PWMU.CO – Pengawasan ketat pihak kepolisian pada para peserta Aksi Bela Islam III bukan isapan jempol. Seperti yang dialami rombongan dari Bangkalan ini. Sebelum berangkat mereka didatangi intel dan saat di perbatasan Jatim-Jateng diperiksa aparat. (Baca: Didatangi Polisi, Rombongan Aksi Bela Islam III dari Gresik Gagal Berangkat dan 5 Sikap Muhammadiyah Jatim Tanggapi Rencana Aksi Bela Islam Jilid III, Aksi 212)
Berangkat sekitar pukul 05.45 wib dari Bangkalan, rombongan yang dipimpin oleh Ir H Mulyono Aminullah SThI sampai di Tuban sekitar pukul 10.00 wib. Saat itulah mereka dicegat oleh beberapa orang polisi.
“Tadi di Tuban, ada 4 -5 polisi naik dalam bus. Lalu mereka kasih ceramah supaya hati-hati dan jangan anarkis,” cerita H Soedarsono, salah satu anggota rombongan bus.
(Baca: Polda Jatim Bantah Lakukan Penggagalan Peserta Aksi Bela Islam III dan 4 Anomali Aksi 212)
Setelah itu, lanjutnya, para penumpang disuruh turun untuk diajak foto bersama. “Kami juga diminta tanda tangan dan mengisi buku tamu. Aneh, kita kan tidak sedang bertamu kepada mereka (polisi), tetapi kenapa disuruh ngisi buku tamu segala?” ujar Soedarsono heran.
Setelah semua proses yang layaknya “menghadiri resepsi pernikahan” itu selesai, barulah rombongan dipersilahkan polisi untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Duh, ada-ada saja!
Menanggapi “kesulitan” yang dialami peserta aksi bela Islam III ke Jakarta ini, Muhammadiyah menyesalkan berbagai tindakan yang mempersulitnya. Muhammadiyah Jatim berpandangan bahwa menyuarakan pendapat dalam berbagai bentuk, termasuk demonstrasi, merupakan hak konstitusi. Karena itu, tidak boleh ada pihak yang melarang atau menghalang-halangi. Pernyataan lengkapnya adalah Muhammadiyah Sesalkan Upaya Aparat yang Persulit Keberangkatan Peserta Aksi Bela Islam III ke Jakarta. (Busiri)