PWMU.CO – Dome of The Rock atau Masjid Kubah Batu yang ada di kompleks Baitul Maqdis Palestina berhasil ‘berpindah’ alias hijrah ke Banyutengah, Panceng, Gresik.
Kubah Dome of The Rock (Kubah Shakhrah) yang berwarna kuning keemasan itu kini bisa dijumpai juga di Masjid al-Hijrah yang dibangun Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Banyutengah, dan baru selesai dipasang, Rabu (26/5/2021).
Kubah berwarna kuning emas yang menjulang tinggi di wilayah Kecamatan Panceng itu kelihatan mencolok, meski bangunan utama penyangganya belum selesai di-finishing.
Filosofi Kubah Emas
Ketua Takmir Masjid Al-Hijrah Syuhadak MPdI, mengatakan, sebuah kebanggaan bagi PRM Banyutengah yang berada dalam naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Panceng miliki amal usaha berupa masjid yang mirip dengan bangunan legendaris, Dome of The Rock di Baitul Maqdis, kompleks Masjid al-Aqsha, Palestina.
Oleh kebanyakan orang, Dome of The Rock berkubah warna emas itu sering dikira Masjid Kubah Biru atau Masjid al-Aqsha (Al-Aqsha Mosque)
“Dipilihnya kubah emas, bukan serta merta terjadi begitu saja. Akan tetapi melalui berdebatan serta pembahasan yang cukup alot,” ujarnya pada PWMU.CO, Kamis (27/5/2021).
Menurutnya, tidak semua anggota panitia sama pemikiran serta keinginannya. Namun dengan argumentasi yang kuat warna kuning emas menjadi pilihan.
Hal itu didukung oleh Sekretaris Takmr Masjid al-Hijrah Anshori SThI. Menurutnya, warna emas adalah simbol kemewahan, kemegahan, dan keabadian.
“Kalau pilihan kita jatuh pada warna kuning emas, maka setiap orang yang melihat dan memandang masjid al-Hijrah tidak akan bosan dan dengan refleks akan terucap ‘wah..!’ karena terpesona dan kagum akan keindahan bentuk serta warna kubahnya,” ungkapnya.
Dia menjelasakan, bila merujuk pada gambar perencanaan awal, kubah Masjid al-Hijrah bukan berwarna kuning emas. “Namun melihat perkembangan serta beberapa model masjid terbaru di sekitar kawasan serta mengacu makna filosofis warna emas, maka putusan rapat menyepakati kubah dibuat mirip dengan kubah Dome of The Rock.
Masjid Senilai Rp 5,35 Miliar
Anshori mengungkapkan, saat ini proses pembangunan Masjid al-Hijrah mencapai 70 persen. Total nilai kontrak kontrak pembangunan adalah Rp 5,35 miliar. Sedang panitia pembangunan sendiri, baru membayar sekitar Rp 2,5 miliar, baik tunai maupun berupa material.
“Tentunya masih banyak dana yang masih harus dihimpun guna melunasi total biaya pembangunan masjid. Sehingga warga Banyutengah bisa menikmati Masjid al-Hijrah secara utuh,” terangnya.
Oleh karenanya, sambung dia, panitia pembangunan tidak ada kata berhenti dan putus asa untuk terus berikhtiar menggali dan menggalang dana agar pembayaran lunas dan pembangunan masjid segera selesai seluruhnya.
“Segala upaya dan usaha dilakukan oleh panitia pembangunan guna mengumpulkan dana. Mulai seruan berinfak yang terus digaungkan di masjid secara rutin dan berkala pada jamaah,” terangnya
Penggalangan dana terus dilakukan.Bbaik pada jamaah masjid, para alumni Perguruan Muhammadiyah Banyutengah, perusahaan swasta dan pemerintah, dan para aghniya diberbagai penjuru dalam maupun luar negeri.
Masjid yang berada dalam satu komplek Perguruan Muhammadiyah Banyutengah ini berukuran 26 x 26 m2. Berdiri di atas bekas Masjid al-Hijrah lama yang dibongkar dan diratakan dengan tanah.
“Setelah jadi nanti akan terbangun masjid baru dengan nama yang sama, namun bentuk dan ukurannya beda, lebih bagus dan besar tentunya,” ujar Anshori.
Di amenambahkan, pembagunan masjid baru ini merupakan tuntutan warga juga perkembangan zaman. Jumlah jamaah ranting Banyutengah yang semakin banyak, sehingga masjid lama tidak mampu menampung alias tidak muat.
“Juga bentuk serta model masjid lama sudah ketinggalan zaman, sehingga perlu dibangun kembali masjid yang lebih artistik, sebagimana perkembangan zaman,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni