PWMU.CO – Lima Wujud Insan Bertakwa Hasil Tarbiyah Ramadhan Salim A Fillah bahas pada Pengajian Ramadhan 1442, Senin (3/5/21).
Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik menggelar kegiatan bertema Teladan Nabi SAW di Bulan Ramadhan, ini secara virtual melalui Zoom Cloud Meetings.
Menjadikan target-target di bulan Ramadhan sebagai bekal menghadapi bulan-bulan berikutnya. Target-target itu tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 183, laallakum tattaqun. Di ayat 185, laallakum tasykurun. Dan di ayat 186, laallakum yarsyudun.
Laallakum Tattaqun
Pertama, takwa. “Minimal ini yang kita capai di bulan Ramadhan, menjadi insan yang bertakwa,” ujarnya.
Berikut wujud insan bertakwa yang Salim uraikan. Pertama muraqabah atau merasa terus-menerus mendapat pengawasan Allah SWT. Kedua, muahadah atau ingat janji kehambaan kepada Allah SWT, dan ketiga yang selalu muhasabah atau instrospeksi diri.
Salim lalu mengutip Surat al-Hasyr ayat 18: “Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang akan dibawanya pada hari esok.”
Keempat, selalu muaqabah atau berani memberi konsekuensi pada diri sendiri kalau melanggar komitmen kepada Allah SWT. Salim menceritakan seperti Sayyidina Umar ketika masuk ke kebunnya.
Dia asik di kebunnya yang ranum menjelang panen, sehingga terlewat shalat Ashar berjamaah bersama Rasulullah. Maka, dia memberi konsekuensi ke dirinya sendiri dengan men-shadaqahkan kebunnya.
Kelima, selalu mujahadah atau mengistikamahkan amal dan mengikhlaskan niat. Karena salah satu tanda kebaikan bisa kita jaga adalah istikamah beramal. Dia lalu mengutip, “Amal yang paling Allah cintai, yang paling kontinyu (terus-menerus), meskipun kecil.”
Amal yang kontinyu itu men-tarbiyah niat, sehingga kemudian menciptakan keikhlasan. “Karena makin lama makin tidak peduli ada yang melihat atau tidak, ada yang puji atau tidak, terus dia beramal,” ujarnya.
“Infak satu miliar buat seumur hidup, ya cuma sekali itu, kalah keutamaan dengan orang yang infaknya mungkin lima ribu atau sepuluh ribu, tapi rutin tiap hari,” tutur Salim.
Begitu pula dengan orang yang qiyamul lail sejak bakda Isya sampai menjelang Subuh tiga malam berturut-turut. Tapi hari keempat opname karena typus, sehingga tidak melanjutkan qiyamul lail-nya. Itu kalah utama dengan yang terus-menerus: pokoknya setengah jam sebelum Subuh harus bangun, lalu shalat dua rakaat diniati Tahajud, kemudian Witir.
Inilah menurutnya cara menjaga semangat ibadah di bulan Ramadhan berkelanjutan, ketakwaan terjaga. Apalagi, usai Ramadhan, ‘musuhnya’ sudah lepas lagi. “Kalau di bulan Ramadhan setannya dibelenggu, (usai Ramadhan) kita harus lebih kuat menghadapinya!” imbaunya.
Laallakum Tasykurun dan Yarsyudun
Terkait laallakum tattaqun, Salim menyatakan, bagaimana seharusnya Ramadhan bisa memupuk syukur. “Ketika berbuka puasa, seteguk air saja, nikmat sekali rasanya, kita syukuri betul-betul,” katanya.
Begitu pula pada tema-tema yang lebih luas seperti, “Allah menghendaki kita bertakbir dalam perkara yang telah dia hidayahkan ke kita, mahal nikmat berupa hidayah,” jelas dia.
Untuk laallakum yarsyudun, Salim berharap, bisa seperti Rasulullah SAW dijaga Allah, bahkan setelah Ramadhan. Sebagaimana dalam hadits qQudsi, “Siapa yang memusuhi wali-waliku, aku memaklumat perang kepadanya.”
Wali-wali itu adalah hamba-Nya yang mendekatkan diri kepada-Nya yang paling Dia cintai. Yaitu dengan yang fardhu, lalu terus mendekatkan diri kepada-Nya dengan yang sunnah sampai Allah mencintainya.
“Kalau Aku sudah mencintainya, maka aku menjadi mata yang dia gunakan untuk melihat, telinga yang dia gunakan untuk mendengar, lisan yang dia gunakan untuk bicara, tangan yang dia gunakan untuk bertindak, kaki yang dia gunakan untuk melangkah,” urainya.
Maka, lanjutnya, ketika penglihatan, pendengaran, langkah-langkah kita dalam bimbingan Allah SWT. Selanjutnya, mampu jadi pelestari nilai-nilai kebaikan, menjadi alat untuk menebarkan rahmat-Nya kepada semesta. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni