PWMU.CO – Abdul Mu’ti: Pada Diri KH Ahmad Dahlan Ada 17 Karakter Berkemajuan disampaikan Prof Dr H Abdul Mu’ti MEd dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahad (18/4/21).
Dalam acara yang mengangkat tema Tajdid Organisasi: Muhammadiyah di Era Perubahan, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini mengankat tema Back to The Future: Aktualisasi Islam Berkemajuan Organisasi Muhammadiyah. Dia mengatakan Back to The Future dia ambil dari film 1985 yang dibintangi oleh Robert Zemeckis.
“Saya memakai istilah ini karena saya sufi (suka film). Dalam film itu bagaimana merancang masa depan dengan nilai-nilai, pengalaman, dan suasana kehidupan di masa lalu,” ujarnya.
Rancang Muhammadiyah Masa Depan
Prof Mu’ti menjelaskan merancang Muhammadiyah masa depan itu perlu dilakukan dengan apa yang dimiliki di masa lalu. Mengambil istilah Fazlurrahman, double movement, yaitu dengan memahami, menjawab, dan merancang masa depan berdasarkan ajaran dan nilai-nilai dasar di masa lalu.
“Dengan memahami al-Quran dan menjadikan sebagai panduan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sekarang,” jelasnya.
Dia memaparkan berangkat dari masa kini dan dikaji sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah dengan setting pengalaman masa lalu. Kemudian, sambungnya, kita menemukan formula untuk merancang masa depan.
Aktualiasasi Islam Berkemajuan
Prof Mu’ti mengatakan mengaktualisasikan Islam berkemajuan itu adalah bagian suatu proses mengamalkan Islam dengan menjadikan Islam sebagai agama yang berkemajuan (dinul hadlarah) yang ajaran dan nilai-nilai mengandung dan mendorong kemajuan.
“Kedua adalah mengamalkan Islam yang berkemajuan untuk meraih kemajuan,” katanya.
Muhammad Abduh, lanjutnya, pernah mengatakan Islam yang hebat itu tertutup untuk kaum Muslimin atau al-Islam mahjubun bi al-muslimin. KH Ahmad Dahlan juga pernah mengatakan Islam itu pada mulanya agama yang berkilau tapi kemudian menjadi kusam karena umat Islam tidak merawat sebaik-baiknya.
Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah
Abdul Mu’ti menjelaskan aktulisaisai itu perlu karena ada realitas di mana kemajuan Islam yang terkandung dalam ajaran belum tercermin dalam kehidupan kaum Musliman. Di Muhammadiyah, istilah berkemajuan sudah dipergunakan sejak awal berdirinya organisasi.
“Statuten pertama terbit 22 Agustus 1914 pada artikel 2. Di situ disebutkan hasrat tujuan Muhammadiyah adalah memajukan dan menggembirakan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland,” ungkapnya.
Kedua, sambungnya, adalah memajukan dan menggembirakan cara kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lid-nya (sekutu atau pada anggotanya).
Nilai Islam Berkemajuan
Abdul Mu’ti mengatakan iilai-nilai Islam berkemajuan meliputi egalitarian, inklusif, terbuka, toleran, dan berorientasi ke masa depan.
Terus bagaimana dengan aktualisai nilai-nilai tersebut dalam Muhammadiyah? Dia mengungkapkan sekutu Muhammadiyah dalam artikel 4 Statuten Sekutunya Persyarikatan dikatakan pertama, anggota biasa, orang-orang beragama Islam di Hindia Nederland saja,
“Kedua, anggota kehormatan, yaitu orang yang besar jasanya kepada persyarikatan dan ketiga donator, sembarang orang boleh menjadi donatur tiada dipandang agamanya atau bangsanya,” katanya.
Muhammadiyah masa lalu itu, tegasnya, itu inklusif. Hal ini bisa dibaca sejarah KH Ahmad Dahlan dan muridnya di Kweekschool, OSVIA, dan Sekolah Belanda.
“Beliau memberikan pendidikan ekstrakurikuler agama Islam pada Sabtu sore dan Ahad pagi pada murid tidak hanya terbatas mereka yang beragama Islam, tapi juga Kristen, Katolik, maupun Teosofi. Di sini ada nilai strategisnya,” ujarnya.
Sosok Sangat Terbuka
Prof Mu’ti menjelaskan KH Ahmad Dahlan adalah sosok yang sangat terbuka. Dalam sebuah kesempatan KH Ahmad Dahlan mengundang Woro Sastroatmodjo tokoh perempuan Sarikat Islam Merah ke acara Aisyiah.
“Selain itu juga mengundang Semaun dan Darsono, tokoh ISDV dalam rapat Muhammadiyah. Langkah kontroversial itu diprotes sebagian anggota Muhammadiyah, bahkan sebagian menyatakan berhenti,” ujarnya.
Tapi, lanjutnya, KH Ahmad Dahlan tidak berubah pendirian. Alasan KH Ahmad Dahlan mengundang para tokoh sosialis adalah untuk membangkitkan semangat para kader Aisyiah dan Muhammadiyah untuk tegar dan lebih berani dalam berdakwah.
“Yang ditiru adalah semangatnya, bukan ajarannya.”
Karakter Berkemajuan
Prof Mu’ti menegaskan dalam diri KH Ahmad Dahlan itu ada 17 karakter berkemajuan. Mulai dari ningrat-merakyat, puritan (ajaran murni)-inklusif (pergalaulan luas), kritis-konstruktif, priyayi-melayani, kaya-bersahaja, hartawan-dermawan, alim-tidak ekstrim, kiai-tidak semuci, teguh-tidak angkuh.
“Karakter 10 adalah tlit-tidak elitis, Arab-tidak kearaban, Jawa- tidak kejawen, guru-tidak menggurui, terbuka-tidak liberal, taat-tidak radikal, bersahabat-tidak menjilat, dan berani-rendah hati,” ungkapnya.
Ketujuh belas, lanjutnya, harus menjadi karakter warga Muhammadiyah berkemajuan. Bagaimana, sambungnya, organisasi Muhammadiyah masa depan itu harus mendunia, lintas negara, beragam bangsa.
“Kedua terbuka, inovatif dalam tata Kelola, adaptif terhadap perubahan, dan responsif terhadap berbagai persoalan kontemporer,” tandasnya. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.