PWMU.CO– Masa pandemi Covid-19, santri Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta menjalani tugas dakwah Mubalighah Hijrah di lingkungan rumahnya.
Seperti dikerjakan Asya Hujjah El Imani Mahmudatan. Dia mengajar di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Masjid TPI Nurul Huda Jalan Mayjen Panjaitan 15/5 Kota Malang, Jumat (7/5/2021).
Di kesempatan lain dia ikut pengajian Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Klojen Kota Malang sebagai pembaca al-Quran.
Santriwati Muallimaat itu menjadi salah satu idola anak-anak mengaji di TPQ TPI Nurul Huda. Suaranya yang merdu saat melantunkan ayat suci al-Quran dan sikap tegasnya saat mengajar menjadi daya tarik gadis itu. Tidak jarang semua murid diajak tertawa bahagia karena cerita-cerita yang dia sampaikan.
”Adik-adik perhatikan ya, jangan terlalu banyak memegang gadget, saya mohon perbanyak membaca cerita-cerita nabi, itu akan jauh lebih bermanfaat daripada bermain game,” katanya.
Di setiap mengajar dia tidak lupa berpesan agar senantiasa membantu orangtua dan bersikap sopan santun kepada siapa saja terutama pada yang lebih tua. ”Ingat ya di manapun, kepada siapapun terutama pada yang lebih tua, adik-adik harus bisa bersikap sopan-santun. Sopan-santun itu salah satu kunci untuk meraih kesuksesan,” tandasnya.
Sudah satu tahun lebih santriwati Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta itu mengajar TPQ. Di masa pandemi Covid-19, semua kegiatan madrasah dan asrama dilaksanakan secara daring di rumah.
Meski kegiatan belajar online padat, selama berada di kampung halaman siswi kelas IV E Tahfidh itu mampu berbagi waktu untuk pengabdian masyarakat.
Bantu Aisyiyah
Setiap hari dia menyisihkan waktu membantu menyukseskan agenda-agenda Aisyiyah mulai dari kegiatan ranting, cabang hingga daerah. Dia juga rutin membantu mengajar mengaji di masjid dekat rumahnya serta sesekali terlibat kegiatan kampung.
Kegiatan Asya semakin padat saat memasuki bulan Ramadhan hingga kini menjelang akhir. Pasalnya, dia telah melaksanakan tugas madrasah yang merupakan program rutin tahunan yaitu Muballighah Hijrah.
Menurut Asya, biasanya saat Muballighah Hijrah dikirim ke daerah-daerah bahkan ke luar negeri. ”Karena masih masa pandemi maka dilakukan secara mandiri, bahkan bisa hanya dalam keluarga,” tuturnya.
Dia melanjutkan, para peserta Muballighah Hijrah bisa melakukan pembinaan dalam keluarga, mengajar ngaji, boleh kultum di tengah keluarga sendiri atau juga bisa melibatkan yang lain dengan memanfaatkan Zoom.
”Ini salah satu cara madrasah untuk mempersiapkan calon-calon kader persyarikatan yang unggul dan tangguh,” ujarnya.
”Muballighah Hijrah ini momentum bagi kami untuk mengasah keilmuan, keahlian, dan kesiapan kami. Sebagai anak panah kami harus siap dilesatkan oleh busurnya kemana pun,” tandasnya. (*)
Penulis Uzlifah Editor Sugeng Purwanto