid di tengah perubahan. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan hal itu dalam pembukaan Pengajian Ramadhan 1442 Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertema Tajdid Organisasi: Muhammadiyah di Era Perubahan, Jumat (16/4/21) sore.

“Kita memang ingin ber-muhasabah, melakukan kajian-kajian ke dalam, bagaimana kita melakukan usaha tajdid atau pembaruan organisasi di tengah perubahan yang begitu kompleks saat ini,” ujarnya.

Sebelum masuk ke muhasabah, Haedar mengenalkan makna tajdid yang sebenarnya.

Kegiatan yang digelar secara virtual Jumat-Ahad (16-18/4/2021) ini menghadirkan sejumlah nara sumber internal dan eksternal, termasuk Azyumardi Azra, Dahlan Iskan, Robert W Hefner, dan Hyung Jun Kim.

Makna Tajdid

Tajdid punya makna al-Iaadah (mengembalikan sesuatu pada tempatnya), al-Ihyaa (menghidupkan sesuatu yang telah redup atau mati), dan juga al-Ba’tsu (membangkitkan sesuatu yang dipandang stagnan).

Bahkan, tambahnya, dalam makna yang konstruktif, tajdid punya makna al-ishlah: melakukan usaha konstruksi dan rekonstruksi atau membangun dan memperbaiki.

Kemudian, Haedar mengutip hadits Nabi: Innallaha yab’atsu lihadzihil ummah ‘ala ra’si kulli miati sanatin man yujaddidu laha dinaha.

Ia menerangkan, makna “man yujaddidu” biarpun di depannya adalah fi’il yang bersifat mufrad (tunggal), tapi punya makna bukan hanya pada orang per orang. Man di sana bisa kolektif, bahkan menurut Yusuf Qaradhawi, man di sana juga bisa bermakna organisasi atau institusi.

Artinya, lanjut Haedar, biarpun tidak persis pada setiap 100 tahun lahir pembaruan, semangat dari hadits Nabi itu adalah agar kita—pembawa misi Islam—melanjutkan perjuangan Nabi akhir zaman.

“Yakni bagaimana selalu berusaha memperbarui pemahaman kita, pelaksanaan kita, bahkan berbagai aspek dari membumikan Islam sebagai ajaran. Misal, melalui organisasi persyarikatan Muhammadiyah,” tuturnya.

Al-Ashr: Ajaran Hadapi Perubahan Konteks Waktu

Haedar menerangkan saat Kiai Dahlan—panggilannya untuk Kiai Haji Ahmad Dahlan—memaknai al-Ashr sebagai Ashariyah (kemoderenan). Yaitu sebagai konsep dan konteks menghadirkan peran kita di ruang dan waktu yang terus berubah. Kyai Dahlan mengajarkan konsep ini dalam waktu cukup lama, yakni tuuh sampai delapan bulan.

Bagi Haedar, surat al-Ashr ini surat yang pendek tetapi mengandung makna yang mendalam. Sampai Imam Syafi’i mengatakan, “Lawasa athumussuurata haadhihinnaasu tadabbarolau“.

“Andaikata semua orang itu memperdalam dan memahami surat ini, semuanya tercakup dari surat ini,” ujarnya mengartikan.

Haedar menegaskan, apa yang dilakukan Kiai Dahlan—dengan surat al-Ashr, al-Maun, ali-Imran ayat 110, dan 17 pokok surat al-Quran. Serta tujuh ajaran yang ia tanamkan pada siswa dan sahabatnya di generasi awal Muhammadiyah—menunjukkan usaha untuk melakukan tajdid ajaran Islam.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi dalam pembukaan Pengajian Ramadhan 1442 Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Muhammadiyah Ingin Bermuhasabah (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

Bukan Semata-mata Purifikasi

Kemudian ia meluruskan, pelaksanaan tajdid ini, dalam berbagai makna—sejak al-Iaadah, al-Ihyaa, al-Ba’tsu, bahkan juga al-ishlah—bukan tajdid dalam makna yang semata-mata purifikasi.

“Bukan hanya mengembalikan umat pada ajaran Islam yang murni. Tetapi lebih dari itu: melakukan rekonstruksi terhadap pelaksanaan ajaran Islam, alam pikiran, dan orientasi tindakan seluruh umat Islam yang dipelopori oleh Muhammadiyah,” terangnya.

Karena itu, lanjutnya, meskipun sekarang kita membahas tajdid pada organisasi Muhammadiyah di era perubahan. Maka tajdid organisasi itu juga terkait dengan alam pikiran para aktor: kita para kader dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan organisasi. Pun juga terkait dengan struktur organisasi itu sendiri.

Lebih dari itu, tajdid juga terkait dengan values (nilai-nilai) yang menjadi pondasi pembaruan organisasi dan membawa organisasi menjadi lebih maju. Bahkan, tajdid juga tidak lepas dari budaya dan lingkungan dimana organisasi itu berada.

“Dengan kata lain, ketika membahas tajdid organisasi, maka aspeknya adalah struktural atau kelembagaan organisasi itu dari berbagai keterkaitannya dengan aktor dan nilai dengan budaya dan lingkungan di mana Muhammadiyah itu berada,” ujarnya.

Muhammadiyah Ingin Bermuhasabah

Menurut Haedar, langkah pertama dalam muhasabah, harus coba memposisikan kembali bagaimana dan seperti apa organisasi Muhammadiyah. 

“Masyarakat luas dan kita yang ada di dalam sudah begitu lekat dengan predikat bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang modern, reformis, atau dalam istilah khusus: organisasi Islam tajdid atau pembaharuan,” ungkap Wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat 2015- 2020 itu.

Bagi bapak dua anak ini, makna tajdid modern dan reformis begitu luas cakupannya. Hal ini bisa dikaji dengan memperhatikan pandangan berbagai tokoh.

“Menurut Prof Mukti Ali, satu di antara ciri kemoderenan Muhammadiyah adalah kemampuannya melakukan reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern,” katanya.

Alfan Alfian, lanjutnya, mengategorisasikan Kiai Dahlan sebagai penggerak pembaruan yang punya tiga dimensi sebagai The Religious Reformist ,sebagai sosok yang membawa social change (perubahan sosial), bahkan menghadirkan Muhammadiyah sebagai The Political Force dalam makna pergerakan kebangsaan.

“Deliar Noer memberi karakter Muhammadiyah—biarpun selalu dikategorisasikan sebagai gerakan islam modern bersama (gerakan) yang lain— tetapi kata dia, Muhammadiyah tampil lebih moderat ketimbang gerakan Islam yang punya makna revitalisme Islam,” terangnya.

Profesor di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menerangkan, Bung Karno bahkan menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang progresif atau berkemajuan.

“Biarpun dia pernah mengkritik sebagian orang Muhammadiyah di Ende masih konservatif alam pikirannya. Ketika dia pindah ke Bengkulu, dia juga mengkritik Muhammadiyah sebagai organisasi yang masih menggunakan hijab bak lambang perbudakan modern,” ungkapnya.

Dari sini, bapak 63 tahun itu menyimpulkan, “Banyak para ahli dan tokoh mengategorisasikan Muhammadiyah sebagai gerakan reformis, modern, dan tajdid.”

Dalam gerakan politik kebangsaan, William Shepard mengategorisasikan Muhammadiyah sebagai Islam modern yang lebih fokus pada pergerakan membangun peradaban Islam modern daripada berorientasi pada pembentukan negara Islam,” jelas dia.

Inilah, sambung Haedar, yang membawa gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan modern, yang bergerak di bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, dan membangun kekuatan yang punya daya tawar dalam pergerakan modernisme.

Hadapi Kritik untuk Muhammadiyah

Haedar menyatakan, seiring perjalanan waktu—hingga kini Muhammadiyah berusia 108 tahun, begitu juga Aisyiyah dan seluruh organisasi otonom yang ada di dalamnya—tentu selalu ada kekurangan dan hal-hal yang tercecer yang harus kita muhasabah.

Mitsuo Nakamura pada tahun 2010 melanjutkan penelitiannya, lalu mengkritik. Padahal dalam penelitian sebelumnya, ia mengonstruksi Muhammadiyah sebagai “organisasi yang banyak wajah” dengan berbagai aspek yang begitu lentur.

“Seiring dengan perkembangan zaman, kata dia, ketika pemahaman keagamaan Islam begitu beragam di Indonesia dan di dunia, Muhammadiyah mulai kurang dinamis dan progresif,” ucapnya sampaikan kritik Nakamura.

“Muhammadiyah perlu mencari identitas dengan memformulasikan lagi semangat membangun pergerakan pembaharuannya. Muhammadiyah, kata Nakamura, perlu merevitalisasi pergerakannya saat ini!” tutur Haedar.

Menghadapi kritik ini, Haedar mengimbau untuk tetap mendengar dan menerima meski tidak suka. “Ketika pandangan tokoh ini sebagai perbandingan, kita boleh suka atau tidak suka, tapi sesekali kita perlu mendengarkan kritik orang,” tutur Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah itu.

Secara organisasi, kata dia, beberapa pengamat menilai Muhammadiyah kalah dinamis dengan NU. Yaitu dalam ideologi pergerakannya yang kontemporer. “Organisasi yang dulu diasosiasikan dengan kaum sarungan dan kolot itu tampak lebih progresif dan reformis—terutama dalam pemikirannya—sejak Abdurrahman Wahid memimpin, tahun 80-an,” ujar Haedar.

Menurut Haedar, kritik ini perlu jadi perhatian, tapi jangan sampai jadi jatuh diri karena kritik.

Muhammadiyah Bukan Gerakan Revivalisme Islam

Haedar menerangkan, dalam perkembangannya, sebagian orang Muhammadiyah mengasosiasikan pergerakan Islam modern reformis dan tajdid dengan revivalisme Islam. “Padahal, revivalisme Islam menurut para ahli lebih bersifat reaktif untuk mengembalikan situasi yang mundur dari Islam. Dengan selalu mereaksi modernisme yang dipandang sebagai sekulerisme dan liberalisme serta westernisasi,” jelas pria kelahiran Bandung itu.

Kemudian ia mencontohkan pergerakan Islam yang bersifat revivalis tajdid dalam makna purifikasi. Seperti pergerakan-pergerakan Muhammad bin Abdul Wahab, Sanusiyyaah, Shah Wali Allah, dan berbagai pergerakan yang disebut dengan revivalis Islam.

Sedangkan, Haedar menekankan, Muhammadiyah tidak dalam posisi yang sama dan sebangun dengan itu. Karena itu, era 2000-an, Majelis Tarjih mengodifikasi bahwa tajdid Muhammadiyah punya makna purifikasi dan dinamisasi.

Kalau merujuk tadi, bukan hanya dalam konsep al-Iaadah, juga al-ihyaa, al-ba’tsu, dan al-Ishlah. “Inilah yang perlu kita maknai bersama bagaimana memberikan tajdid dalam makna yang luas,” tuturnya. (*)

Haedar Nashir: Muhammadiyah Ingin Bermuhasabah di Tengah Perubahan; Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: Deliar NoerHaedar NashirMukti AliPengajian Ramadhan 1442 PP MuhammadiyahProf Mitsuo Nakamura Ph DSayyidah NuriyahTajdid
SendShare215Tweet134Share

Related Posts

Pelajaran Kejujuran di Balik Film Sumur Songo Karya Siswa SD Mugeb

Jumat 17 Maret 2023 | 15:04
1.2k

Adegan cucu Sunan Giri Nyai Ageng Tumengkang Sari dilamar Pangeran dari Majapahit. Pelajaran Kejujuran di...

Kesempatan Langka Bunda Saksikan Film Karya Anak SD Mugeb di Bioskop

Jumat 17 Maret 2023 | 11:30
1.7k

Sebagian guru, siswa, dan wali siswa SD Mugeb yang menyaksikan Gala Premiere Mugeb Film Festival...

Ukir Sejarah, Gala Premiere Mugeb Film Festival Diputar di CGV Cinemas Icon Mall

Jumat 17 Maret 2023 | 10:14
1.4k

Kepala SD Mugeb Mochammad Nor Qomari SSi menandatangani poster Proyek Film Kelas V di Studio...

Inilah Theme Song Seabad PKU Muhammadiyah Ciptaan Haedar Nashir-Dwiki Dharmawan

Kamis 16 Maret 2023 | 11:07
1.8k

Inilah Theme Song Seabad PKU Muhammadiyah Ciptaan Haedar Nashir-Dwiki Dharmawan. Suasana Resepsi Milad 1 Abad...

Indonesia Tidak Bisa Lepas dari Muhammadiyah

Selasa 14 Maret 2023 | 15:55
455

Indonesia Tidak Bisa Lepas dari Muhammadiyah. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar MSi, dalam...

Milad 1 Abad RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Ini Pesan Haedar Nashir

Selasa 14 Maret 2023 | 13:35
3.2k

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi, dalam Resepsi Milad 1 Abad RS...

PP Muhammadiyah Kukuhkan Unsur Pembantu Pimpinan Periode 2022-2027

Minggu 12 Maret 2023 | 11:31
789

Penyerahan Surat Keputusan (SK) kepada Ketua Majelis dan Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) PP Muhammadiyah Periode...

Haedar Nashir Resmikan RS Muhammadiyah Ke-121: RSU Unmuh Jember

Sabtu 11 Maret 2023 | 19:04
647

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi saat menyampaikan sambutannya di...

Mugeb Charity Jadi Ajang Reuni Guru Dua Sekolah Ini

Sabtu 11 Maret 2023 | 09:13
1.2k

Siswa SD Muhammadiyah 1 Benjeng sarapan bersama, menikmati bekal Miemu. (Yuanita Anggun/PWMU.CO) Mugeb Charity Jadi...

PLPK Smamio Ikut Peringati Hari Jadi Kota Gresik dan World Hearing Day

Jumat 10 Maret 2023 | 10:16
119

Ketua Pusat Layanan Psikologi dan Konseling (PLPK) Smamio Ika Famila Sari SPsi MPsi Psikolog sosialisasi...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Siswa Klub Ekonomi Smamsatu Juara Accounting Skill Competition

    55318 shares
    Share 22127 Tweet 13830
  • Acara Outbound Berakhir Tangisan

    33252 shares
    Share 13301 Tweet 8313
  • Inilah 18 Calon PCM GKB Gresik 2022-2027

    8998 shares
    Share 3599 Tweet 2250
  • Ketua MPID PWM Jatim Siap Dipenjara

    2055 shares
    Share 822 Tweet 514
  • Ka’bah dan Awan 3D di Poster Tarhib Ramadhan Spemdalas

    1422 shares
    Share 569 Tweet 356
  • Pesan Ustadz Adi Hidayat Menyambut Ramadhan

    1152 shares
    Share 461 Tweet 288
  • Kesempatan Langka Bunda Saksikan Film Karya Anak SD Mugeb di Bioskop

    556 shares
    Share 222 Tweet 139
  • Logo Musycab Muhammadiyah Bubutan Diluncurkan

    519 shares
    Share 208 Tweet 130
  • Suami-Istri Pimpin Muhammadiyah-Aisyiyah Kabupaten Tulungagung

    512 shares
    Share 205 Tweet 128
  • King Queen of Library SD Mugeb Kunjungi Perpustakaan Spemdalas

    585 shares
    Share 234 Tweet 146

Berita Terkini

  • Agar Jaringan RSMA Jatim Lebih Tenang ketika Menghadapi Masalah HukumSenin 20 Maret 2023 | 23:53
  • Cerita di Balik Evoting Musyda Kabupaten ProbolinggoSenin 20 Maret 2023 | 23:38
  • Abdul Malik Terpilih Kembali sebagai Ketua PDM JombangSenin 20 Maret 2023 | 22:54
  • Lasminingsih Pimpin Aisyiyah Kabupaten Probolinggo, Sekretaris Aminatul IfahSenin 20 Maret 2023 | 22:17
  • Musyda Unik Muhammadiyah Jombang, Pesertanya Pakai SarungSenin 20 Maret 2023 | 22:12
  • Saat Jemari Lebih Cepat dari OtakSenin 20 Maret 2023 | 21:38
  • Milad Ke-109 Aisyiyah, PCA Sumberrejo Menggelar Pengajian dan SantunanSenin 20 Maret 2023 | 21:23
  • Umsida Mantapkan Peran Ormawa sebagai Tonggak DakwahSenin 20 Maret 2023 | 21:05
  • Logo Musycab
    Logo Musycab Muhammadiyah Bubutan DiluncurkanSenin 20 Maret 2023 | 21:00
  • 26 Siswa MIM 7 Kenep Lolos Semifinal KomasSenin 20 Maret 2023 | 20:49

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!