PWMU.CO– Pantun Wali Kota Gus Ipul untuk Muhammadiyah terlontar saat acara peresmian Aula Khadijah komplek SD Al-Kautsar, Kota Pasuruan, Ahad (6/6/21).
”Kalau tadi Pak Ketua (Ketua PDM, maksudnya) sambutannya diawali dengan pantun, saya juga mengawali dengan pantun pula. Dan itu saya temukan di atas panggung ini pula,” ujar Gus Ipul alias Saifullah Yusuf.
Jalan-jalan bersama ayah,
setelah itu duduk di atas batu
Kepada warga Muhammadiyah,
I love you
Hadiri keluarga besar Muhammadiyah langsung menyambut pantun itu dengan tepuk tangan meriah. Setelah melontarkan pantun, mantan wakil gubernur Jatim 2008-2018 ini lalu bercerita pengalamannya bertemu dengan warga Muhammadiyah.
”Merupakan perjalanan yang panjang ketika dia bekerja sama, berkolaborasi, mlaku bareng dengan teman-teman Muhammadiyah. Terutama saat menjabat ketua GP Ansor selama dua periode. Pernah umrah bersama dengan Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah,” katanya.
Kolaborasi dan kerja sama ini terus berlanjut ketika Gus Ipul menjabat sebagai wakil gubernur Jatim dan saat ini ketika dirinya menjabat sebagai wali kota Pasuruan.
Gus Ipul mengapresiasi Muhammadiyah yang telah banyak berkontribusi di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Terutama peran dan sikap warga Muhammadiyah memberikan layanan pendidikan, kesehatan, dan dakwah-dakwah lainnya. Salah satunya keberadaan Al-Kautsar di Kota Pasuruan.
”Saya berharap besar lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah menghasilkan generasi pemenang. Tentu panjenengan semua yang bergerak di dunia pendidikan dan kesehatan, sebenarnya sedang mempersiapkan generasi masa depan yang kuat. Setidak-tidaknya, atau bahkan yang utama, yaitu kuat di mata Allah,” jelas Gus Ipul.
Generasi Pemenang
Mengutip Ali Imran ayat 190 dan 191, Gus Ipul menjelaskan, visi dan misi lembaga pendidikan Islam. Yaitu melahirkan anak-anak yang selalu ingat Allah, setelah itu menggunakan pikirannya. ”Bukan menggunakan pikirannya dulu baru mengingat Allah. Tapi ingat Allah dulu baru menggunakan pikirannya,” ujarnya.
Setelah berdiskusi dengan berbagai pakar, menurut Gus Ipul, visi lembaga pendidikan Islam adalah melahirkan generasi yang memiliki spiritual happiness. Itu sebenarnya poin istimewa lembaga-lembaga pendidikan di dunia Islam yaitu memperkuat kedekatan anak-anak kita dengan Allah.
Mantan menteri pembangunan daerah tertinggal periode 2004 -2007 menyampaikan materi mempersiapkan generasi pemenang. Dia mengutip slide sambutan Prof Imam Santoso, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada wisuda santri Al-Hikmah, Batu.
Dekat Allah
Pertama, memiliki kedekatan dengan Allah. Ini kata kuncinya. Orang yang dekat dengan Allah, di manapun dia siap hidup. ”Gak duwe duit, yo sodaqah. Kenapa orang Muhammadiyah kok berani menggadaikan sertifikatnya untuk membantu perjuangan dakwah Muhammadiyah. Karena yang mereka pikirkan ini adalah perintah Allah,” ungkap Gus Ipul.
Dia melanjutkan, yang menggerakkan mereka untuk bersedekah karena keyakinan dan keimanan. Karena Allah akan menolong orang yang menolong sesama. Ini istimewa dan menjadi syarat pertama untuk menjadi pemenang di masa yang akan datang.
Contoh kasus di Amerika. Amerika adalah negara besar dan maju, tapi tingkat bunuh dirinya sangat tinggi, setelah Jepang. ”Karena sebagian generasinya frustrasi dan gampang putus asa. Yang bunuh diri bukan orang miskin, tapi orang populer, artis dan pengusaha. Mengapa mereka gampang bunuh diri? Karena tidak merasa dekat dengan Allah,” ujarnya.
Menurut Gus Ipul, orang tua zaman dulu dan guru-guru, pertama kali yang ditanamkan dan diperkuat bagi anak didiknya adalah kedekatan dengan Allah. Sehingga ketika seseorang menghadapi situasi sulit, dan sulit diatasi, yang menjadi sandarannya adalah Allah. Itulah spiritual happiness.
”Orang seperti ini, di tempat terang siap, di tempat gelap siap. Di kota siap dan di desa siap, di mana saja siap. Dan ini yang didik oleh Muhammadiyah,” lanjut Gus Ipul.
Intelectual Happiness
Kedua, intelectual happiness. Menurutnya, pada dasarnya kegiatan akademik adalah untuk melahirkan generasi yang memilik skills atau keterampilan. Yaitu bisa menggunakan otaknya dan setelah itu terampil.
Dia mencontohkan, anak yang sekolah politik, kalau tidak terampil maka akan dibaca-baca sendiri saja. Tapi kalau dia terampil, dan nilai akademisi bagus, maka dia bisa jadi dosen, politisi, atau diplomat. Tapi kalau tidak terampil, ilmunya hanya untuk dirinya sendiri. Akhirnya mandeg ilmunya.
Gus Ipul juga mengapresiasi Muhammadiyah yang memiliki SMK dan punya banyak contoh pendidikan hari-hari ini yang dikelola untuk menghasilkan anak-anak yang mampu menggunakan pikirannya dengan baik, sekaligus dia punya keterampilan.
”Wis kudu terampillah. Kalau jadi guru, guru yang terampil. Jadi pengacara, pengacara yang terampil, jadi politisi, politisi yang terampil, kalau gak terampil, yo gak kepilih-pilih. Nyalon thok ae penggaweane,” ungkap Gus Ipul disambut tawa hadirin.
Kecerdasan Sosial
Ketiga adalah kecerdasan sosial. Tidak hidup untuk dirinya sendiri, tapi untuk orang lain. Lebih-lebih sekarang ini ada smartphone ditambah pada masa pandemi ini sekolah diadakan daring. Ini suatu persoalan yang cukup serius.
”Sebab pendidikan akhlak tidak bisa dilaksanakan melalui daring. Siswa bertemu guru kemudian bersalaman, bertemu temu teman, saling apresiasi dan menghormati yang itu tidak ditemukan melalui daring,” tuturnya.
Pendidikan kita, sambung dia, harus mampu membawa anak-anak berinteraksi secara baik dengan sesama. Dia mengutip pernyataan Abdul Kadir Baradja, Pembina YLPI Al-Hikmah, bahwa pendidikan akhlak meliputi lima hal. Yaitu akhlak kepada Allah dan rasulullah, akhlak kepada orangtua, akhlak kepada sesama dan akhlak kepada lingkungan.
Physical Happiness
Terakhir keempat, physical happiness. Menurut Gus Ipul, tampilan anak-anak sekarang bersih, sehat dan gagah-gagah. Pakaiannya juga bagus dan rapi.
”Orangtua harus menyiapkan anak-anak menjadi anak yang sehat dengan biasa berolahraga, makanan bergizi, mengatur waktu dengan baik. Anak kita harus mempunyai gizi yang baik dan tidak boleh stunting,” tandasnya.
Acara peresmian Aula Khadijah SD Al Kautsar ini juga dihadiri Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo, Camat Bugul Kidul, dan Lurah Bugul Kidul.
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto