Pak Fadeli dan Imigran Lamongan oleh Sonny Zulhuda, Ketua PCIM Malaysia.
PWMU.CO– Meski menjabat bupati dua periode, mantan orang nomor satu di Kabupaten Lamongan Jawa Timur ini jauh dari kesan jumawa. Gayanya yang kalem, murah senyum dan senang turun ke bawah (turba) membuat banyak warganya merasa dekat dengannya.
Dia banyak dikenang sebagai bupati pendukung gerakan menghafal al-Quran. Di bawah kepemimpinannya, ribuan anak sekolah di Lamongan diprogramkan untuk menghafal al-Quran.
”Beliau selalu hadir saat diperlukan,” demikian kesaksian tokoh TKI Lamongan di Malaysia, Fauzi Fatkhur. Dia sering terlihat bertandang ke Malaysia menghadiri berbagai event yang diadakan oleh komunitas Lamongan di negeri jiran itu yang sudah bertapak sejak tahun 70-an. Dia senantiasa hadir memberikan dukungan moral maupun material kepada rakyatnya yang di rantau.
Bagi komunitas Muhammadiyah Malaysia, figur Fadeli tidak asing lagi. Pada awal 2018, dia menghadiri tabligh akbar PCIM Malaysia bersama unsur pimpinan Muhammadiyah Lamongan seperti Ustadz Drs H. Shodikin MPd dan unsur DPRD Lamongan seperti H. Husnul Aqib. Komplet Lamongan dibawa ke Malaysia.
Alhasil pada Juni 2018, giliran saya dan istri sebagai Ketua PCIM dan PCIA Malaysia beserta rombongan mendatangi kediaman Pak Fadeli, berhalal bihalal dengan sajian nasi boran dan kuliner khas Lamongan lainnya. Sebuah hubungan kekerabatan yang luar biasa.
Tahun berikutnya, Pak Fadeli bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur turut menyumbang bagi pendirian TPA Ranting Muhammadiyah di Kampung Pandan, Kuala Lumpur, dan juga menitipkan wakafnya untuk Pusat Dakwah Muhammadiyah di Malaysia. Semoga menjadi amal jariyah bagi Pak Fadeli.
Terakhir pada Agustus 2020, Pak Fadeli berkenan bersilaturahmi dengan kami secara virtual untuk meresmikan sebuah ikhtiar besar Amal Usaha PCIM Malaysia yaitu Warung Soto Lamongan. Tampak guratan lelah namun bahagia di wajahnya saat menyampaikan amanatnya bagi kami.
Innaalillahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Hari ini Pak Haji Fadeli pergi meninggalkan kita semua. Ditinggalkannya untuk kita sebuah cerita bersahaja, tentang budi, kebaikan dan keteladanan seorang abdi negara. Allahummaghfir warham.
Selamat jalan Pak Fadeli!
Editor Sugeng Purwanto