PWMU.CO – Prof Maksum Radji: Kecepatan Penularan Corona Varian Delta dalam Hitungan Detik. Varian Delta (1.617.2) yang sebelumnya dikenal sebagai varian India, dinyatakan dapat menyebar sangat cepat, telah menarik perhatian para ahli virologi di beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa varian Delta merupakan varian yang paling dominan sebagai penyebab lonjakan kasus Covid-19 saat ini.
Seperti apakah sifat varian virus SARS-CoV-2 yang disebut sebagai varian Delta ini, sehingga penularannya sedemikian cepat dan dapat menimbulakn kasus Covid-19 yang lebih parah?
Berikut adalah rangkuman hasil wawancara secara daring PWMU.CO dengan Prof Dr Maksum Radji M Biomed, ahli mikrobiologi molekuler dan pemerhati vaksin, yang Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Madura pada Rabu, (30/06/2021)
Penyebab Virus Varian Delta disebut Paling Ganas
Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan varian Delta sebagai variant of concern, di samping varian Alha, Beta, dan Gamma. Varian Delta merupakan salah satu varian yang sangat menular, di mana varian Delta ini sudah menyebar di 92 negara.
Varian Delta (B.1.617.2) ini memiliki berbagai mutasi pada gen spike (S) nya, yaitu protein permukaan virus yang digunakan virus corona untuk menempel pada sel manusia. Salah satu mutasi kunci pada protein spike (S), adalah mutasi L452R.
Pada beberapa hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi mutasi L452R di wilayah gen S(spike) ini telah meningkat sejak November 2020. Mutasi L452R ini diprediksi dapat meningkatkan infektivitas varian Delta dan berpotensi mampu menghindari sistem kekebalan inang, sehingga varian Delta ini dapat menyebabkan penyebaran virus secara masif.
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan di Imperial College London, dikatakan bahwa varian Delta lebih mudah menyebar pada sel-sel saluran pernafasan seseorang, sehingga seseorang akan cenderung mengeluarkan lebih banyak virus saat terinfeksi. Hal inilah yang menyebabkan periode paparan menjadi lebih pendek, sehingga varian ini lebih mudah menyebar pada orang lain.
Berdasarkan data laporan WHO, varian Delta terbukti meningkatkan penularan secara global dan telah menyebabkan meningkatnya kasus Covid-19 yang tinggi. Otoritas Kesehatan Masyarakat di Inggris (PHE) juga melaporkan bahwa varian Delta ternyata 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alfa. Varian Delta ini juga dilaporkan dapat menyerang anak dan remaja.
Kecepatan Penularan serta Perbedan Spesifik Gejala Varian Delta dengan Virus Asli
Sebagaimana diketahui bahwa gejala umum Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 asli antara lain adalah demam, batuk, dan kehilangan penciuman atau rasa. Namun gejala yang biasanya terjadi pada COVID-19 yang disebabkan oleh varian baru antara lain, sakit kepala, sakit tenggorokan, sesak nafas, batuk pilek, nyeri otot, dan diare.
Adapun kecepatan penularannya, berdasarkan berbagai hasil penelitian disebutkan bahwa, sangat tergantung pada seberapa besar cakupan vaksinasi populasi tertentu dan disiplin masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan.
Apabila di suatu kawasan tidak ada program pembatasan mobilitas, atau disiplin msyarakat dalam mentaati penggunaan masker, lalai dalam menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan tingkat cakupan vaksinasinya masih rendah, maka angka reproduksi varian (R0) varian Delta bisa mencapai angka 7.
Artinya untuk setiap satu orang yang terinfeksi, mereka dapat menularkan pada 7 orang lainnya. Sebaliknya, strain asli virus penyebab Covid-19 memiliki R0 sekitar 3, dan varian Alpha antara 4-5. Oleh sebab itulah varian Delta 60 persen lebih menular daripada varian Alpha.
Untuk menghindari hal tersebut, maka cakupan dan kecepatan vaksinasi yang tinggi sangat dibutuhkan agar populasi di kawasan/daerah tertentu dapat dilindungi dengan tercapainya herd immunity atau kekebalan kelompok.
Benarkah Varian Delta dapat Ditularkan Meskipun Hanya Berpapasan?
Belakangan ini memang telah tersebar info di berbagai media, tentang varian Delta yang dapat menyebar dalam waktu singkat, dalam hitungan detik saja, bahkan saat berpapasan dengan orang yang membawa virus Delta. Walaupun masih perlu penelitian lebih lanjut, namun dikatakan bahwa varian Delta lebih cepat menular dibandingkan dengan virus yang original.
Berita tentang cepatnya virus Delta ini ditularkan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh New South Wales Health Officer Australia pada tanggal 24 Juni 2021, dimana setelah mereka melakukan suatu tracing terhadap penularan virus Delta yang terjadi di sebuah pusat perbelanjaan Bondi Junction Westfield yang menunjukkan begitu cepatnya penularan varian Delta dan varian Kappa.
Cepatnya penularan tersebut yang dikatakan hanya dalam hitungan detik, bahkan saat berpapasan dimungkinkan bisa terjadi penularan jika seseorang tidak menggunakan masker.
