PWMU.CO– Kisah iktikaf di akhir Ramadhan banyak dikisahkan dalam kitab Sahih Bukhori. Seperti riwayat hadits dari Abu Salamah ra, diceritakan, saya bertanya kepada Abu Sa’id sahabatku. Katanya, kami iktikaf bersama Nabi Muhammad saw pada sepuluh pertengahan dari bulan Ramadhan.
Nabi keluar pagi hari yang kedua puluh lalu berkhotbah di hadapan kami. ”Diperlihatkan kepadaku lailatul qadar. Kemudian aku lupa malam itu. Carilah dalam sepuluh yang akhir pada bilangan ganjil. Sesungguhnya aku melihat, bahwa aku sujud dalam air dan tanah. Barangsiapa biasa iktikaf beserta Rasulullah saw hendaklah ia kembali,” kata Nabi Muhammad saw.
Malamnya orang-orang pun ke masjid untuk iktikaf bersama Nabi. Malam itu tiada sepotong awan pun terlihat di langit. Tiba-tiba awan segera datang dan hujan turun dengan derasnya sampai air mengalirpada atap masjid. Atap masjid terbuat hanya dari pelepah daun kurma.
Kemudian orang iqomah untuk shalat. Saya melihat Rasulullah sujud di atas air tanah berlumpur sehingga saya melihat bekas tanah di kening Nabi.
Kisah iktikaf lainnya diceritakan oleh Aisyah ra. Katanya, biasanya Nabi saw iktikaf pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan. Maka saya buatkan untuknya sebuah tenda di masjid. Sesudah shalat Subuh, Nabi masuk ke dalam tenda itu.
Kemudian Hafsah minta izin kepada Aisyah untuk membuat tenda juga bagi dirinya. Maka dia diberi izin oleh Aisyah. Lalu Hafsah membuatnya. Ketika tenda itu dilihat Zainab binti Jahsy maka dia juga membuah sebuah tenda untuk dirinya.
Ketika hari telah Subuh, Nabi saw melihat tenda-tenda yang lain itu. Lalu Nabi bertanya,”Tenda-tenda apa ini?”
Maka berceritakan orang tentang tenda-tenda istri Nabi itu. Lalu Nabi berkata,”Apakah baiknya menurut pikiran Anda tenda-tenda itu bagi mereka?”
Lalu Nabi menghentikan iktikafnya dalam bulan itu, kemudian iktikaf pada sepuluh hari bulan Syawal.
Kisah Iktikaf lainnya diceritakan Aisyah, istri Nabi saw mengatakan, saat Rasulullah saw iktikaf di masjid, kadang melongokkan kepalanya ke dalam rumah Aisyah, tapi Nabi tetap berada di dalam masjid. (Dari keterangan ini berarti rumah Aisyah nempel satu dinding dengan Masjid Nabawi dan ada lubang penghubung).
Maka kusisirkan rambutnya. Dan biasanya Nabi tidak pernah masuk ke rumah (apabila sedang iktikaf) melainkan jika Nabi ada keperluan. Begitulah halnya saat Nabi sedang iktikaf.
Menurut riwayat Ibnu Abbas ra, katanya Nabi saw berkata, carilah malam qadar itu pada sepuluh yang akhir dari bulan Ramadhan. Malam qadar itu berada pada hari ke sembilan, tujuh, atau lima yang akhir dari Ramadhan.
Berdasar keterangan itu maka umat Islam biasa memilih iktikaf pada malam ganjil yaitu 21, 23, dan 25 Ramadhan. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto