• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Juni 30, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Akal Sehat Pesantren Hadapi Covid

Rabu 16 Juni 2021 | 14:05
6 min read
160
SHARES
499
VIEWS
Akal sehat pesantren
Anwar Hudijono

Akal Sehat Pesantren Hadapi Covid adalah Bagian terakhir dari tulisan Di Tengah Covid, Pesantren Menjaga Budaya Belajar dan Melihat Covid dengan Mata Batin. Ditulis oleh Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo.

PWMU.CO– Warga pesantren sudah mafhum betul, setiap menghadapi ujian itu yang jadi pegangan pokok adalah al-Quran dan hadits. Di antaranya  di Quran surah al-Baqarah 152 – 157. Ujian itu bisa berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta atau miskin, jiwa (sakit, mati), dan buah-buahan atau pangan.

Dimulai dengan rasa syukur dan jangan ingkar kepada Allah. Fadzkuruni adzkurkum wasykuri wala takfurun. Maka ingatlah kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu ingkar kepadaKu. (Ayat 152).

Bersikap sabar dan melakukan shalat. Yakin Allah bersama orang yang sabar. Ending dari sabar dan shalat itu akan mendapat ampunan dan rahmat dari Allah. Dengan begitu termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.

Penyelenggaraan pendidikan di pesantren itu memiliki paradigma, asas atau khittah yang sangat kokoh yaitu sebagai pengamalan jihad fi sabilillah. Menjalankan perintah Allah untuk menyiapkan generasi beriman dan berilmu. Cerdas. Ulul albab. Ilmu yang dikembangkan adalah ilmu yang barakah. Hanya orang berilmu yang bisa memahami ayat-ayat Allah. Maka paketnya adalah iman-ilmu-amal saleh.

Antitesisnya adalah setan yang suka kebodohan. Membikin manusia bodoh. Agar mudah ditipu. Dijerumuskan ke neraka jahanam.

Setan juga akan menutup orang berilmu dari iman sehingga ilmunya membawa kerusakan. Contohnya Qorun, orang cerdas. Dengan kecerdasannya menjadi kaya. Akhirnya termasuk golongan mufsidin (berbuat kerusakan di bumi).

Sistem pembelajaran pesantren sudah memiliki pedoman, khasanah sendiri dan teruji berabad-abad. Di antaranya tak bisa diganti dengan model pembelajaran virtual. Pendidikan pesantren sangat mengutamakan pembentukan sikap. Karakter. Akhlak. Sampai-sampai kitab Ta’lim al Muta’alim sebagai referensinya diajarkan sekitar dua tahun.

Pembentukan sikap tidak bisa dilakukan secara virtual. Melainkan harus dalam praktik kehidupan sehari-hari. Melalui pembiasaan. Seperti pembiasaan shalat jamaah, shalat tahajud, baca Quran, silaturahmi. Kedekatan personal santri dengan kiai. Jalinan hubungan batin yang intens.

Santri magang kepada kiai. Santri yunior magang kepada santri senior. Dibingkai dalam jamaah. Tidak ada Islam tanpa jamaah. Tidak ada jamaah tanpa baiat (kesetiaan).

Maka proses pembelajaran di pesantren berlangsung 24 jam. Di situlah letak perannya sebagai penjaga dan pengembang budaya belajar.

Hidup Normal

Praktis pesantren sudah kembali berpikiran sehat. Hidup normal. Ternyata thayib-thayib (baik-baik) saja. Pesantren tidak kiamat. Tidak jadi sumber bencana Covid-19.

Ingat, dulu setelah kasus Covid di Pesantren Temboro di awal Covid, disusul pesantren lain seperti Gontor, masyarakat pesantren diganyang, diharu-biru. Disalah-salahkan.

Tapi warga pesantren tetap sabar dan tenang-tenang saja. Ikhlas menerima. Dicaci maki, dipersekusi  itu sudah konsekuensi ketika mencintai Allah. (Quran, Al Maidah 54).

