Kebermanfaatan Aset atau Beban Persyarikatan oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Kita sering menebar kebanggaan dengan banyak dan besarnya jumlah amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang kita miliki. Walau seringkali tanpa referensi yang memadai, tanpa bukti nyata yang terjadi. Semisal, dibuktikan dengan besarnya pembayaran pajak atau besarnya pembayaran zakat.
Besarnya bukti kepemilikan itu betul-betul merupakan aset yang melahirkan kebermanfaatan demi kebermanfaatan. Atau mungkin sebaliknya menjadi sekumpulan besar kepemilikan yang melahirkan beban persyarikatan.
Tentu semua harus jelas terukur seiring dengan perjalanan waktu seberapa peningkatan kebermanfaatan aset yang dihasilkan, sesuai dengan besarnya kepemilikan.
Bukankah kita sering mengatakan bahwa rugi jika hari ini sama dengan kemarin, dan bangkrut jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin.
Pertanyaannya tentu bagaimana kita bisa mengukur dan mengevaluasi apakah hari ini lebih baik atau lebih buruk dari kemarin kalau kemudian datanya sangat minim atau mungkin malah tidak ada. Ditambah yang ada nggak sempat terbaca. Artinya tak sempat dievaluasi.
Contoh, sebagai bandingan sekaligus sebagai pembelajaran bagaimana orang-orang mencapai puncak kejayaannya mengelola dunianya dengan kita yang mengelola urusan (amanah) Lazismu.
Masih Potensi
Menko PMK Prof Dr Muhadjir Effendy beberapa pekan yang lalu merilis bahwa potensi zakat kita Rp317 triliun. Angka ini berbeda dari yang selama ini sudah beredar sebesar Rp276 triliun.
Angka itu ternyata setara dengan jumlah kekayaan orang terkaya di Indonesia. Jumlah yang ada di orang terkaya tentu riil, nyata, sedang untuk zakat masih berupa potensi.
Bagaimana agar angka yang setara itu sama-sama muncul dalam bentuk riilnya? Maka marilah kita bandingkan:
1. Bagaimana kekuatan tim mereka dan yang kita miliki.
2. Seberapa canggih dan kuat sistem manajemen mereka dan yang kita pakai dan kembangkan.
3. Seberapa kuat dan besar jaringan mereka dan yang kita bangun, serta miliki.
4. Seberapa disiplin kinerja mereka serta seberapa komitmen terhadap upaya pencapaian target mereka dan yang kita canangkan.
5. Seberapa fokus dan serius mereka dibandingkan kita mengelola amanah yang disandang. Apa kerja samben, sembilan, sekaligus paro waktu saja.
Contoh Orang Sukses
Padahal doa-doa kita agar hasanah dunia akhirat, tetapi mereka tampak bisa sangat serius mengurus urusan dunianya dengan bukti hasil nyata yang ada dan mereka miliki.
Jangan-jangan doa yang terucap dari lisan kita malah mendatangkan kemurkaan Allah swt karena senyatanya kita tidak terlalu serius dan berkomitmen terhadap urusan dunia kita sekaligus tentu juga akhirat. Atau barangkali malah nggak diurus, malah ditinggalkan.
Ada baiknya kita semua berkaca kepada orang-orang yang serius dan fokus terhadap urusannya yang melahirkan kebermanfaatan aset demi kebermanfaatan yang besar. Contohlah Nurhayati Subakat pemilik Wardah Kosmetik, Chairul Tanjung pemilik CT Corp. Atau dengan kelas agak berbeda contohlah Dodok Sartono, pemilik Ayam Geprek Sako dan lainnya.
Orang-orang yang berkomitmen dengan lisannya, dengan doa-doanya untuk hasanah dunia akhirat. Doa-doa kita pasti diijabah olehNya, saat ada bukti bahwa kita memang sudah sangat pantas menerima karuniaNya atas seluruh doa dan permohonan kita semua. Mungkin malah jauh lebih dari yang kita minta.
Tetap semangat berbagi dan tebar manfaat. Bismillah. Allahu akbar.
Editor Sugeng Purwanto