Menguji Praktik Hidup Berpancasila, oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi.
PWMU.CO – Ketika 1 Juni dijadikan Hari Lahir Pancasila, apakah Pancasila semakin diwujudkan dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara? Jawaban atas pertanyaan ini penting agar semua pihak membumikan Pancasila secara nyata dan tidak berhenti pada teori dan seremonial semata.
Para elite dan warga bangsa dituntut benar-benar mempraktikkan Pancasila sebagai dasar ideologis dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya segenap elite dan warganegara Indonesia semakin Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikemanusiaan yang adil dan beradab, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi.
Kata “ber” menunjukkan kata kerja, artinya Pancasila dijadikan praktik nyata dalam berbangsa dan bernegara.
Checl List Pancasila
Kalau kehidupan kebangsaan jauh dari ketuhanan sebagaimana menjadi praktik hidup beragama di tubuh bangsa ini, apalagi sampai alergi agama dan antiketuhanan.
Bila masih terdapat kekerasan, penindasan, serta kondisi ketidakmanusiawian, ketidakadilan, dan tidak berkeadaban.
Jika kehidupan bersama dalam kebangsaan centang perenang, kehidupan antar-elite dan warga terpecah belah, juga antardaerah dan suku bangsa.
Jika kehidupan politik dan demokrasi menjadi makin liberal dan tidak menjunjung tinggi permusyawaratan dan perwakilan.
Bila kesejangan sosial-ekonomi kian lebar dan tajam, korupsi merajalela, sementara segelintir pihak kecil menguasai ekonomi dan kekayaan Indonesia.
Maka terkandung makna Pancasila masih belum dijalankan atau dipraktikkan secara nyata dan konsisten.
Karenanya semua pihak, lebih-lebih para elite negara dan politik, mesti merenungkan dan melakukan check-list yang akurat apakah sudah mempraktikkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih-lebih apakah sudah menjadi suri teladan dalam mempraktikkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang sejalan antara kata dan perbuatan.
Bagaimana hadir menjadi elite yang berketuhanan dan hidup relijius, bermoral luhur, jujur, terpercaya, adil, menjadi pemersatu, demokratis, bijaksana, menjunjung tinggi musyawarah, peduli dan berbagi lebih-lebih kepada rakyat kecil, dan nilai-nilai utama lainnya sebagai perwujudan Pancasila di dunia nyata.
Seraya tidak hidup sekuler, zalim, khianat, korupsi, oligarki, ajimumpung, dan melakukan hal-hal buruk lainnya yang bertentangan dengan Pancasila.
Dengan demikian Pancasila betul-betul membumi di kehidupan nyata dalam berbangsa dan bernegara, bukan menjadi jargon dan retorika! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni