Etos Ekonomi KH Ahmad Dahlan dan Etik Protestan oleh Dr Kumara Adji Kusuma CIFP, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
PWMU.CO– Tak semua orang menuliskan pikiran dan praksis ideologinya. Seperti KH Ahmad Dahlan. Tapi kita mengenalnya dari perbuatannya. Karya hidup terbesarnya adalah Persyarikatan Muhammadiyah.
Jejak langkah KH Ahmad Dahlan dan assabiquuna awwalun Muhammadiyah telah menyejarah. Penulis sejarah kebanyakan menonjolkan reformasi pendidikan, padahal ada jejak langkah pemikiran ekonomi yang menjadi ruh kehidupan persyarikatan.
Pembentukan Muhammadiyah sebagai organisasi modern yang didasarkan atas tafsir konsep umat di dalam Ali Aimron: 104 menjadi sekolah, panti asuhan, rumah sakit, dan berbagai pelayanan lainnya merupakan implementasi dari surat al-Maun yang terus diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan (KRH Hadjid, 2008).
Perhatian pertama KH Ahmad Dahlan pada masa awal perjuangannya adalah kemiskinan yang nyata di hadapannya. Dari gerakan sederhana mempraktikkan surat al-Maun oleh santri-santrinya ternyata membawa dampak besar pada perkembangan Muhammadiyah yang berkelindan melahirkan banyak lembada pendidikan mulai Pendidikan Anak Usia Dini hingga Perguruan Tingi.
Juga rumah sakit, klinik, panti, dan lembaga ekonomi seperti koperasi atau baitul maal watamwil (BMT) dan Lazismu. Amal usaha itu memang bukan kegiatan ekonomi profit tapi membawa dampak perubahan meningkatkan taraf hidup masyarakat dari kemiskinan.
Sebenarnya itulah esensi dari Ekonomi Islam. Ekonomi Islam dibangun atas dasar pencerahan umat untuk memanfaatkan lahan yang tersedia, pengembangan sumber daya manusia, perbaikan kualitas hidup, organisasi, perencanaan, kerja sama, dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan taraf hidup pun mengikis paham tahayul, bid’ah, khurafat serta menegasikan materi secara berlebihan.
Perlawanan terhadap Kolonialisme
Pakar ekonomi Islam dari Universtias Airlangga Prof Dr H Suroso Imam Zadjuli SE dalam diktat kuliahnya Reformasi Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Masyarakat Madani (hlm. 11) menyebut, ekonomi Islam memiliki tugas untuk memerangi kebodohan, kemiskinan, kesakitan, dan kebatilan.
Gerakan KH Ahmad Dahlan sudah mempraktikkan itu. Inilah bentuk perlawanannya terhadap kolonialis dan kolonialisme yang memiskinkan dan membodohkan rakyat.
KH Ahmad Dahlan melaksanakan prinsip nahi munkar dengan cara makruf terhadap pemerintah yang zalim. Ini merupakan high economy. Kiai Dahlan berekonomi tanpa menyebut kata ekonomi.
Dalam perspektif ekonomi, Kiai Dahlan mewujudkan nilai-nilai ekonomi Islam seperti keadilan, al ihsan, ta’awun, syirkah, amanah, qana’ah, sabar, dan pengorbanan.
Beda dengan Etik Protestan
Gerakan KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai purifikasi ajaran Islam terhadap praktik agama yang diamalkan secara formalitas ritual semata. Ajaran seperti itu menjadi hampa tanpa ada bukti nyata.
James L. Peacock dalam risetnya Purifiying of the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesia Islam menyebut, Muhammadiyah sebagai gerakan pemurnian Islam terbesar di Indonesia (Peacock, 1982: 2).
Peacock menyimpulkan, gerakan purifikasi Muhammadiyah memang mendorong tumbuhnya amal usaha sosial dan pendidikan namun gerakan ini tidak bisa membangkitkan etos ekonomi sebagaimana para puritan di Eropa.
Dia membandingkan dengan gerakan puritan kaum Protestan yang melahirkan semangat kapitalisme sebagaimana ditulis oleh Max Weber dalam Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme atau Die Protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus tahun 1905.
Weber mengatakan, agama Protestan mendorong individu bersemangat mengejar keuntungan dunia sebagai tanda hidup yang diberkati Tuhan. Ini yang disebut etik Protestan. Salah satu caranya adalah investasi modal yang akhirnya mendukung munculnya kapitalisme.
Ini sangat berbeda dengan gerakan KH Ahmad Dahlan yang menumbuhkan etos ekonomi Islam taawun, saling menolong. Bukan mengeksploitasi orang sebagaimana kapitalisme Eropa. Etos ekonomi taawun secara secara kaaffah turut mewujudkan kesejahteraan ekonomi dunia dan akhirat.
Editor Sugeng Purwanto