PWMU.CO– Kehidupan Nabi saw saat Hari Raya Idul Fitri dikisahkan dalam kitab Sahih Bukhari. Diceritakan riwayat dari Anas bin Malik ra, katanya: Biasanya Rasulullah saw sebelum pergi shalat Idul Fitri lebih dulu makan kurma beberapa butir.
Riwayat dari Ummu Ahtiyah ra menceritakan, kami diperintahkan pergi shalat Id, bahkan anak-anak gadis keluar dari pingitannya. Begitu juga wanita-wanita yang sedang haid. Tapi mereka ini hanya berdiri di belakang orang banyak, turut takbir dan berdoa bersama-sama. Mereka mengharapkan beroleh berkat dan kesucian pada hari itu.
Wanita-wanita yang tak mempunyai baju dalam yang bagus, Nabi menyerukan hendaknya ada yang meminjamkan bajunya dan hadirilah hari-hari baik dan panggilan orang-orang beriman.
Kisah Nabi riwayat dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Muhammad saw shalat Idul Fitri dua rakaat. Nabi tidak shalat sebelum atau sesudahnya. Kemudian dia pergi ke tempat para wanita bersama Bilal menyuruh bersedekah. Maka mereka bersedekah. Ada yang menyedekahkan antingnya, ada juga kalungnya.
Riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri ra katanya: Rasulullah saw pergi ke tempat shalat pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Mula-mula Nabi shalat Id. Sesudah shalat menghadap kepada orang banyak dan mereka masih duduk dalam shafnya.
Nabi berkhotbah memberikan pengajaran dan pimpinan serta memberikan perintah-perintah. Jika Nabi hendak mengirim pasukan tentara, maka dibentuknyalah ketika itu. Kalau Nabi hendak memberikan perintah, diperintakannyalah ketika itu. Sesudah itu barulah pergi.
Kehidupan Nabi saat Idul Fitri dikisahkan oleh riwayat dari Aisyah ra, katanya: Rasulullah datang kepadaku. Ketika itu di dekatku ada dua anak perempuan Madinah sedang menyanyikan lagu perang Bu’ats.
Rasulullah saw berbaring di atas tikar dan memalingkan mukanya ke tempat lain. Lalu datang Abu Bakar memarahi Aisyah dan berkata,”Seruling setan dekat Nabi saw.”
Nabi Muhammad saw melihat kepada Abu Bakar dan berkata,”Hai Abu Bakar, masing-masing kaum ada Hari Raya. Dan hari ini Hari raya kita. Biarkan mereka.”
Tapi setelah Nabi lengah, Aisyah mencolek kedua anak itu lantas keduanya pergi. Hari itu adalah Hari Raya. Ada orang Sudan bermain pedang dan perisai. Entah aku yang meminta atau barangkali Nabi sendiri yang mengatakan. ”Apakah kamu ingin melihat?,” tanya Nabi kepadaku.
Jawabku,”Ya.”
Aku disuruhnya berdiri di belakangnya. Pipiku dekat dengan pipi Nabi. Kemudian Nabi berkata,”Lagi… lagi …Bani Arfidah.”
Akhirnya aku bosan melihat. ”Sudah cukup?” tanya Nabi.
”Cukup,” jawabku.
”Nah, pergilah!” katanya. *)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto