PWMU.CO – Bagaimana jika Mukidi bertemu mantan Ketua MPR RI Prof Amien Rais? Dalam Resepsi Milad Muhammadiyah ke-107 di Graha ITS, Ahad (20/11) lalu, peristiwa itu benar-benar terjadi. Inilah kisahnya. Salah satu pembaca acara yang di dadanya terpampang tulisan “Mukidi 51” memerkenalkan diri. “Mumpung ada Pak Amien Rais, saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Mukidi, Mukidi 51,” katanya. (Berita terkait: Ngaji bareng ‘Mukidi’, Jamaah Masjid pun Gerr-gerran)
“Tapi saya bukan Mukidi yang itu. Mukidi 51 singkatan dari Muhammadiyah untuk Kemajuan Islam dan Indonesia. Dan angka 51 adalah nomer urut salah satu surat dalam Alquran, yaitu surat Azzariat yang punya arti angin yang menerbangkan,” jelas Mukidi 51, yang ternyata bernama asli Soedjono.
(Baca juga: Ada Mukidi di Pelantikan Muhammadiyah)
Guru PNS di Surabaya yang bergelar master pendidikan itu melanjutkan, “Mukidi 51 berarti Muhammadiyah siap menerbangkan Indonesia ke angkasa kemajuan,” ungkapnya. “Jadi, 51 itu bukan tandingan Almadiah 51.” Amien Rais yang duduk di kursi depan pun tersenyum lebar bersaman tengan tepuk riuh hadirin.
Di Surabaya dan sekitarnya, Soedjono memang dikenal sebagai ustadz yang kocak. Dalam ceramah-ceramahnya, dia selalu menyelipkan parikan atau pantun Suroboyoan. Itu yang membuat ceramahnya digemari. Bahkan, meskipun sebagai mubaligh Muhammadiyah, dia sering diundang oleh kalangan Nahdliyin.
Maka, panggilan Mukidi kepadanya, tidaklah salah. Sebab Mukidi, dalam cerita humor yang pernah menjadi viral di media sosial beberapa waktu lalu, adalah sosok yang kocak. Dan Mukidi 51 juga tak kalah kocaknya.
Saat menjadi MC pada acara milad yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya tersebut, Mukidi, eh … Soedjono juga melucu. “Tomat kentang digawe salad diwenehi uyah, selamat datang di Milad Muhammadiyah (Tomat kentang dibikin salad dikasih garam, selamat datang di Milad Muhammadiyah.”
Parikan lainnya, “Tuku uyah keju lewat pantura, Muhammadiyah maju umat sejahtera. (beli garam dan keju lewat pantura, Muhammadiyah Maju umat sejahtera).”
Atau simak yang ini. “Ojo dadi manuk Glatik cucuk’e biru, mari dilantik ditinggal turu. (Jangan jadi burung Glatik berparuh biru, setelah dilantik ditinggal tidur),” pantun jenaka yang disampaikan kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah Benowo yang ikut dilantik dalam acara tersebut.
Di akhir tugasnya, dia pun menutup dengan pantun jenaka, “Cak Arief AN numpak taksi, cukup sekian dan terima kasih.” Arif An adalah Sekretaris PDM Kota Surabaya. Ada-ada saja! (MN)