Menembus Lailatul Qadar oleh Sugeng Purwanto, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jawa Timur.
PWMU.CO– Puasa Ramadhan memasuki hari-hari terakhir. Saatnya muhasabah. Mengevaluasi diri. Apakah puasa kita cukup berkualitas ataukah sekadar berbasa-basi kepada Allah. Kita mengukur kualitas itu dengan surat al-Qadar.
Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) dalam lailatul qadar. Lailatul qadar kalau diterjemahkan bebas bermakna malam berkadar. Malam berukuran. Malam berbobot yang berbeda dengan malam-malam lainnya.
Kenapa berbobot? Karena malam itu awal diturunkan al-Quran. Malam itu adalah malam Ramadhan (al-Baqarah: 185).
Istimewanya malam itu karena disebut lebih baik dari seribu bulan. Seribu bulan itu 83 tahun. Artinya, nilai atau kualitas satu malam itu sama dengan hidup selama 83 tahun.
Apa yang membuatnya istimewa? Allah menyebutkan, tanazalul malaikatu warruh bi idzni rabbihim min kulli amrin. Malam itu diturunkan banyak malaikat dan ruh dengan izin Tuhan. Karena dengan izin Tuhan maknanya Allah dengan sengaja menciptakan suasana istimewa di malam berkadar itu.
Untuk apa para malaikat dan ruh diturunkan? Malaikat dan ruh diturunkan untuk membantu seluruh urusan manusia.
Kalau seluruh urusan manusia didatangi oleh malaikat dan ruh, itu artinya pasti Allah pada malam itu benar-benar memperhatikan keinginan dan kebutuhan manusia.
Bayangkan kalau semua urusan manusia didatangi malaikat atas perintah Allah maka semua urusan manusia dijamin lancar. Semua beres. Seluruh harapan mewujud. Doa-doa terkabul.
Tanda Didatangi Malaikat
Apa tandanya urusan itu lancar? Salaamun hiya hatta mathla’I fajr. Keselamatan dan kedamaian terjadi di malam itu hingga terbitnya fajar.
Meskipun suasana kedamaian itu terjadi di malam hari hingga fajar tetapi pengaruhnya bakal terus terasa hingga siang hari dan hari-hari selanjutnya.
Jadi di akhir bulan Ramadhan jika Anda merasakan kedamaian, tenang, optimistik, selalu bersemangat, pikiran makin terang, penuh inspirasi, muncul ide segar, maka boleh jadi Anda telah menembus lailatul qadar.
Malaikat telah mendampingi Anda untuk menyelesaikan segala urusan. Segala persoalan yang Anda hadapi menemukan jalan keluarnya.
Tapi ada manusia yang ingin sukses mendatangi dukun. Syaratnya membawa kembang boreh, kemenyan, sesajen, japa mantra, dan duit. Itulah cara dukun mendatangkan jin, setan, dan iblis. Didatangkan untuk membantu urusan manusia juga.
Penjaga Alam
Malaikat adalah makhluk pelayan Allah yang setia. Tidak membantah, tidak bernafsu. Hobinya bertasbih memuji Allah dan menyucikan namanya (al-Baqarah: 30).
Kata malaikat berbentuk jamak. Artinya banyak malaikat. Kata mufradnya mala’ maknanya penjaga.
Ada tafsir yang menerangkan seluruh alam semesta, kehidupan, dan tiap urusan di dunia dan akhirat dijaga oleh mala’. Angin bergerak yang mengatur adalah mala’. Gunung meletus yang berperan adalah mala’.
Makhluk lahir, mati, dan rezeki di sisinya ada mala’ yang menjaga supaya sesuai hukum Allah. Ketakutan, keberanian, dan cinta digerakkan oleh mala’. Jadi semua kekuatan alam semesta yang bergerak dan berkembang bahkan dalam benda sekecil atom, di situ ada peran mala’.
Orang-orang Rumawi dan Hindu sadar kekuatan alam itu ada penjaganya. Kemudian dua bangsa ini mempersonofikasi kekuatan alam itu sebagai makhluk perkasa di atas kekuatan manusia yang disebut dewa.
Maka mereka pun memberi nama-nama makhluk personofikasi kekuatan alam itu sesuai dengan fungsinya. Ada Dewa Angin, Dewa api, Dewa Laut, Dewi Padi, Dewa Gunung, Dewa Amor, Dewi Fortuna, dan nama dewa lainnya.
Dewa-dewa ini mereka sembah, dipuja-puji, diberi sesaji karena dianggap berpengaruh dengan kehidupan manusia. Padahal mereka sebenarnya adalah malaikat. Dua bangsa ini menganggap tidak begitu penting Tuhan yang sebenarnya sebab tidak langsung bersentuhan dengan kehidupan mereka.
Begitulah paham ini kemudian tersebar ke penjuru dunia menjadi agama. Islam menjelaskan, semua urusan alam semesta itu dipegang malaikat. Dan malaikat bukanlah Tuhan yang disembah. Allah, Tuhan yang sebenarnya yang menciptakan dan mengatur semua itu.
Ruh yang disebut dalam surat al-Qadar adalah jibril. Dia mendatangi manusia untuk memberikan wahyu, ilham, inspirasi, ide, gagasan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi manusia.
Mendekati Dimensi Malaikat
Manusia yang didatangi malaikat dan ruh adalah manusia yang dimensinya sudah sefrekuensi dengan gelombang malaikat. Itu bisa dicapai oleh orang yang benar-benar melaksanakan puasa dan qiyamul lail.
Disambung dengan iktikaf, berdiam, konsentrasi, sebagai upaya untuk menciptakan keheningan, memperbesar kapasitas ruhaniah. Menemukan frekuensi yang sama dengan malaikat.
Inilah puasa berkualitas. Puasa yang nuansa ruhaninya mampu mencapai frekuensi malaikat. Hanya orang-orang yang berpuasa seperti ini yang bisa menembus lailatul qadar. Didatangi malaikat untuk dibantu segala urusan kehidupannya. Mendapatkan keselamatan, kedamaian, selama malam hingga fajar.
Jadi setelah bulan Ramadhan ini berakhir, saatnya mengukur diri ketika memasuki Syawal. Jika kehidupan Anda terus berkembang menjadi lebih baik, rezeki bertambah, prestasi meningkat, hidup rumah tangga makin tentram, akal makin cerdas menemukan solusi, muncul ide-ide brilian, konflik dan sengketa terselesaikan, serasa mendapat energi baru,ketahuilah itu tandanya Anda mendapatkan lailatul qadar.
Manusia yang menembus lailatul qadar rasanya seperti dilahirkan kembali. Menjadi manusia baru penuh pencerahan. Menjadi manusia fitrah yang dilahirkan memasuki dunia Idul Fitri. Disambut dengan suka cita lewat kumandang takbir, tahlil, dan tahmid mulai malam hingga pagi.
Sebaliknya jika kehidupan Anda sesudah Ramadhan datar-datar saja, sama seperti biasanya atau bahkan menurun, sadarilah bahwa kualitas puasa Anda juga biasa-biasa saja sehingga lailatul qadar tidak menghampiri Anda.
Lebih buruk lagi bila Anda hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Pahala pun tidak karena puasa Anda sekadar basa-basi.
Taqabalallahu minna wa minkum. Taqabal Ya Kariim. (*)