Tiga Lelaki Pemrotes Nabi oleh Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.
PWMU.CO– Tiga lelaki pemrotes Nabi itu, pertama, bernama Abdullah ibn Dzil Khuwaishirah at-Tamimi. Sedang dua lainnya tak dikenal namanya. Pada tiga peristiwa yang berbeda meski serupa. Demikian penjelasan Ibnu Hadjar al-Asqolany dalam kitab syarh Fath Al Baary.
Konon ia berambut plontos, lebat janggutnya, cekung matanya, menonjol dahinya dan bercelana cingkrang.
”Hai Muhammad berlakulah adil… ! Nabi Muhammad saw murka dan berkata, Celaka … kalau saya saja tidak adil lantas siapa yang adil. Saat itu Nabi saw transit di lembah Ji’ranah usai perang Hunain. Nabi membagi ghanimah berupa emas perak yang disimpan Bilal.
Dalam riwayat lain, Nabi membagikan emas mentah yang dikirim Ali ra dari Yaman. Emas itu dibagikan kepada empat orang, yaitu Uyainah ibn Badr, Aqra’ ibn Hâbis, Zaid al-Khail, dan Alqamah ibn ‘Ulatsah atau Amir ibn Thufail. Lalu salah seorang sahabat memprotes: Kami lebih pantas menerimanya ketimbang mereka.
Ucapan ini sampai kepada Nabi dan beliau berkata, apa kalian tidak memercayaiku padahal aku ini kepercayaan langit, yang mendatangiku dengan kabar (wahyu) tiap pagi dan petang?
Kemudian berdiri seorang laki-laki yang cekung matanya, menonjol pipi dan dahinya, lebat jenggotnya, plontos kepalanya dan cingkrang celananya, dan berkata, ”Hai Rasulullah, takutlah kepada Allah.”
Nabi saw menjawab,”Celaka. Bukankah aku ini penduduk bumi yang paling berhak untuk takut kepada Allah?” Tapi laki laki itu berpaling dari Rasulullah.
Berkata Khalid ibn Walid, ”Wahai Rasulullah, izinkan aku menikam lehernya.”
Nabi menjawab, ”Jangan, barangkali dia shalat.”
Khalid menukas, ”Banyak sekali orang shalat yang mengucap sesuatu yang berbeda dengan hatinya.” Nabi berkata, ”Sungguh aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati manusia dan membedah isi perutnya.”
Nabi berkata, ”Biarkan dia. Kelak dia akan punya banyak pengikut yang shalat kalian tidak ada apa-apanya dibanding shalat mereka, puasa kalian tidak ada apa-apanya dibanding puasa mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari busurnya.”
Redaksi yang digunakan Ibn Hisyam adalah kelak dari jenis laki-laki ini lahir sekelompok orang yang berlebih-lebihan dalam agama sehingga keluar dari agama (يتعمقون فى الدين حتى يخرجوا منه).” (Ibn Hisyâm, as-Sîrah an-Nabawiyyah, Beirût: Dâr Ibn Hazm, 2001, halaman 590)
Orang-orang ini merasa lebih takwa ketimbang Rasulullah. Jargon mereka la hukma ilallah. Mereka terus membakar semangat dan banyak pengikut. Mu’awiyah dan Ali pun dicap kafir setelah peristiwa arbitrasi. Mereka gagal membunuh Mua’wiyah. Ali pun dibunuh dengan cara ditikam.
Wallahu taala a’lam
Editor Sugeng Purwanto