PWMU.CO – Dor-dor-dor, Beda Jakarta dengan Palestina. Itu gambaran puisi berjudul Palestina, yang menjadi salah satu dari tiga judul puisi yang disumbangkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd.
Puisi tersebut ia bacakan pada acara Halalbihalal dan Silaturrahmi Idul Fitri 1442 Keluarga Besar Muhammadiyah yang berlangsung secara virtual, Ahad (24/05/2021)
Tiga Puisi tersebut ia beri judul Palestina, Doa dan Negeri Godal-gadul yang merupakan karyanya sendiri.
Mu’ti mengaku sudah lama tidak berpuisi, namun kali ini ia diminta Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto dan Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrohman untuk membacakan puisi.
Palestina
Di Jakarta, anak-anak bermain di halaman, tembak-tembakan
Dorrr.. dorr… dorrr…
Tarrrr… tarrrr… tarrrr… tarrr… tarrrr… tarrr…
Aaaaaaahghhhh……
Anak anak, sudah dulu mainnya
Cuci tangan, ibu sudah siapkan makan siang
Ibu masak nasi padang, rendang dan pisang
Sudah makan, jangan lupa bobo siang
Mereka anak-anak negeri,
disayang bunda masa depan bangsa
Di Palestina, anak anak berlarian di jalanan
Tarrrr… tarrrr… tarrrr… Tarrr… dorrrr…. bumm…
Peluru berdesing, bom menggelegar
Anak-anak menggelepar, bersimbah darah
Mereka tak punya negeri, tak punya masa depan
“Ini puisi tentang Palestina yang saya modifikasi dari puisi karya Abe Mu’ti yang pernah dimuat di antologi ladang sastra,” terang Abdul Mu’ti.
Doa
Tuhanku…
Di depan-Mu aku tak bisa berkata apa-apa
Aku penuh dosa, Engkau Maha Tahu
Tak ada yang rahasia bagi-Mu
Engkau ‘Aalimu Sirri wa Ahfa
Yang tersembunyi di lubuk hati, yang jelaga kasat mata
Tuhanku….
Kepada-Mu aku tak meminta apa apa
Engkau Maha Tahu yang ku mau, yang pantas bagiku
Aku malu mengiba-iba, meminta-minta
Merengek, mewek minta tetek bengek
Aku tahu Engkau Maha Cinta
Mengabulkan doa para peminta
Aku tahu tak tahu diri
Terlalu banyak yang Engkau beri
Terlalu banyak nikmat yang kuingkari
Aku malu meminta, mengiba, pada-Mu
Tapi jika pintu- terbuka untukku
Walau ragu-ragu,
Aku minta hanya satu
Ridha-Mu… (*)
Penulis Nely Izzatul Co-Editor Mohammad Nurfatoni