PWMU.CO – Santri ini raih juara I Lomba Tartil Quran nasional. Dia adalah Afzalu Rahman santri Pondok Pesantren Modern MBS Haji Suyoto Watulimo Kabupaten Trenggalek.
Kegiatan ini diselenggarakan secara virtual oleh Suara Muhammadiyah bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LP2PPM), Kamis (1/4/2021)
Pengelola Pondok Ahmad Nur Kholiq menyampaikan Afzalu berhasil menyisihkan ratusan peserta dari berbagai pesantren Muhammadiyah diseluruh penjuru negeri.
“Afzalu Rahman menang di kategori Tartil Quran (Tilawah) dengan membacakan surat ar-Rahman ayat 1-21 secara virtual. Meskipun kalah dalam jumlah like (kategori favorit) pada chanel Youtube, namun penilaian dewan juri tetap obyektif dan akhirnya sepakat menetapkan Afzallu Rahman sebagai juara I,” jelasnya.
Suara Merdu dan Bakat Tilawah
Afzalu, lanjutnya, merupakan santri yang berasal dari Donggala – Sulawesi Tengah dan sekaligus santri baru yang juga merupakan siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah Watulimo.
“Putra pasangan suami-istri M Idham Terok dan Tentri A Landu ini memang memiliki suara merdu dan bakat dalam tilawah atau tartil al-Quran. Bahkan sebulan sebelumnya saudara sekampungnya santri Dede Suharto juga menjadi juara I kategori Tahfidh Quran dalam rangka milad MTsN 4 Karanganyar Jateng,” paparnya.
Sementara itu Mudir MBS Haji Suyoto Ustadz Nanang Ashofa menyampaikan juara 1 Tartil Quran akan mendapatkan hadiah piala atau tropy juara dari Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan uang pembinaan.
“Tentu hal ini akan menjadi penyemangat bagi kami dalam meningkatkan kedisiplinan belajar, menghafal Quran dan berprestasi dalam event-event atau kegiatan selanjutnya,” ujarnya.
Promosi Pesantren Muhammadiyah
Ketua LP2PPM Dr KH Masykuri MEd menyatakan rasa bangganya kepada para santri yang telah berusaha dengan sungguh-sungguh mengikuti lomba Gema Ramadhan 1442 H.
“Ada beberapa manfaat mengikuti Gema Ramadhan. Pertama syiar persyarikatan Muhammadiyah yang mengusung Islam Berkemajuan baik di bumi nusantara maupun mancanegara,” ungkapnya.
Kedua, lanjutnya, sebagai ajang promosi pesantren Muhammadiyah yang saat ini terus berkembang. Dalam segi kuantitas telah berdiri 300 pesantren Muhammadiyah.
“Ketiga memotivasi dan memacu para santri untuk berprestasi terutama dalam kategori yang dilombakan yaitu dai, tartil dan penulisan khutbah,” jelasnya.
Selain itu, sambungnya, mendorong budaya mutu. Para santri dilatih dan ditempa untuk berfastabiqul khairat, untuk berlomba meraih prestasi yang terbaik di antara para santri pesantren Muhammadiyah,” terangnya.
“Kemudian ada budaya kerja keras dan disiplin karena perlu banyak berlatih bekerja keras dan disiplin menyiapkan segala sesuatunya untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Selanjutnya adalah menghargai prestasi dan menjadikan kebanggaan sebagai santri pesantren Muhammadiyah”, ujarnya.
Hafidh Quran Enam Tahun
Ahmad Nur Kholiq menambahkan para santri MBS Haji Suyoto Watulimo memang ditempa untuk menjadi para penghafal al-Quran dengan program 6 tahun hafidh Quran di sekokah formal tingkat MTsM – SMAM.
“Selain pelajaran pesantren, lembaga di bawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Watulimo ini juga mempelajari pelajaran-pelajaran umum, namun waktunya saja yang berbeda,” jelasnya.
Pelajaran pesantren dan tahfidh, sambungnya, dilaksanakan mulai pagi sampai siang dan malam hari. Sedangkan pelajaran umum dilaksanakan siang sampai sore hari antara pukul 12.30 – 17.00 WIB. Dengan demikian diharapkan para santri akan lebih mapan keilmuanya.
“Meskipun yang diutamakan adalah tahfidhul Quran atau menghafal al-Quran, MBS Haji Suyoto juga masuk sebagai salah satu pesantren binaan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah Yogjakarta untuk pengembangan bibit dai Muhammadiyah,” terangnya. (*)
Penulis Ahmad Nur Kholiq. Editor Sugiran.