Iktikaf di Masa Pandemi Covid oleh dr Tjatur Prijambodo MKes, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo.
PWMU.CO– Memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan lebih khusyuk beribadah menyongsong lailatul qadar. Alasannya sederhana, menggapai pahala seribu bulan. Jatah umur dan kesempatan hidup kita saja belum tentu sampai 83 tahun.
Dalam surat al-Qadar ayat 3 dinyatakan: لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan (lailatul qadar) itu lebih baik daripada seribu bulan.
Hanya saja, bulan Ramadhan tahun ini masih dalam suasana pandemi Covid-19. Kalau dalam kondisi normal dapat melakukan iktikaf di masjid, maka dalam situasi seperti ini, tidak bisa leluasa seperti biasanya.
Apabila pada dua tahun sebelumnya boleh berbondong-bondong dan menghabiskan waktu beribadah di dalam masjid, untuk Ramadhan tahun ini dibatasi dan wajib menerapkan protokol kesehatan (Prokes).
Di balik kondisi seperti sekarang ini, justru harus banyak menyelipkan doa menyambut lailatul qadar di masjid sekalipun waktunya terbatas, di rumah, di tempat kerja dan usaha, maupun dalam keterbatasan ruang gerak untuk beribadah kepada Allah swt.
Semoga virus Corona segera lenyap, musibah pandemi ini cepat berlalu agar kita dapat beribadah dan berjamaah seperti biasanya.
Gambaran Lailatul Qadar
Semangat umat Islam menyambut lailatul qadar karena kemuliaan malam tersebut yang dijelaskan dalam surat al-Qadar ayat 1 – 5.
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Gambaran surat al-Qadar mengenai keutamaan lailatul qadar inilah yang membangkitkan semangat umat Islam untuk bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Sebab kapan lailatul qadar turun, terselubung penuh misteri.
Baca Quran dan Dzikir
Prediksi yang dikemukakan para ulama hanya takwili. Untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dengan cara beriktikaf. Ibadah ini merupakan ajaran yang dipraktikkan Rasulullah.
Dari Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw beriktikaf pada sepuluh terakhir Ramadhan semenjak beliau menetap di kota Madinah hingga beliau wafat.
Beriktikaf merupakan usaha mendekatkan diri (muraqabah) kepada Allah dengan penuh ikhlas. Pada momentum inilah manusia menyerahkan diri kepada Sang Khaliq. Berupaya taat beribadah kepada Allah sesuai petunjukNya dan tak ingin berpaling dari-Nya. Seolah berdiri di depan pintu rahmatNya menunggu datangnya pengampunan dariNya.
Perbanyaklah membaca al-Quran di rumah. Sebagai ungkapan syukur diturunkannya kitab suci di bulan Ramadan, juga menyinari rumah kita dengan al-Quran.
Perbanyaklah berdzikir dan bershalawat sebagai tanda cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Ajaklah anggota keluarga untuk berdoa dan bermunajat, semoga Allah mengangkat derajat dan dijadikan semuanya termasuk golongan hamba Allah yang dikasihiNya.
”Siapa pun yang berdoa di malam lailatul qadar karena iman dan dengan harapan pahala, maka dosa-dosa sebelumnya akan diampuni.” (HR Bukhari)
Iktikaf di Rumah
Dengan mempertimbangkan potensi persebaran virus Covid-19 jika seseorang melakukan iktikaf di masjid di wilayah yang rawan, pendapat yang membolehkan iktikaf di rumah adalah solusi.
Iktikaf di rumah adalah solusi agar seorang muslim dapat tetap bisa beriktikaf di tengah pandemi Covid-19. Dalam keadaan normal sesuai dengan pendapat ulama empat mazhab (Hanafi, Syafi’i, Hanbali, dan Mailiki) sebaiknya iktikaf di masjid.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyatakan, dalam kondisi masjid yang ditutup, iktikaf bisa dikerjakan di rumah. Dalam kondisi masjid tidak bisa digunakan, iktikaf bisa dilakukan di rumah.
Tempatnya bisa di areal tempat biasa shalat yang terjaga kebersihannya dari najis. Semua amalan iktikaf dari tadarus, kajian agama, membaca buku, dzikir, shalat sunah, bisa kita lakukan di rumah tanpa harus kehilangan momentum.
Panduan Iktikaf di Masjid
Jika dengan berbagai pertimbangan yang bisa dipertanggungjawabkan, seseorang masih tetap menginginkan iktikaf di masjid, harus memperhatikan panduan iktikaf di masa pandemi.
1. Memakai masker, lapis empat (satu masker bedah tiga lapis + satu masker kain) diganti setiap 4 jam sekali. Bukan maskernya yang rangkap empat, tapi cukup dua masker (4 lapis). Jika masker N95 bisa untuk pemakaian 8 jam.
2. Membawa hand sanitizer agar bisa sering membersihkan tangan
3. Membawa perlengkapan shalat dan iktikaf pribadi, hindari pemakaian bersama sajadah.
4. Tetap menjaga jarak saat berkomunikasi, saat tidur.
5. Saat ke kamar mandi atau berwudhu (tentunya akan melepas masker) hindari saat berjubel, sebaiknya berwudhu di tempat terbuka. Atau setelah berwudhu segera mencari ruang udara terbuka.
6. Melakukan Respiratory Hygiene, dengan obat kumur. Berkumur selama kurang lebih satu menit di rongga mulut sampai pangkal kerongkongan. Menghirup juga ke rongga hidung sampai ujung rongga hidung. Bisa dilakukan mulai berbuka sampai waktu sahur.
7. Saat makan sahur di masjid hindari posisi berhadapan. Disarankan saling membelakangi atau menghindar mencari tempat yang sepi
8. Mengupayakan takmir agar membersihkan dan mengepel lantai setiap selesai iktikaf dengan larutan desinfektan.
9. Mencari masjid yang menerapkan Prokes sehingga semua jamaah disiplin berprokes
10. Orang sakit tidak diizinkan iktikaf di masjid
11. Disarankan iktikaf di masjid sekitar rumah atau di masjid yang diketahui tidak ada masyarakat yang positif Covid-19
Semoga bermanfaat. Hal ini menunjukkan sinergi medis dan teologis yang apik. Tetap semangat menggapai lailatul qadar. Semoga Allah ridho dan mempertemukan kita dengan malam yangg lebih baik dari seribu bulan. Aamiin.
Editor Sugeng Purwanto