Kalau ada yang terinfeksi Covid-19 ya diobati seperti halnya penyakit lain. Karena memang begitu petunjuk Islam. Sakit ya diobati. Diobati itu endingnya ada dua, sembuh atau  mati. Gak ada yang luar biasa. Tidak ada kamus ending Covid-19 mesti mati. Tidak ada catatan ending bahwa batuk, pilek, encok, wazir, mesti berakhir sembuh.

Jika ada yang mati karena Covid-19 tetap dipandang peristiwa biasa. Diterima dengan ikhlas. Sudah takdir Allah. Pembaca Ratib Hadad  pasti mafhum akan menerima takdir Allah yang baik maupun yang buruk.

Tidak kena Covid pun orang pasti mati. Orang tidur di kasur empuk di rumah saja juga bisa mati. Makan kerupuk keleleken toplesnya juga bisa mati. Ketiban paku juga bisa mati karena pakunya katutan beton cor. Orang pesantren mafhum sekali bahwa mati itu, baik waktu dan tempat, sudah menjadi takdir Allah.

Tidak peduli dengan narasi kasus Covid yang didramatisasi seperti film horor. Super mengerikan. Bahwa  penderita Covid akan dikarantina di rumah sakit sendiri. Sejak berangkat dari rumah bisa tidak akan melihat keluarga lagi selamanya. Pemakamannya di tempat khusus. Dilakukan secara khusus dan penuh mistis.

Narasi atau framing  seperti itu akan ditanggapi dengan santai, bahwa orang mau mati juga gak pernah mikir ada keluarga apa tidak. Merasakan sakaratul maut saja sudah luar biasa sakitnya, boro-boro mikir  keluarga, apalagi mikir partai dan duit.  Orang mati itu pasti sendirian. Anak, istri, suami juga gak mau mengikuti.

Orang yang sudah mati juga gak ngurus apa dimakamkan di pemakaman umum atau di pemakaman khusus Covid-19. Memang kalau di pemakaman khusus pertanyaan kuburnya berbeda? Siksa kuburnya didiskon?

Kesabaran mereka itu seperti lautan. Diprovokasi, dijejali hoax, dipropaganda, didisinformasi  tetap tak berubah.

Otoritas

Langkah pesantren ini, insyaallah sudah mengilhami banyak penyelenggara sekolah. Mereka semakin berakal sehat menyikapi Covid. Mempertanyakan yang disiplin prokes seperti Doni Monardo, Anies Baswedan, Khofifah juga kena Covid. Yang di pasar sehari-hari nyaris tanpa prokes tidak apa-apa. Yang sudah vaksin bisa terinfeksi. Terus apa?

Kok seperti gak pernah ada berita mall, café, sarana dugem jadi sarang Covid. Kalau ada sekolah atau pesantren yang kena, dunia maya seperti mau runtuh. Orang yang tidak percaya Covid terinfeksi jadi berita dahsyat. Orang yang percaya Covid dan terinfeksi senyap dari pemberitaan.

Diam-diam sudah banyak sekolah melakukan tatap muka. Wisuda sekolah pun dilakukan sembunyi-sembunyi. Ada yang pakai sistem drive thru. Sudah membuat festival. Dan itu bagus. Dan aman-aman saja.

Para guru sangat mafhum bahwa pendidikan tidak identik dengan sekolah. Sekolah tidak identik dengan kelas. Kelas tidak identik dengan sepetak ruang dengan papan tulis dan meja-kursi. Belajar biasa di mana saja. Jadwal bisa diatur. Di situlah mereka berkreasi untuk keluar dari ancaman matinya budaya belajar.

Penyelenggara sekolah, kepala sekolah para guru sebenarnya sudah mampu melepaskan diri dari cengkeraman Covid-19.  Tapi masih ada yang mencengkeram mereka yaitu pihak otoritas. Bisa itu yayasan, organisasi yang menaungi. Juga otoritas lain. Nah, siapa otoritas lain itu? Di sini saya juga bertakon-takon.

Konon sebenarnya sudah banyak yayasan dan organisasi yang sudah lepas dari cengkeraman paranoid pandemi Covid-19. Tapi mereka masih bersikap hati-hati dan bijaksana. Khususnya kalangan muslim. Sebab bisa muncul fitnah yang tak kalah dahsyat bahwa umat Islam itu melawan pemerintah. Tidak mau taat. Nah, akan menciptakan pandemi fobia Islam. Bisa menjadi pemantik dahsyat kerusakan sosial, bahkan negara.

Di banyak belahan dunia, kini dunia pendidikan banyak berharap kearifan otoritas. Sayangnya, kadang pendidikan itu justru berada di bawah orotitas subjek yang tidak paham pendidikan. Lebih peduli urusan uang dibanding sumber daya manusia. Yang paling tragis itu jika otoritas lebih percaya bahkan menghamba kepada artificial intelligent (AI) dibanding kemanusiaan. 

Dan siapakah operator terbesar artificial intelligent global ini? Jangan tanya saya. Karena paling-paling akan saya jawab, ”Embuuuh hahahaa.”

Teliti Dulu

Di akhir tulisan ini, saya mohon pembaca tidak begitu saja setuju, like dan share tulisan ini. Hati-hati. Teliti dulu. Apalagi ini tulisan orang yang sangat awam. 

Ini era disinformasi. Di ranah publik sudah tidak jelas mana hoax dan mana yang benar. Mana info palsu dan mana yang ori. Campur baur tidak karuan. Orang-orangnya pun juga tidak jelas mana yang fasik mana yang baik.

Kita harus belajar cerdas dan bijaksana menyikapi setiap informasi. Untuk itu, ikutilah petunjuk Allah dalam Quran surah Al Hujurat 6: ”Wahai orang yang beriman jika orang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu.”

Astaghfirullahal adhim.

Rabbana atina min ladunka rahmah wa hayyiklana min amrina rosada. Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (Quran, Kahfi 10).

Rabbi a’lam (Tuhan lebih tahu).

Editor Sugeng Purwanto

Tags: Anwar HudijonoCovid 19
SendShare64Tweet40Share

Related Posts

Tuhan Menyayangi Bangsa Yahudi, tapi Mereka Malah Menyembah Patung Anak Sapi

Selasa 14 Juni 2022 | 13:20
3.9k

Anwar Hudijono Tuhan Menyayangi Bangsa Yahudi, tapi Mereka Malah Menyembah Patung Anak Sapi; Oleh Anwar...

Tuduhan Yahudi: Tangan Allah Terbelenggu

Senin 13 Juni 2022 | 10:36
3.2k

Anwar Hudijono Tuduhan Yahudi: Tangan Allah Terbelenggu; Oleh Anwar Hudijono wartawan senior tinggal di Sidoarjo. Pengantar Redaksi: Bangsa...

Israel di Ambang Kebinasaan dalam Siklus 80 Tahunan?

Rabu 8 Juni 2022 | 23:56
27.4k

Anwar Hudijono: Israel di Ambang Kebinasaan dalam Siklus 80 Tahunan? Israel di Ambang Kebinasaan dalam...

Buya Syafii Itu seperti Nabi Khidir

Jumat 27 Mei 2022 | 17:27
2.2k

Buya Syafii Maarif (kanan) dengan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy....

Ada Apa dengan La Nyalla?

Kamis 28 April 2022 | 17:05
1.2k

Anwar Hudijono Ada apa dengan La Nyalla? Oleh Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo....

Pers Indonesia Subhat, Kembalikan Roh Perjuangan

Kamis 31 Maret 2022 | 05:26
89

Dari kiri: Lutfil Hakim, Anwar Hudijono, dan Fatma Ayu Husnasari. Pers Indonesia Subhat, Kembalikan Roh...

Hegemoni Barat Segera Runtuh, Islam Kembali Berjaya

Rabu 30 Maret 2022 | 19:39
893

Ustadz Anwar Hudijono di Pengajian Fajar Shodiq di Masjid Nurul Azhar, Ngoro, Mojokerto, Jatim, Ahad...

MIM 1 Pare, Tegar dalam Gelombang Duka Pandemi

Senin 28 Maret 2022 | 16:39
97

Siswa dan guru MIM 1 Pare tegar dalam gelombang duka. MIM 1 Pare, Tegar dalam...

Anwar Hudijono Dinobatkan sebagai Tokoh Pers Daerah

Senin 28 Maret 2022 | 08:36
162

Anwar Hudijono (kanan) saat menerima award (Diskominfo Jatim) PWMU.CO - Anwar Hudijono Dinobatkan sebagai Tokoh...

Apakah Zaman Kelam Islam Segera Berakhir?

Jumat 25 Maret 2022 | 21:57
112

Anwar Hudijono. Apakah Zaman Kelam Islam Segera Berakhir? (Mohammad Nurfatoni/PWMU.CO) PWMU.CO – Apakah Zaman Kelam Islam...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Rumah Tahfidh Harus Jadi Jaringan Amal Shalih

    34782 shares
    Share 13913 Tweet 8696
  • Idul Adha 2022 Beda: Muhammadiyah 9 Juli, Pemerintah 10 Juli, Begini Menyikapinya

    7446 shares
    Share 2978 Tweet 1862
  • Perjuangan Ustadz Yusuf, Mengubah Masjid Lorong Menjadi Masjid Tepi Jalan

    4180 shares
    Share 1672 Tweet 1045
  • Santi Puspitasari, Guru Fisika Smamio Itu Berpulang saat Melahirkan, Insyaallah Syahid

    2665 shares
    Share 1066 Tweet 666
  • Wow! 85 Siswa Smamda Surabaya Lolos SBMPTN 2022, Naik 123,7 Persen

    1686 shares
    Share 674 Tweet 422
  • Sekolah dari Jerman, Siswa SD Mugeb Ini Akhirnya Diwisuda

    1256 shares
    Share 502 Tweet 314
  • Di Spemdalas Kami Tumbuh di Lingkungan yang Kompetitif dan Suportif

    1532 shares
    Share 613 Tweet 383
  • Siswa SMAM 1 Panji Raih Medali Emas Porprov Jatim 2022

    862 shares
    Share 345 Tweet 216
  • Kelulusan Spemdalas Diselimuti Doa dan Harapan untuk Masa Depan

    1643 shares
    Share 657 Tweet 411
  • Spemdalas Basketball Academy Dilaunching di Milad Ke-21

    1510 shares
    Share 604 Tweet 378

Berita Terkini

  • Ziarah Jabal Tsur, CJH Baitul Atiq Siap Ambil HikmahnyaKamis 30 Juni 2022 | 14:25
  • Jelaskan Islam Berkemajuan, Prof Syafiq: Bentengi Diri dari Kelompok EkstremKamis 30 Juni 2022 | 13:58
  • Permainan Angklung Meriahkan Wisuda Perguruan Muhammadiyah CangaanKamis 30 Juni 2022 | 13:02
  • Tim Kompak di Balik Sukses Graduation XIX SpemdalasKamis 30 Juni 2022 | 12:54
  • MBS Itu Nama Keren Pesantren MuhammadiyahKamis 30 Juni 2022 | 11:04
  • Stan SD Mugeb Terbaik dalam Gelar Karya Mandiri Program Sekolah PenggerakKamis 30 Juni 2022 | 10:30
  • In Memoriam Santi Puspitasari, Guratan Senyummu Tak Akan Sirna di MatakuKamis 30 Juni 2022 | 09:53
  • Wow! 85 Siswa Smamda Surabaya Lolos SBMPTN 2022, Naik 123,7 PersenKamis 30 Juni 2022 | 09:38
  • Rujakan di Pasir Putih, Asyiknya Aisyiyah Babat IniKamis 30 Juni 2022 | 08:18
  • Tidak ada guru marah-marah di Kurikulum Merdeka. Liputan Aryanto, kontributor PWMU.CO dari SMK Muhammadiyah 8 Surakarta (Modelska).
    Tidak Ada Guru Marah-Marah di Kurikulum MerdekaKamis 30 Juni 2022 | 07:10

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In