PWMU.CO – Cabang dan Ranting Wajah Muhammadiyah disampaikan Drs H Muhammad Jamaludin Ahmad Psi, Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jumat (23/4/21).
Hal ini dia sampaikan dalam Kajian virtual Ramadhan Sehat dan Aman bersama PP Muhammadiyah, persembahan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Lazismu, dan Wardah.
Jamal menyatakan, meski lembaga ini baru terbentuk dua periode, tapi sudah mengemban amanah mengembangkan cabang dan ranting. “Pengembangan (secara) kuantitas, dalam arti jumlah cabang dan ranting harus bertambah, dan kualitasnya,” ujarnya.
Maka, lanjutnya, perangkat organisasi mereka siapkan agar pengembangan benar-benar berjalan dalam dua sisi itu. Untuk melakukannya, butuh peta persoalannya, sehingga bisa dibuat road map.
“Sebagai modal untuk mengembangkan ini kita perlu data cabang dan ranting,” ungkapnya.
Pemetaan Cabang dan Ranting
Salah satu program prioritas lembaga baru itu adalah memetakan cabang dan ranting. Karena, tambahnya, pengembangan tanpa tahu data dan analisisi akan mengarah pada hal yang berbeda.
Selanjutnya, yang mereka lakukan adalah menyusun program, di mana berangkat dari masalah yang mereka hadapi. “Kita pengin program-program yang dibuat LPCR itu melahirkan kerberdayaan dan keunggulan,” harapnya.
Dia mengatakan, perlu melihat masalah mana yang perlu disentuh agar berdaya. Sebab, banyak cabang dan ranting yang tidak memahami posisi dirinya sendiri sebagai apa.
“Ngertinya hanya kumpulan pengajian, padahal cabang ranting itu badan hukum yang sama dengan PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah), PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah), dan PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) bahkan sama dengan PP (Pimpinan Pusat) dalam banyak hal,” jelasnya.
Sehingga, tambahnya, bisa membuat sekolah, bekerja sama dengan lembaga apapun, dan banyak program lainnya. “Kita pengin memiliki daya picu agar ranting-ranting itu memahami persoalan dan tugasnya, kemudian melihat model,” terang dia.
Stimulus Cabang-Ranting Award dan Expo
Inilah mengapa, menurut Jamal, LPCR mengadakan Cabang Ranting Award dan Expo, guna mengangkat sudah banyak cabang-ranting yang sudah berdaya dan berkeunggulan.
“Itu sudah terbukti saat kita mengadakan Cabang Ranting Expo dan Cabang Ranting Award di Babat pada tahun 2017, hadir banyak cabang-ranting di luar bayangan saya,” katanya.
Mereka yang sudah berdaya, bukan berarti jamaah pengajiannya banyak. Tapi punya karya, amal usaha, hasil kreasi, inovasi, dan solusi; sehingga Muhammadiyah bisa umat rasakan, tidak hanya bagi warga Muhammadiyah.
Sebab, Jamal mengungkap hampir tidak ada cabang-ranting di daerah mayoritas, termasuk di pusatnya, Yogya. “Ini keunggulan Muhammadiyah, organisasi yang luar biasa hadir di masyarakat, tidak peduli jumlahnya berapa, tapi karyanya nyata,” komentarnya.
Kemudian, dia menyebutkan beberapa cabang unggulan. Misal, Cabang Babat, Cileungsi, Sepanjang dan di Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk rantingnya Gunungpring, Wage di Sepanjang, dan Kayuputih di Jakarta. “Ranting-ranting ini sangat berdaya, betul-betul jadi tempat belajar,” ucapnya.
Dampaknya, menurut Jamal, luar biasa. “Informasi yang terbuka, apalagi muncul model—yang nanti kita kemas dalam Secara (Sekolah Cabang dan Ranting), kita sudah punya panduannya untuk segera diterbitkan—itu betul-betul menginspirasi untuk bertumbuh-kembang,” terang dia.
Masalah, lanjutnya, tidak jadi alasan untuk tidak maju. Dengan melihat model, ranting yang awalnya buntu jadi dapat inspirasi terobosan kreatif, inovatif, dan solutif. Misal, pada Ranting Gunungpring.
Insyaallah nanti yang Cabang Ranting Expo dan Award keempat, ungkapnya, dilaksanakan secara virtual. Jamal optimis, para PWM yang belum punya cabang-ranting unggulan, sekarang sudah mulai punya.
