PWMU.CO – Kisah perempuan lulus ‘TWK’ disampaikan Dr Saad Ibrahim MA dalam Halalbihalal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Sabtu (22/5/21).
Dalam kegiatan bertajuk “Silaturahim Sejati untuk Menyelesaikan Masalah Negeri”, Ketua PWM Jatim tersebut membuka dengan hadits riwayat Muslim. “Dari Jabir, Nabi menyampaikan kepada para sahabatnya. Bahwa malaikat Jibril menceritakan pada beliau mengenai seseorang yang selama 500 tahun hidupnya, digunakan semata-semata beribadah kepada Allah,” ujarnya.
Singkat cerita, kata dia, ketika kemudian mau dimasukkan ke surga, maka Allah menyampaikan, ‘Kumasukkan engkau ke surgaku karena rasa kasihan-Ku, karena rahmat-Ku’. Hamba Allah ini kemudian menyampaikan karena ibadahku.
“Maksudnya ialah bukan atas dasar kasihan Allah. Bukan atas dasar rahmat Allah, tapi atas dasar ibadah yang selama 500 tahun itu. Maka, oleh Allah kemudian disampaikan, coba kita timbang ibadahmu yang 500 tahun itu dengan sebagian kecil nikmat yang kuberikan kepadamu,” imbuh Saad.
Maka, lanjut dia, ditimbanglah salah satu nikmat Allah, yaitu diberikan mata yang kemudian bisa melihat. “Nah ternyata kemudian, timbangan Allah mengenai mata yang bisa melihat itu lebih berat kemudian daripada ibadahnya yang 500 tahun. Akhirnya oleh Allah disampaikan sekarang bawa hambaku ini ke neraka,” terang dia.
Sebelum sampai, hamba itu akhirnya menyatakan, ‘baik ya Allah, masukkan aku ke dalam surga-Mu karena belas kasihan-Mu. “Singkat cerita, akhirnya dimasukkan oleh Allah ke surga-Nya,” jelasnya.
Kisah Perempuan Lulus ‘TWK’
Saad lalu menjelaskan hadits kedua, yang juga diriwayatkan Imam Muslim. Ada seorang perempuan yang dalam hidupnya dia adalah seorang pezina. Suatu hari pezina ini kemudian melintasi sebuah kawasan lalu kehausan amat sangat. “Mencari air ke sana kemari tidak ada. Akhirnya kemudian dia akhirnya menemukan air, tapi harus turun ke bawah,” ungkapnya.
Maka ia berusaha turun ke bawah dan meminum air itu sepuas-puasnya. Ketika kemudian ke atas, maka dia menemukan seekor anjing yang kelihatan sangat, sangat, dan sangat haus. “Lalu perempuan itu merasa iba. Ya, perempuan ini lulus ‘TWK’, tes wawasan ke-hayawan-an,” jelasnya sembari disambut gerr para hadirin.
Akhirnya, sambung dia, perempuan itu turun mengambil air menggunakan tangannya dan diberikan pada anjing itu. Rupanya masih belum hilang rasa haus anjing itu. Dia turun lagi. “Dan kelihatannya dia harus berkali-kali turun. Dan karena hal seperti itulah Allah kemudian memberikan ampunan pada perempuan itu,” kata Saad.
Shalatnya Menitan, Khusyuknya Detikan
Nah dalam konteks Muhammadiyah, lanjutnya, rasanya kita harus menyimpulkan bahwa ibadah kita itu sangat sedikit. Bahkan yang sedikit itu pun rasanya sedikit lagi kalau kita renungkan dan renungkan. “Tadi saya shalat sama Pak Syamsuddin dan Prof Zainuddin, mungkin lima menitan, tapi hampir pasti khusyuknya itu detikan,” ungkap dia.
Jadi kalau kita mengharapkan seperti itu, maka rasanya sekali lagi, tiket untuk ke surga itu hampir-hampir tidak ada. “Yang ibadah 500 tahun pun tidak bisa menjadi tiket ke surga. Tapi justru perempuan yang saya ceritakan tadi, dengan memiliki rasa iba, kasihan, dan itu pada hayawan bahkan, maka Allah mengampuninya,” papar pengajar UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang tersebut.
Maka, moga-moga sekalipun kita yang Muhammadiyah itu sedikit dan sangat sedikit ibadahnya, moga-moga melalui amal-amal usaha Muhammadiyah itu kita semuanya kemudian mendapatkan ampunan Allah.
“Cukup? Tidak. Masih ada bagian yang jauh lebih sulit, kalau relasi kita kepada Allah melalui istighfar dan lain sebagainya relatif kita dijanjikkan diampuni. Tapi masalahnya adalah pada sesama manusia. Habluminannas itu jauh lebih komplek, lebih sulit daripada habluminallah,” jelas Saad.
Maka melalui halal bihalal inilah kita membersihkan relasi-relasi kita itu, yang di sana-sini penuh dengan kesalahan dan kekeliruan satu sama lain. Maka melalui halal bi halal, atas nama PWM Jatim saya sekali lagi menyampaikan taqabbalallahu minna waminkum minal aidin. Kullu ‘am wa antum bi khair, mohon maaf lahir batin. “Moga-moga dengan cara ini, kami dibebaskan oleh Allah hisab kami, kaitannya dengan habluminannas,” pungkasnya. (*)
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.