PWMU.CO – Berbeda dengan aksi Bela diri Islam Jilid II, 4 November, perjalanan peserta Aksi Bela Islam III, 2 Desember ini, lumayan tidak mulus. Jika dalam aksi 411 tidak ada “pengintaian”, justru jelang aksi 212 terdapat “pengawasan” yang berlebih. Muhammadiyah Jawa Timur tentu saja menyesalkan berbagai upaya “mempersulit” keberangkatan peserta aksi 212 ini.
“Dalam era demokrasi sekarang ini, sikap melarang yang dutunjukkan aparat pada pihak-pihak yang ingin berangkat ke Jakarta patut disayangkan,” jelas Wakil sekretaris PW Muhammadiyah Jatim, DR Biyanto (1/12). Menurutnya, menyuarakan pendapat dalam berbagai bentuk, termasuk demonstrasi, merupakan hak konstitusi warga negara. “Karena itu, tidak boleh ada pihak yang melarang atau menghalang-halangi,” tegasnya.
(Baca juga: 4 Anomali Aksi 212 dan 5 Sikap Muhammadiyah Jatim Tanggapi Rencana Aksi Bela Islam Jilid III, Aksi 212)
Menjelang aksi damai membela Islam jilid ke-3 di Jakarta, tambah dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini, memang ada upaya aparat untuk menghalang-halangi. “Mulai kegiatan penyebaran brosur melalui helikopter hingga larangan pengelola armada bus menyewakan kendaraannya pada kelompok orang yang ingin berangkat ke Jakarta untuk mengikuti aksi damai.”
“Itu belum termasuk langkah-langkah intimidasi yang dialami peserta aksi damai,” tambah Biyanto. Menurutnya, aksi bela Islam yang akan digelar Jum’at (2/12) memang membuat aparat dan pemerintah was-was. “Karena itu, semua cara digunakan untuk mengurangi kekuatan aksi. Tetapi semua itu tidak menghalangi peserta untuk mengikuti aksi yang populer dikemal 212 tersebut.”
(Baca juga: Bagaimana Menilai Aksi 212? Begini Kata Rektor UMM dan Aksi Bela Islam 212 yang Berencana Shalat Jum’at di Monas, Begini Fatwa MUI)
“Karena itu, saya menghimbau aparat untuk tidak memancing emosi peserta aksi. Semakin dihalangi, gelombang peserta aksi 212 akan semakin besar,” jelas Biyanto. Tegasnya, tambah Biyanto, aparat harus mengawal aksi damai dengan tertib supaya tidak anarkistis. “Himbauan juga penting disampaikan pada peserta aksi agar meluruskan niat: menyampaikan aspirasi dan menuntut perlakuan yang adil pada orang yang diduga kuat menistakan agama.”
Biyanto juga berharap peserta aksi damai tidak boleh terpancing dengan provokasi pihak luar yang ingin membonceng. “Tunjukkan bahwa aksi bela Islam jilid III berlangsung super damai. Apalagi peserta sudah memiliki pengalaman dalam aksi membela Islam jilid II yan terkenal dengan 411 atau 4 November kemarin,” jelas Biyanto
(Baca juga: 5 Petisi Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia untuk Penuntasan Kasus Ahok dan Polda Jatim Bantah Lakukan Penggagalan Peserta Aksi Bela Islam III)
Pria yang juga banyak menulis di berbagai media ini berharap agar aksi damai 212 menghadirkan kesejukan dan perdamaian. Dia juga berharap semoga Presiden Jokowi juga tergerak hatinya untuk menemui peserta aksi damai. “Ayo Pak Presiden Jokowi, temui rakyat sendiri supaya mereka semakin mencintai pemimpinnya.”
Sebelumnya, sebagaimana dikabarkan PWMU.CO, ada beberapa insiden keberangkatan peserta aksi 212 ini ke Jakarta. Setidaknya ada satu rombongan yang harus membatalkan keberangkatan ini: Didatangi Polisi, Rombongan Aksi Bela Islam III dari Gresik Gagal Berangkat, dan 1 lagi rombongan yang harus mengalami pemeriksaan “aneh”: Diperiksa di Perbatasan Jatim-Jateng: Disuruh Isi Buku Tamu Polisi dan Difoto Bersama, Kisah Rombongan Bangkalan ke Aksi Bela Islam III. Semoga semua akan tetap baik-baik saja. (kholid)