Model Cabang-Ranting Unggul
Jamal menjawab permintaan pemandu acara Ghifari Yuristiadi terkait cabang-ranting baru yang unggul. Dari segi kuantitas, berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Tengah tertinggi, yaitu sebanyak 30 persen dari total jumalah cabang-ranting se-Indonesia
“Di Jawa Timur, jumlah cabang-rantingnya 15 persen dari total jumlah cabang-ranting se-Indonesia,” ungkap dia.
Ranting di Jawa Timur yang unggul, contoh Jamal, adalah Ranting Wage, pemenang tahun 2018. “Tidak sekadar punya kantor, BMT, dan lain sebagainya, tapi (punya) kegiatan,” jelasnya.
Jamal menerangkan, ranting yang unggul punya enam kriteria, sedangkan ranting inspiratif belum tentu punya enam kriteria meskipun hebat.
Jamal bercerita, “Ranting Wage ini memiliki hampir semua kegiatan yang ada di Majelis Lembaga Hidup, sampai punya kredo ‘Ranting Rasa Pesantren’ sebab tiap hari ada kajian agama.”
Tidak hanya itu, Jamal menambahkan, Ranting Wage menyentuh di semua aspek, di mana kegiatan di bidang ekonomi dan kesehatannya juga “hidup”.
Selain itu, ada pula ranting unggul yang terus memperbarui diri. Ialah Ranting Sendang Harjo (Lamongan), di Jawa Timur juga, yang baru membangun toserba. “Bukan setelah unggul berhenti, tapi maju terus, jadi up date,” tuturnya.
Kalau di Pulau Sumatera, yang unggul ada di Medan, yaitu di Sei Mencirim. Mereka punya amal usaha unik dan menarik, yaitu pusat outbond.
Begitu pula dengan cabangnya, Sunggal, yang unggul dalam bidang koperasi Muhammadiyah dan koperasi terbaik nasional.
Ada juga di Leuwiliang yang unggul pula dalam bidang ekonomi. Yaitu punya BMT yang melahirkan klinik-klinik, PKU Muhammadiyah. Mereka punya enam cabang dan ikut mengembangkan ekonomi di cabang sebelahnya.
Cabang-Ranting Berbasis Perguruan Tinggi
Jamal, termasuk yang mendorong lahirnya cabang dan ranting di perguruan tinggi. “Karena dakwah komunitas harus menemukan bentuknya, mewadahi komunitas intelektual,” kata psikolog itu.
Kalau forum amal usahanya apa? Kalau ranting bisa punya amal usaha. “Dengan ada ranting di kampus, meski namanya tidak harus nama kampus. Silakan pakai nama kampus asal tidak dilarang,” tuturnya.
Dia yakin, yang terbentuk di sini akan memunculkan amal usaha yang beda dengan ranting yang berbasis geografis. “Kalau bisa muncul di kampus-kampus negeri atau swasta non-Muhammadiyah—karena di kampus Muhammadiyah, rektornya memimpin “ranting”—itu sangat menarik
Ia mengimbau tidak perlu kahwatir untuk mendirikan ini, karena yang Muhammadiyah lakukan bersifat konstruktif. “Memberi yang terbaik untuk bangsa ini dan tidak dalam rangka bersaing dengan siapapun, tapi bersaing dengan dirinya sendiri,” ungkapnya.
Ia juga berharap Muhammadiyah terus memantau dirinya sendiri, agar jangan sampai terlambat merespon persoalan yang ada. “Karena cabang-ranting yang unggul adalah yang bisa menjawab persoalan masyarakat dari lahir sampai meninggal dunia, (dengan begitu) akan terus didukung masyarakat meski non-Muhammadiyah,” jelas Jamal.
Yang juga penting adalah bagaimana berbasis kompetensi keilmuan, pengalaman dan penelitian. “Cabang-ranting Muhammadiyah yang ingin ternak ayam banyak lho! Tapi (tidak banyak yang mampu) ternak ayam yang sehat, yang bisa memotong mafia,” katanya.
LPCR mendorong ranting-ranting untuk saling bekerja sama antarcabang dan ranting di seluruh Indonesia. Produk yang dibuat ranting itu, kalau bisa dirasakan pula oleh ranting seluruh Indonesia.
“Kalau cabang ranting dikelola sungguh-sungguh, yakinlah akan jadi wajah Muhammadiyah yang menampilkan kesuksesan dunia-akhirat. Dakwah yang berkemajuan dan menggembirakan, paraktiknya ya di cabang-ranting itu,” harapnya.
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni