PWMU.CO – Pengajar BIPA UMM dinobatkan menjadi Duta Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Sri Ayu Rahmadhani, pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dua tahun belakangan ini aktif mengenalkan bahasa Indonesia ke penduduk Filipina dan Vietnam melalui program Duta Bahasa Negara.
Rini, sapaan akrabnya, bercerita telah menyukai pelajaran bahasa sejak sekolah menengah atas (SMA). Namun, tambahnya, impian untuk belajar bahasa secara formal kandas karena tidak disetujui orangtua.
“Meskipun tidak bisa mengambil peminatan bahasa ketika SMA dan kuliah, saya tetap belajar bahasa asing melalui lembaga nonformal dan kegiatan internasional di UMM,” ujarnya, Selasa (18/5/21).
Alami Tiga Kali Penolakan
Rini mengaku meskipun tidak bisa menempuh pendidikan formal untuk belajar berbagai bahasa, namun pendidikan nonformal seperti Kursus Bahasa Asing (KBA), belajar di Mandarin Corner UMM, pelatihan dari badan bahasa Jakarta, dan juga belajar dari mahasiswa Vietnam di UMM tetap dilakukan.
“Semuanya sangat membantu saya memahami berbagai bahasa,” ungkapnya.
Dia memaparkan keaktifan mengikuti kegiatan ini menjadi pendorong untuk mengikuti program Duta Bahasa Negara.
“Setelah tiga kali mengalami penolakan, pada tahun 2019 saya terpilih sebagai Duta Bahasa Negara di Filipina,” jelasnya pengajar asal Makassar itu.
Kisah Menarik Mengajar di Filipina
Rini menceritakan kisah menarik yang dialami selama mengajar bahasa Indonesia di Filipina, tepatnya saat banyak gempa mengguncang negera tersebut.
“Setiap hari selalu ada gempa dengan skala sangat besar. Selain itu sangat berbahaya bagi orang Muslim untuk berkeliaran tanpa pengawalan karena bisa saja dikira teroris. Selain dua hal tersebut, saya sangat senang mengajar bahasa Indonesia ke masyarakat Filipina karena mereka sangat antusias,” ujarnya.
Jadi Duta Bahasa di Vietnam
Setelah setahun di Filipina, Rini kembali menjadi Duta Bahasa Negara, namun di Vietnam, tepatnya pada akhir April 2021 lalu. Saat pandemi, dia pun aktif mengajar secara daring.
“Sangat kesulitan untuk menyampaikan materi. Hal itu terjadi karena banyak masyarakat Vietnam tidak bisa berbahasa Inggris, sementara kemampuan bahasa Vietnam saya masih dasar,” katanya.
Untuk menyikapi permasalahan tersebut, lanjutnya, dalam menjelaskan arti dari sebuah kata menggunakan gambar-gambar. Memahami kekurangan yang dialami, Rini pun mengasah kemampuan bahasa Vietnam dengan belajar pada teman-teman dari Vietnam yang ada di UMM.
“Kadang saya juga minta bantuan teman untuk menerjemahkan materi ke bahasa Vietnam,” jelasnya.
Rini berharap dengan adanya program Duta Bahasa Negara ini dapat mengenalkan kebudayaan Indonesia ke luar negeri. “Saya juga ingin agar bahasa Indonesia semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat luar negeri,” tandasnya. (*)
Penulis Hassanal Wildan. Editor Ichwan Arif.