PWMU.CO – Delapan paradigma pendidikan dalam Surat al-Alaq disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M Sa’ad Ibrahim dalam perayaan milad ke-26 SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Ahad (18/4/21).
Sebelum menyampaikan delapan paradigma itu, dia menyampaikan banyak poin-poin penting yang diajarkan oleh al-Quran, yang terus menerus diwujudkan di SD Mugeb termasuk dlam tema kegiatan ini: “Creating the Future”.
“Tentu saja pertama-tama harus kita lihat ajaran al-Quran mengenai ini misalnya di surat al-Alaq ayat 1-5,” ujarnya.
Dia menyampaikan paradigma pada ayat tersebut telah disampaikan di beberapa kesempatan.
“Awalnya saya hanya mendapatkan lima paradigma. Setelah saya baca lagi akhirnya mendapatkan tujuh. Dan hari ini saya baca lagi pada ayat tersebut melalui acara ini dan saya mendapatkan lagi satu paradigma dari lima ayat Surat al-Alaq sehingga jumlahnya untuk saat ini untuk sementara saya peroleh delapan,” urainya.
Saad Ibrahim mengatakan, di antara delapan paradigma itu telah terwujud dengan baik di sekolah SD Mugeb sehingga dia memberi apresiasi.
“Saya lihat dari delapan bagian itu sudah terwujud. Tentu saja apresiasi sangat besar saya sampaikan peghargaan kepada seluruh jajaran yang mengelolah, yang memproyeksikan sekolah kita ini,” jelasnya.
Delapan Paradigma Pendidikan Al-Alaq
Dia lalu menjelaskan secara singkat delapan paradigma pendidikan dalam surat al-Alaq.
Pertama, dari ungkapan Allah iqra’ memunculkan paradigma literatif. “Tadi saya lihat sepintas sekolah ini berbasis penelitian maka tentu saja dimensi literatifnya yang tentu ada konteks qiraa (membaca dan menganalisa) dan konteks istiqra’ (penelitian),” ujarnya.
Kedua, bismi rabbik melahirkan paradigma teologis “Seluruh proses membaca, penelitian—termasuk nanti kaitanya dengan edukasi dan seluruh dimensi keilmuan itu—paradigma yang terpenting adalah teologi. Ini karena memiliki arti ilmu kita harus ilmu yang mengantarkan untuk semakin dekat kepada Allah,” terangnya.
Ketiga, khalaq melahirkan paradigma kreatif dan inovatif. “Khalaq menciptakan sesuatu yang bersifat inovatif yakni belum ada contoh sebelumya. Lalu kita melahirkaan karya yang original jadi tidak cukup dengan Creating the Futur. jadi kita harus berupaya menemukan penemuan baru,” terangnya.
Keempat, paradigma edukatif dari kata Rab yang tidak sekadar menciptakan, memelihara, menyempurnakan, bahkan menanggung rezekinya. “Maka dimensi edukatif itu harus betul-betul melekat kepada pendidikan kita,” pesannya.
Kelima, alaq’ paradigma korelatif. “Dalam kontek ini SD Mugeb dengan tampilan ucapan-ucapan selamat yang saya perhatikan tadi ada menteri pariwisata, PWM, bahkan ketua perpustakaan nasional yang begitu luasnya. Maka sekali lagi ini mencerminkan berupaya mengkorelasikan diri dengan tokoh-tokoh penting dan semoga menginspirasi banyak orang,” ujarnya.
Keenam, al-akram, paradigma aprsiatif. “Ungkapan al-akram mencerminkan paradigma pada seluruh proses pendidikan apresiatif. Yaitu saling menghargai seperti pidato Kepala Sekolah tadi menyebutkan para pendahulu itu termasuk bagian dari apresiasi kita pada pendahulu kita,” tuturnya.
Ketujuh, allama bilqalam. “Mengingat kata qalam ini lebih dekat dengan media IT (information technology). Dari konteks ini sarana dan prasarana termasuk juga kaitannya dengan IT harus mencerminkan upaya sekolah semakin kedepan membangun sarana dan prasarana,” tuturnya.
Kedelapan, allamal isana ma lam ya’lam. “Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui manusia pengetahuan yang tidak diketahui manusia, maka saya maknai paradigma kedelapan bahwa pengetahuan kita harus progresif,” tuturnya.
Di akhir sambuannya, Saad Ibrahim mengucpkan selamat milad. “Selamat SD Mugeb terus capai proyeksi ke depan songsong masa depan. Larilah secepatnya untuk segera sampai ke masa depan itu. Begitu sampai bangun lagi masa depan-masa depan. Dan moga-moga dengan cara seperti itu masa depan yang terbaik adalah surga Allah kita capai bersama-sama Ridha Allah dan ampunan dari Allah,” harapnya. (*)
Penulis Fiska Puspa Dwi Arinda Editor Mohammad Nurfatoni