PWMU.CO – HW ujung tombak Muhammadiyah untuk menciptakan Islam modern. Hal itu diungkapkan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof Muhadjir Effendy.
Mantan Rektor Unverstas Muhammadiyah Malang (UMM) itu Halalbihalal Hizbul Wathan Se-Indonesia yang digelar melalui Zoom Cloud Neetings dan disiarkan langsung di YouTube Kwarpus HW (Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan), Kamis (10/6/2021).
“Kalau kata Pak Haedar—Ketua Umum PP Muhammadiyah—adalah Islam yang sejuk dan Islam yang tenang,” ujar Muhadjir Effendy yang juga Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu.
Dia mengungkakan, Hizbul Wathan—sebagai salah satu organisasi ortom Muhammadiyah yang telah lama berdiri, bahkan sebelum Indonesia merdeka—-sudah banyak membangun tradisi baik.
“Saya masih ingat saat itu saya masih kecil diajari nyanyi sama kakak-kakak saya yang ikut HW,” kata pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 itu mengenang. Tradisi baik yang sudah dibangun tersebut, lanjutnya, harus tetap dijaga karena Hizbul Wathan merupakan tulang punggungnya Muhammadiyah.
“Saya kira kader Hizbul Wathan sangat loyal. Terbukti para bapak yang sudah sepuh-sepuh dengan bangga memakai seragam Hizbul Wathan lengkap,” ujarnya.
Hal tersebut, menurut Muhadjir yang patut dicontoh semangatnya untuk para pemuda zaman sekarang yang menjadi harapan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Revolusi Mental ala HW
Dalam acara berema “Gerakan Nasional Revolusi Mental Membangun Martabat Bangsa” ini Ketua Umum Kwartir Pusat HW Endra Widyarsono memberkan sambutan. Dia mengatakan, dalam revolusi mental ada tiga nilai yang dominan.
Pertama yaitu jujur. “Sifat jujur sudah tertuang pada Undang-Undang HW Nomor 1 yaitu HW selamanya dapat dipercaya,” terangnya.
Kedua, etos kerja yang harus dituangkan dalam sifat optimis, inovatif, dan produktif. “Hal tersebut sudah termaktub dalam slogan HW. Yaitu ‘sedikit bicara banyak bekerja’,” ujarnya.
Ketiga, lanjut Endra, adalah yang menjadi DNA-nya Gerakan Kepanduan HW yaitu gotong royong. “Tak cukup hanya gotong-royong, namun harus diimbangi dengan kerja sama dan solidaritas yang tinggi,” tutur dia.
Kepada seluruh peserta yang hadir, Endra menegaskan bahwa pemuda pada masa kini perlu ‘disuntik’ suplemen agar bisa bermental baja. “Mental baja ini ada di Mars HW dan pidato Bung Karno,” terangnya.
Oleh karena iu, sambung Endra, pemuda perlu diberi waktu yang lebih banyak dan proporsional agar bisa berperan aktif untuk bangsa dan negara.
“Kalau kita punya ikon Jenderal Soedirman berarti pemuda sekarang bisa menjadi Jenderal Soedirman pada zamannya. Langkahnya bisa berdiri di depan untuk gerak dan menggerakkan,” kata Endra.
Pada ajang silaturahmi anggota HW dari seluruh Indonesia—mulai dari kwartir pusat sampai qabilah—itu ditampilkan pula video lagu Medle Lebaran yang diperankan oleh anggota HW dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga kompilasi ucapan Idul Fitri yang berasal dari qabilah seluruh Indonesia. (*)
Penulis Disa Yulistian Editor Mohammad Nurfatoni