PWMU.CO – Jadi shadow teacher hebat harus mampu transfer knowledge dan jadi mediator dari guru kelas ke siswa secara personal disampaikan Heru Tjahyono, Senin (12/4/21).
Dalam acara pembinaan pada 41 guru dan karyawan SD Muhammadiyah 2 Bontang secara virtual, konsultan pendidikan ini menjelaskan anak berkebutuhan khusus (ABK) ini cenderung pendekatannya lebih individual, lebih personal.
“Shadow teacher atau guru pendamping adalah profesi yang sangat mulia. Siswa ABK ini kekurangannya ada pada interaksi dan sosialisasi,” ujar tim Inovasi Pengembangan Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya.
Nah, lanjutnya, keberadaan shadow teacher ini memudahkan siswa membangun kemandirian serta transfer knowledge sesuai dengan kemampuan siswa ABK tersebut.
Beri Ruang Eksplorasi
Heru mengungkapkan shadow teacher hari membangun kemandirian, memberikan ruang eksplorasi untuk interaksi dan komunikasi dengan lingkungan di mana siswa ABK berada.
“Syukur-syukur bisa menemukan talenta atau potensi yang dimiliki anak-anak tersebut. Kalau itu sudah ketemu sejak dini jadinya lebih mudah,” jelasnya.
Dia menjelaskan memberikan pendidikan kepada siswa ABK dan anak reguler itu sebenarnya lebih mudah di ABK karena mereka itu kalau sudah ketemu kliknya itu lebih enak.
Tapi, sambungnya, memang mengawali untuk menyelami menemukan karakeristiknya dan habitnya itu butuh memang proses. Kalau itu sudah ketemu itu menjadi hal yang lebih mudah untuk di-treatment, dimotivasi yang menjadi lebih baik dan positif lagi.
Kerjasama dengan Guru Kelas
Heru memaparkan shadow teacher memang dibutuhkan kerjasama dengan guru kelas, orangtua dan teman-teman shadow yang lain.
“Guru kelas karena harus mengetahui karena yang bertanggung jawab, maka shadow teacher harus juga menjalin hubungan baik dengan guru kelas. Jadi transfer knowledge-nya dari pembelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak,” tambahnya.
Dengan wali siswa, lanjutnya, harus terus berkomunikasi supaya tidak ada kesalahpahaman. Jadi bagaimana metode pendekatan secara personal ini tidak ada miskomunikasi dengan orangtua.
“Nah, ini nanti dengan adanya controlling dan monitoring dari sekolah. Jadi ada pertanggungjawaban dari sekolah,” jelasnya.
Terapkan Assessment
Sementara itu, Ida Afifah, Koodinator Shadow Teacher Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya berbagi pengalaman mengenai penanganan siswa ABK langsung di lapangan dengan uji lapangan terlebih dahulu.
“Tiap tahun tetap diterapkan assessment untuk dilaporkan ke wali murid,” katanya.
Dia mengatakan kunci yang paling utama di lapangan adalah harus sabar, telaten, dan ikhlas. Jadi ikatan emosional dengan anak-anak itulah yang paling penting. “Itu yang dinamakan shadow teacher hebat.”
Sharing Pengalaman
Kordinator Sumber Daya Manusia dan Hubungan Masyarakat (Humas) Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 2 Bontang Ika Bonita Mardiyani mengatakan kegiatan ini digelar bertujuan untuk memberikan ilmu dan sharing pengalaman.
“Khususnya kepada shadow teacher yang terjun langsung menangani siswa ABK serta menambah ilmu kepada guru wali kelas terkait bagaimana cara berkomunikasi dengan ABK dan orangtuanya,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, mereka juga dapat pengetahuan baru tentang cara menangani siswa ABK sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan mengetahui langkah jitu selama bersama mereka,” tandasnya. (*)
Penulis Riska Oktaviana. Editor Ichwan Arif.