Penularan varian Delta dalam waktu singkat tersebut karena varian Delta memiliki kemampuan untuk bertahan lebih lama di udara sehingga seseorang yang kebetulan menghirupnya dapat terinfeksi dengan mudah. Selain itu, apabila seseorang terinfeksi varian Delta, mereka kemungkinan akan memiliki viral load lebih tinggi. Tingginya viral load tersebut dapat menyebabkan pasien yang terinfeksi lebih mudah menularkan virus terhadap orang lain, selain dapat memperparah penyakit yang dideritanya.
Seberapa Cepat Penyebaran Varian Delta di Indonesia?
Penyebaran lokal varian Delta di Indonesia sudah tergolong menghawatirkan. Selain varian Alfa dan varian Beta yang sudah menyebar lebih dulu di Indonesia, varian Delta inilah yang memicu tingginya lonjakan kasus baru COVID-19 dalam beberapa hari terakhir ini.
Kementerian Kesehatan RI telah merilis hasil pemeriksaan dan analisis terhadap sekuens genom virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada 211 kasus varian baru Covid-19 di Indonesia. 160 Kasus di antaranya merupakan varian Delta. Dari 160 Kasus varian Delta ini tersebar di sembilan provinsi yaitu, di Kalimantan Timur 3 kasus, Gorontalo 1 kasus, Kalimantan Tengah 3 kasus, Sumatera Selatan 3 kasus, Jawa Tengah 80 kasus, DKI Jakarta 57 kasus, Banten 2 kasus, Jawa Barat 1 kasus dan Jawa Timur 10 kasus.
Hal yang juga menghawatirkan adalah varian Delta lebih mudah menyerang anak dan remaja. Kasus infeksi COVID-19 pada anak-anak di Indonesia dilaporkan tertinggi di dunia. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan bahwa kasus COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen. Sementara, tingkat kematian pada anak dan remaja juga meningkat mencapai 3-5 persen.
Selain Varian Delta, Benarkah Varian Delta Plus Lebih Mematikan?
Pada tanggal 22 Juni 2021 yang lalu India mengumumkan ditemukannya varian Delta Plus, atau AY.1 (B.1.617.2.1), yaitu mutasi lebih lanjut dari varian Delta asli. Varian Delta Plus ini dilaporkan telah diidentifikasi di beberapa negara bagian di India. Kini varian Delta Plus ini juga telah diidentifikasi di sedikitnya 11 negara, antara lain di Amerika Serikat, Inggris, Portugal, Swiss, Jepang, Polandia, Nepal, Rusia, dan China.
Menurut India’s genome sequencing consortium, Insacog, varian Delta Plus telah meningkatkan transmisibilitas, dan terikat lebih mudah pada sel paru-paru.
Varian Delta Plus ini memiliki potensi untuk untuk menghindari pengobatan dengan antibodi monoklonal. Sehingga, ada kekhawatiran bahwa varian ini akan menjadi lebih mematikan, serta menjadi lebih kebal terhadap obat-obatan dan vaksin.
Apakah Vaksin yang Digunakan saat Ini Dapat Melindungi Manusia dari Paparan Virus Varian?
Sampai saat ini WHO masih menyatakan bahwa vaksin yang digunakan saat ini masih efektif dalam menangkal merebaknya varian virus SARS-COV-2, terutama dalam menghindari keparahan penyakit dan perawatan di rumah sakit.
Namun demikian, perlu diwaspadai bahwa tampaknya ada sedikit penurunan efektifitas vaksin terhadap varian Delta, terutama bagi seseorang yang baru divaksin dengan satu dosis. Artinya pembentukan antibodinya belum sepenuhnya optimal sebagaimana mereka yang telah melakukan vaksinasi lengkap dengan dua dosis.
Menurut beberapa hasil penelitian yang terbatas menunjukkan bahwa satu dosis vaksin COVID-19 dapat mencegah infeksi simtomatik untuk varian Alpha sebesar 49 persen, dan efektif terhadap varian Delta sebesar 31 persen.
Sedangkan efektifitasnya setelah dua dosis vaksin, meningkat menjadi 88 persen dalam mencegah infeksi varian Alpha, dan 80 persen dalam mencegah infeksi varian Delta. Di samping itu vaksinasi yang lengkap sangat efektif untuk mencegah seseorang dari risiko perawatan di rumah sakit dan keparahan penyakit.
Dalam menghadapi semakin merebaknya berbagai varian virus SAR-COV-2 ini, marilah kita untuk senantisa memperbanyak doa kepada Allah Yang Maha Kuasa agar wabah pandemi ini cepat berlalu, tetap konsisten dalam mentaati protokol kesehatan, terus meningkatkan imunitas tubuh kita, serta mendukung pemerintah dalam mempercepat program vaksinasi massal dan meningkatkan program 3T.
Semoga Pemerintah juga dapat meningkatkan genomic surveillance melalui whole genome squencing guna mengantisipasi munculnya varian-varian baru di Indonesia. Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi kita semua. Amin. (*)
Penulis Isrotul Sukma Editor Mohammad Nurfatoni