PWMU.CO – Starategi Wujudkan Sekolah Efektif di Muhammadiyah GKB. Drs Muhammad Musaini menerangkannya ketika melakukan Pembinaan Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School), Rabu (9/6/21) siang.
Kegiatan yang Divisi Pengembangan, Peningkatan Mutu, dan Pengawas Pendidikan Majelis Dikdasmen PCM GKB selenggarakan ini diikuti lebih dari 50 guru dan karyawan Berlian School. Tema yang dibahas adalah Strategi dan Arah Pengembangan Sekolah Unggul.
Strategi Seleksi Input Vs Perhatikan Proses
Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB itu menyatakan, ada dua desain strategi untuk menuju sekolah unggul. Desain pertama, menggunakan perspektif input-output sebagaimana sekolah di luar negeri terapkan. Prosesnya, menggunakan seleksi, karena memandang luapan pendidikan unggul karena input-nya unggul.
Tapi kelemahannya, ada eksklusifitas dan mengabaikan siswa yang tidak unggul. “Sisi negatifnya, setelah diseleksi, dipreteli (dipetakan) ada (calon siswa) yang tidak bisa karena di bawah standar, ya tidak bisa (lolos). Akhirnya banyak suara negatif, ‘menjadi sekolah elite’,” ujarnya.
Desain kedua, menggunakan perspektif proses-output. Yaitu memandang luaran pendidikan yang unggul akan ditentukan proses (lingkungan, budaya organisasi, pembelajaran efektif, dan lain-lain). “Prosesnya harus bagus. Jadi hasilnya bagus,” terangnya.
Karena fokus pada proses, maka model ini memiliki keuntungan memperhatikan siswa unggul dan kurang unggul.
Model Kombinasi: Inklusif
Tapi sekarang, mau tidak mau, harus menerapkan model kombinasi. “Anak yang pintar ya ayo, anak yang setengah nggak bisa ya ayo, anak yang memang nggak bisa ya ayo. Inklusif,” jelasnya.
Tapi tetap perlu memperhatikan “minimal requirement” peserta didik yang akan diterima, kualifikasi dan kompetensi guru, sarana dan prasarana yang baik, dan manajemen sekolah yang efektif.
Musa berharap, model kombinasi ini menjadi model sekolah unggul di Berlian School. Meskipun, memang nantinya kerja guru akan semakin berat. “Siap tidak guru kita? Ya harus disiapkan!” tutur pria kelahiran Gresik itu.
Maka, lanjutnya, Majelis membuat kebijakan ada guru BK di setiap sekolah. Jika ada beberapa siswa yang sulit mengikuti pembelajaran di sekolah, bisa diterima karena ada guru yang punya keahlian bisa mendampingi mereka. “Kalau ada ABK kita harus menyiapkan guru pendamping khusus, harus punya!” tegasnya.
Musa menyatakan penerimaan ABK, meski tidak banyak, yang terpenting pihak sekolah bisa berkomitmen mengantarkan mereka sampai lulus.
Sembilan Kriteria Sekolah Efektif
Musa kembali mengupas lebih dalam terkait sekolah efektif yang mencerminkan keunggulan. Dia meluruskan, sekolah efektif merupakan kemampuan sekolah untuk memaksimalkan fungsi sekolah atau sejauh mana sekolah itu bisa melaksanakan fungsi sekolah, jika diberikan jumlah input yang pasti. Berikut 9 kriterianya.
Pertama, iklim sekolah kondusif.
Kedua, proses perencanaan di sekolah melibatkan warga sekolah. Kalau terkait pengembangan sekolah, bisa melibatkan wali murid, terutama yang tergabung dalam Ikatan Wali Murid (Ikwam).
Ketiga, harapan tinggi terhadap prestasi akademik. “Wali murid dulu menyekolahkan anaknya di sini tujuannya agar berprestasi dalam akademik,” ungkapnya.
Tapi, lanjutnya, di sini diarahkan dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA. “Kita buktikan akademik bagus, kalau lulus dari SMA itu diterima di perguruan tinggi, terutama negeri,” ujar dia.
Keempat, perlu melakukan pemantauan yang efektif terhadap kemajuan siswa. “Saya yakin ini sudah dilakukan di sini,” tegasnya.
Misal, dengan melakukan klinik pendidikan kepada para siswa yang butuh pemantauan hasil belajarnya, sehingga harapannya bisa menuntaskan hasil belajar sesuai standar ketulusan minimal.
Kelima, keefektifan guru. Harapannya, guru all out memberikan pelajaran kepada siswa, tidak ada yang tidak masuk.
Keenam, kepemimpinan instruksional yang berorientasi prestasi akademik. Siapa yang disasar itu? “Jelas kalau dari Kepala Sekolah, Wakil terutama Waka Pengembangan Pendidikan (PP), Sasaran yang dituju adalah guru,” ungkap Musa.
Ketujuh, pelibatan orangtua dalam kegiatan sekolah, baik dalam mendukung lomba-lomba maupun lainnya.
Kedelapan, kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa tinggi di sekolah. Misal, saat sudah waktunya pulang, anak tetap betah di sekolah karena mau mengikuti kegiatan untuk aktualisasi diri. Misal, olahraga, musik, dan lainnya.
Kesembilan, disiplin yang baik di sekolah dengan didukung sarana-prasarana. Misal, agar disiplin membuang sampah, maka harus menyiapkan tempat sampah.
Dimensi Sekolah Efektif
Mantan Kepala Sekolah SMA Semen Gresik itu memaparkan empat dimensi sekolah ffektif. Pertama, dimensi kepemimpinan. Sekolah efektif jika memiliki tujuan yang jelas, dapat dicapai, dan relevan. Selain itu, para guru juga berorientasi pada pengelolaan kelas yang baik. Inservice training yang efektif juga perlu diberikan untuk guru.
Dimensi kedua, pendukung. Yaitu ada konsensus terhadap nilai-nilai dan tujuan, rencana strategis dan koordinasi, staf kunci yang berkelanjutan, dan dukungan yayasan atau pemerintah.
Dimensi ketiga, efisiensi. Meliputi, penggunaan waktu pengajaran yang efektif, evaluasi dan umpan balik berkelanjutan, kegiatan kelas terstruktur dengan baik, petunjuk pembelajaran baik, kesempatan belajar maksimal, dan menekankan pengetahuan dan
keterampilan.
Dimensi terakhir, efikasi. Di antaranya, harapan mencapai prestasi tinggi, reward untuk prestasi dan kinerja tinggi, adanya kerjasama dan interaksi dalam kelas, guru empati dan punya kemampuan interpersonal, dan interaksi sesama guru yang baik.
Akhirnya, Musa mengajak para guru untuk melakukan upayanya dengan sebaik-baiknya di tengah pandemi ini. “Majelis akan memperhatikan segala hal untuk para ustad dan ustadzah yang memang berjiwa ingin mengabdi, dengan segala konsekuensinya harus kita lakukan,” tandasnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni